Swish Of Passion (Desir Gairah ~ Indonesia)

Ahhhhhhhhhh!!! Suara teriakan bergema di ruangan hotel suite room. Seorang gadis cantik bernama Megan Aguelera melihat tubuhnya yang kini bertelanjang di balik selimut. Megan melihat seorang lelaki tampan duduk di sofa tunggal hanya mengenakan baju handuk berwarna coklat, dan di tangannya ada gelas berleher tinggi yang berisi wine. “Kamu siapa? Apa yang terjadi?” tanya Megan, hampir saja air matanya jatuh dari pelupuk matanya ketika di balik selimut berwarna abu ini terlihat tubuhnya bertelanjang bulat tanpa mengenakan apa pun. “Kau tak ingat? Aku memberikan malam yang indah untuk kamu,” kata lelaki itu yang Megan tak tahu siapa. “Kau b******k!” Megan menangis sejadi-jadinya. “Kau apakan aku, b******k?” “Mungkin aku menjamah tubuhmu, bermain dengan tubuhmu. Lalu kau menggodaku,” jawab lelaki itu. Mark Joe Leandro—namanya. Lelaki yang  terkenal arrogant dan selalu bermain dengan perempuan-perempuan cantik diluar sana, dan berakhir di kamar mewah dengan fasilitas yang mengesankan. Seperti saat ini. Mark Joe Leandro, yang terlahir sempurna, dengan wajah yang tampan di atas rata-rata, pendidikan yang tinggi, dan dari keluarga yang terhormat. Ia adalah wakil presdir di perusahaan keluarga, usianya 30 tahun, dan hobby gonta-ganti wanita. Jika bosan ia akan memberikan cek kosong kepada para wanita yang ia nikmati tubuhnya. Lalu memberikan perjanjian agar tak lagi bertemu di kesempatan lain. Sedangkan Megan Aguelera, gadis biasa yang masih mengambil kuliah fashion di salah satu universitas di Kanada, ia gadis yang cantik dan sederhana, usianya 24 tahun, karena biaya kuliah yang mahal, ia terpaksa harus bekerja sambil kuliah. Ia memiliki kekasih yang bernama Arley Jhon. Seharusnya yang tidur dengannya bukan pria asing, jika sesuai rencana ia harusnya tidur dengan Arley di hari kasih sayang seperti ini. Namun, apa yang terjadi sungguh di luar dugaannya. “Jadi kau mengambil perawanku?” tanya Megan, dengan mata yang berbinar. Sedangkan di bawah sana V miliknya terasa perih dan panas, jadi pria asing ini yang mengambil keperawanan yang harusnya ia berikan kepada Arley? “Aku akui kau memang masih perawan, namun sepertinya tubuhmu tak seindah itu,” jawab Mark, membuat Megan makin kalap dan melemparkan bantal ke arah Mark, namun Mark dengan cepat menghindarinya. “Kau jangan munafik! Kau berlagak suci didepanku, seakan kau sempurna. Kau hanya harus menangisi nasibmu, kau tak hanya hari ini akan berhadapan denganku, bahkan kau akan memberikan seluruh hidupmu padaku!” kata Mark dengan seringai mengerikan, membuat Megan bergidik ngeri. “Apa maksudmu?” “Jadi ... kau benar-benar lupa apa yang kau lakukan semalam?” tanya Mark. “Jika aku mengingatnya, aku tidak mungkin bertanya. Seharusnya kau pulangkan aku ke kamarku, bukan malah menikmati tubuhku. Kita tidak saling kenal, bahkan aku baru melihatmu hari ini. Namun, kau meniduriku? Bukankah itu yang di lakukan pria b******k sepertimu?” tanya Megan membuat Mark malah tertawa menghina. “Bukankah ini takdir yang harus kau terima? Aku sudah bosan mendengarmu berbicara. Jadi, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan,” kata Mark, lalu beranjak dari duduknya dan melangkah masuk ke kamar mandi meninggalkan Megan yang masih duduk  termenung. Megan mengacak rambutnya frustasi mencoba mengingat apa yang terjadi semalam kepadanya, dan tidak mungkin jika dalam keadaan sadar, ia rela memberikan tubuhnya kepada pria yang tak ia kenali sebelumnya. Megan menghela napas kasar, dan mencari pakaiannya. Pakaiannya kini berhamburan di bawah ranjang, namun dalam keadaan sobek, ia pun tak tahu harus memakai pakaian apa. Ia masuk ke kamar ganti dan melihat beberapa lembar kemeja tersusun dengan rapi di lemari gantungan, sesuai warna masing-masing. Megan meraih satu kemeja dan memakainya, lalu ia keluar dari kamar, ia melihat indahnya pantai di luar sana. Megan tak berani keluar dengan pakaian seperti ini. Ia hanya akan duduk di teras kamar milik Mark, dan menangisi nasibnya yang tak akan kembali manis seperti dulu. Rasa perih di bawah sana sesekali membuat Megan meringis sakit, namun coba ia tahan karena ia tak mungkin merengek di depan lelaki yang tidak dia kenal. * Satu jam kemudian, Megan masih duduk di teras kamar, dan melihat ramainya di luar sana, mereka memang sedang di Hawaii, dan Hawaii memang sangat keren untuk menjadi tempat berlibur. Megan sesekali menyeka air matanya dan mencoba menelpon Arley, namun ponsel Arley tak aktif  dan tak bisa di hubungi. Mark menghampiri Megan, dan melempar amplop coklat di atas meja, membuat Megan menoleh dan kembali memalingkan wajah, ia tak suka melihat lelaki b******k yang sudah berani menidurinya. “Apa ini?” tanya Megan, meraih amplop coklat tersebut lalu membukanya. “Lihat saja.” Di dalam sana, ada kertas yang berisikan kontrak yang menyebutkan namanya akan menjadi simpanan. Megan membulatkan matanya penuh dan melempar kembali kertas itu. “Apa maksudmu? Kau mau menjadikanku simpanan?” tanya Megan dengan mata yang melotot. “Tentu. Aku sudah memiliki istri, dan aku harus menjadikanmu simpanan untuk memuaskan nafsuku,” jawab Mark, membuat Megan tertawa meremehkan. “Kau pikir aku mau menjadi simpananmu?” “Apa kau tak lihat ada tanda tanganmu di situ?” “Aku tidak pernah merasa menandatangani ini, jadi ini surat tidak sah,” jawab Megan, tak mau kalah. “Jadi kau benar-benar lupa apa yang terjadi semalam?”