3. Hari Ketiga Dan Empat

810 Words
    Banu dan Viza sudah didalam mobil menuju Tanah Lot, ini adalah hari keempat mereka berjalan-jalan. Setelah semalam Banu membawanya ke  pantai kuta, dan berakhir dengan Viza yang sangat kelelahan. Viza terkadang bersyukur karena Banu tipe Tour Guide yang sangat baik, mereka tidak  terlihat kaku sama sekali karena sikap Banu yang freindly. Tapi Viza juga kadang merasa kesal karena Banu terkadang suka tebar pesona padanya. Viza mengerti dan sangat paham, hanya saja dia pura-pura tidak tahu maksud perlakuan Banu padanya. Hatinya hanya akan luluh oleh seorang Pangeran. " Nona kita sudah sampai. " Viza tersenyum dan segera turun. Dari sini dia dapat melihat kedua Pura yang berada diatas karang itu, tak sabar untuk mengabadikan momentnya Viza tidak sadar berjalan mendekati Pura itu. Banu yang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum membuat Viza merasa malu saat melihat pria itu. Viza benar-benar seperti anak-anak yang diajak orang tuanya jalan-jalan. Banu berjalan dibelakang Viza sambil sesekali menunjukkan sesuatu untuk dia jelaskan. " Nona anda mau ke Gua ular ?" Viza membayangkan kalau ular itu akan menggigitnya, lalu dia menggelengkan kepalanya membuat Banu tertawa. " Tenang saja Nona, ular-ular itu ada pawangnya. Kamu juga bisa berfoto sama ular itu. Pasti keren." "Tidak, aku tidak suka ular." "Lalu sukanya apa? Sama saya suka gak?" Viza memutar bola matanya malas. Lalu dia menjitak kening Banu dengan keras. "Jangan bermimpi bang Angga, kamu bukan tipe saya." "Lalu tipe nona seperti apa?" "Seorang Pangeran yang memiliki kriteria akan menjadi Raja yang tangguh." Banu terkekeh mendengar Viza berkhayal akan menikah dengan seorang pangeran. Mana mungkin ada pangeran yang mau padanya. Sepertinya wanita ini terlalu banyak berimajinasi. "Tertawalah sepuasmu bang Angga. Ayo, aku mau lihat tempat lainnya." Viza berjalan meninggalkan Banu yang masih berusaha menahan tawanya. Setelah dari kedua Pura, Banu mengajak Viza untuk ke Gua suci. Disana Viza bisa merasakan rasa air yang tawar tidak seperti air laut. Padahalkan aliran air ini dari laut, tapi bagaimana rasanya tawar dan segar. Banu menampungkan air itu lagi untuk Viza coba. Viza menghirup air itu dari telapak tangan Banu, mata Banu sangat terpesona oleh Viza. Fisik Viza memang tercipta bagaikan dewi dari kayangan. Bahkan banyak pria-pria yang melihati Viza sedari kemarin, tapi wanita ini terlalu cuek dan menikmati hidupnya sendiri. "Bagaimana rasanya bisa seperti ini?" Banu menampung air lagi untuknya sendiri sambil menjawab pertanyaan Viza. " itulah istimewanya, masyarakat dan orang-orang mempercayai kalau air ini adalah air suci." Viza menganguk paham, Banu mendekatinya lalu Viza terkejut karena Banu mencipratkan air ke wajahnya. "Hei... Dasar..." teriak Viza mengejar Banu yang berlari meninggalkan Viza. "Bang Angga aku lapar." Kata Viza membuat Banu berhenti berlari. "Baiklah, ayo kita makan. Setelah itu kita ke tempat pernak-pernik untuk membeli oleh-oleh yang kamu inginkan." Viza mengangguk dan saat dekat dengan Banu dia tersenyum manis dan " awwww..." teriak Banu kencang. Viza mencubit bokongnya dengan cubitan kecil. "Hahahahha... Duh sakit ya. Hahahaha.. "Banu masam karena Viza membuatnya malu dilihati oleh orang-orang. Sepanjang perjalanan menuju tempat makan Banu merajuk, dan Viza pun tak perduli. Meski dihatinya dia kesal dengan Banu yang merajuk. Mereka sampai ditempat makan lalu Banu memilihkan makanan mereka, saat makanan itu datang Viza mengambil kameranya dan memfoto semua hidangan makanan itu. Mereka makan dalam diam, Viza melihat bagaimana Banu makan tanpa sendok dan dia mencoba mengikutinya. Dikerajaan dia tidak boleh makan tanpa sendok, garpu, dan pisau makan. Dia tidak pernah absen memakai itu semua, dan setelah mencoba hal baru ini dia menyadari nikmatnya makan tanpa sendok dan garpu. Wajah Viza sumringah membuat Banu meliriknya aneh. "Bang Angga aaakk..". Viza ingin menyuapinya membuat Banu heran. Tapi Banu tidak membuang kesempatan ini, dia membuka mulutnya. "Sorry ya, habisnya aku gemas tadi." Viza mulai berbicara santai dengannya. "Enak ya makanannya. Aku mau pesan bawa ke hotel bisa?" "Bisa," jawab Banu tersenyum membalas senyuman Viza. Wanita itu menyulanginya lagi, mereka sudah terlihat seperti pasangan suami istri yang baru saja menikah dan menikmati liburannya. *****     Banu diam memperhatikan Viza yang memilih beberapa oleh-oleh untuk dibeli wanita itu. Banu mengambil ponselnya dan memfoto Viza secara diam-diam. Dia menjadikannya lagi status di w******p nya. Selang satu menit Brian sepupunya mengomentari statusnya itu. "Gue pikir kemarin loe ngambil foto wanita asal disana. Eh....????? Boleh dong kenalin." Banu tersenyum dan membalasnya cepat. "Cakep kan? Body nya pas lagi, hahahaha. Nanti kapan-kapan gue kenalin." Belum dia sempat mengirim pesan itu chat dari Bella, Bian, dan teman-temannya membuat Banu tersenyum. Mereka semua pasti penasaran, apalagi dia menuliskan caption yang sweet. "My sweety ". "Bang Angga ayo, kita balik ke Hotel aja ya. Aku capek." Banu bergegas membawakan belanjaan Viza yang lumayan banyak. Viza mengucapkan terimakasih lalu masuk kedalam mobil. Didalam mobil Viza memejamkan matanya, sepertinya mereka memang sangat lelah. Banu mengelus pipi Viza lembut, dan Banu merasakan ada sengatan ditubuhnya. Banu berpikir kalau sengatan itu menandakan dia b*******h hanya dengan menyentuh pipi Viza, dia tidak tahu kalau aliran aneh yang dia rasakan itu adalah karena dia jatuh cinta pada Viza. BERSAMBUNG...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD