Vania tak menghiraukan tatapan penuh tanda tanya para teman kerjanya di kantor. Karena tak satupun dari teman kantornya yang akan berani menayakan perihal mata sembabnya, dia yakin itu. Mereka tergolong cuek dan tidak perduli jika di hadapan Vania. Tentu saja jika di belakang mereka menggunjingkan dirinya.
Syukurnya ruangan Vania hanya berisi Vania dan manegernya, sedangkan sang manager saat ini, sedang meeting sehingga Vania bisa mengatur suasana hatinya agar kembali membaik dan dapat konsentrasi bekerja sehingga tidak sampai melakukan kesalahan.
Tetapi hatinya masih terasa sakit, sehingga tanpa terasa air mata terus membasahi pipinya, semuanya bak mimpi di siang bolong baginya.
****
Dan disaat yang bersamaan, di lokasi berbeda, ada seorang wanita lain yang melanjutkan menangis sesenggukan setelah para perawat dan dokter tadi keluar dari ruangan itu, dia duduk di sofa nan mewah kamar rawat inap president suit tempat Dendi di rawat, dia tak lain adalah Della yang masih tidak terima atas perlakuan Dendi dan pertengkaran memecahkan kamar tersebut.
Sampai seseorang akhirnya mengetuk pintu kamar Dendi dan memasuki ruangan itu, dia adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Dendi yang tadi dihubungi Dendi untuk mengurus semua administrasi rumah sakit, dia adalah Kevin Damarta
“ Wah! gua datang di saat yang kaga tepat nih. ternyata, Irak - Iran pindah kesini…” Ujar Kevin sembari mendekat kearah Dendi berada.
" Perasaan, tadi gua udah mesan kamar yang paling adem, paling nyaman,tapi kenapa jadi HOT yah? “ kelakarnya memecahkan situasi yang tegang, dia terus berjalan menuju bed Dendi terbaring sembari melirik Della yang tak lain adalah sahabatnya.
“ Dodol lu bro! gua sekarat disini, tapi noh masih juga sobat lu malah nuduh Vania macem - macem “ balas Dendi membela diri sembari melirik Della yang masih menangis.
“ Cewek kalo sayang cemburunya gede bro, tul gag Del ? “ ucapnya sambil nyenggol Della yang melotot ke arah Kevin,hingga membuat Kevin mengerinyitkan dahi dan berfikir kenapa Dendi seperti sudah akrab dengan orang baru.
Hmm…Kevin berfikir keras.
Della yang merasa di bela sahabatnya langsung dengan nada tinggi membalas
“ yang aneh tu, kenapa coba mas Dendi akrab banget ma cewek s****l tu Kev, aneh gak menurut lo ? seorang Dendi Sanjaya, Direktur Rumah Sakit dan doker bedah favorite yang paling terkenal cuek dan gag perhatian, tiba - tiba lagi becandaan ma cewek s****l, itu gag mungkin baru ketemu.! kalo iya baru ketemu, jangan - jangan si cewek s****l itu udah sengaja ngincer mas Dendi “ cibirnya sambil monyongin bibir dan Kevin sependapat dengan Della.
Kevin mengurungkan niatnya menyela ucapan Della sahabatnya. Karena Dendi telah menyahut.
“ Kamu kalo lagi gak sehat balik sana, istirahat. Aku disini sedang sakit, dan ingin istirahat! “
Lalu Dendi menoleh kearah Kevin
“ Antar gih Vin, puyeng kepala gua “
Ujar Dendi tegas dan Kevin yang mendapat sinyal seperti itu dari Dendi sudah paham bahwa Dendi sedang menahan amarah dan jika tidak dituruti maka hancurlah semua. Dengan luwes Kevin menanggapi ucapan Dendi.
“ Oke, oke. Mentang-mentang gua kaga bawa buah, lu usir seenaknya aja ya, tapi kaga apa dah, gua juga lagi ada kerjaan. Tar kalo ada butuh sesuatuo call gua aja, ni hp lu sementara dan anak lu juga aman di rumah, belum ada yang tau semua aman terkendali percayain aja ma gua, si ganteng yang profesional… “ ucapnya diiringi gelak tawa sambil mengajak Della.
“ Yuk Dell, oke bro kita pamit duly ya…”
Kevin menarik tangan Della dengan paksa, hingga membuat wanita itu bangkit dengan enggan,karena sudah mendapat kode dari Kevin.
Mereka pun meninggalkan ruangan itu dimana Dendi terbaring lemah. Tiga menit setelah kepergian mereka Dendi mencoba memejamkan mata, berharap dapat tidur agar rasa nyerinya tidak terlalu dirasakan, tetapi dia justru teringat gelak tawa natural Vania yang renyah dan membuatnya nyaman. Senyum itu membuatnya candu!
Drrttt... Drrttt...
Getar hp yang ditinggalkan Kevin tadi menyala dan masuk sebuah pesan w******p yang dengan malas dilirik pengirim ternyata Kevin mengirimi pesan yang berisi
“Gua tau, lu mau gua nyari tau tentang identitas cewek yang udah nolongin lu kan? ”
senyum tersungging di bibirnya yang dipenuhi brewok di sekitarnya, lalu perlahan dia memajamkan mata dan tertidur pulas.
Seminggu telah berlalu dari peristiwa tersebut dan kini Dendi telah diperbolehkan pulang, bahkan dia telah mengetahui asal usul Vania Anggia berkat kerja keras Kevin Damarta.
Tetapi dia membutuhkan waktu yang tepat untuk dapat mengundang Vania walau sekedar mengucapkan terima kasih. Entah mengapa dia merasa harus mempersiapkan diri, walau hanya sekedar menemui.
Sedangkan hubungannya dengan Della sudah kembali seperti biasa karena pada dasarnya Della tidak akan pernah melepaskan Dendi Sanjaya begitu saja,Walau Dendi hanya menjadikan Della sebagai pelipur lara dan pengusir sepi, sedangkan Dendi masih tetap berhubungan dengan beberapa wanita cantik nan seksi lainnya, bahkan beberapa wanita cantik itu tahu bahwa Dendi hanya sekedar melampiaskan nafsunya saja, tetapi mereka tidak mempermasalahkannya, bagi mereka yang terpenting sebanding dengan uang dan keinginan yang mereka peroleh demi dapat menopang kehidupan glamour mereka. Mereka tidak memperdulikannya dan terus menempel pada Dendi seperti perangko.
Sementara itu kehidupan Vania Anggia yang tergolong sulit setelah perceraian dengan suaminya tiga tahun silam, dia harus berjuang untuk membayar kredit rumah yang masih panjang, belum lagi biaya kehidupan sehari - harinya termasuk biaya sekolah anak semata wayang hasil pernikahannya dengan Derrick Watson, yang kandas akibat kekerasan yang selalu Derrick lakukan hampir setiap hari terhadapnya, bahkan didepan anak semata wayang mereka Issabella Watson, oleh karena itu Vania memutuskan untuk bercerai setelah mempertimbangkan dengan keluarga besar Vania.
Walau banyak yang mencibirnya setelah dia bercerai dari pria tampan berkebangsaan Inggris tersebut yang telah menikahinya 9 tahun lamanya, walau sesulit apapun Vania tidak pernah meminta kepada Derrick untuk membantu biaya sekolah anaknya, dia hanya menerima jika Derrick yang mengirim via transfer atau memberikan langsung ke Issabella tapi jika tidak diberikan maka Vania tidak mengungkitnya karena Vania menyadari bahwa Derrick sudah menikah di negaranya dan mempunyai anak.
Vania idak ingin istri Derrick salam paham karenanya atau sampai menjadi penyebab pertengkaran di keluarga baru itu.
Dan ini sudah 6 bulan Derrick tidak berkunjung ke Indonesia untuk sekedar menjenguk Issabella karena kesibukannya tetapi setiap hari minggu atau libur Vania selalu memberi ruang agar Issabella selalu dapat berkomunikasi dengan ayahnya via w******p atau massenger di f*******: untuk sekedar video call melepas rindu sang buah hati.
Vania tidak ingin anaknya Issabella berkecil hati dan berfikiran bahwa ayahnya sudah tidak peduli lagi dengannya dan menganggap Issabella anak yang tidak diharapkan.
****
Sore itu, disaat Vania tengah termenung dikantornya memikirkan bagaimana dia harus membagi uang dengan penghasilannya karena banyak yang harus dibayar, bahkan dia sudah mendapat teguran dari pihak bank karena keterlambatan setor angsuran rumahnya dan ditambah lagi biaya SPP sekolah anaknya yang harus dibayar karena telah menunggak tiga bulan.
Meski Vania telah meminta dispensasi waktu ke pihak sekolah untuk keterlambatan p********n, tapi pihak sekolah juga memiliki peraturan tersendiri yang tak mungkin di langgar, dan bulan ini adalah waktu terakhir batas p********n SPP sekolah putrinya, jika tidak, maka sang putri tidak dapat melanjutkan di sekolah tersebut. Hal itu tentu semakin membuatnya pusing tujuh keliling.
Drrttt... drrttt...
Terdengar suara getar ponsel milik Vania hingga membuatnya terkejut, dengan enggan dia melirik nomor baru yang tertera di layar ponsel miliknya.
Dia berfikir, siapa lagi yang menghubunginya apakah pihak bank lagi?, dia menghela nafasnya
Hingga bunyi panggilan itu menghilang, meski penasaran dengan penelpon, tapi dalam hati dia bernfas lega, semoga hanya orang iseng pikirnya.
Tapi lamunannya terhenti ketika ponsel di mejanya bergetar kembali, dengan nomor yang sama. Dia kembali mendesah.
Sembari menahan nafasnya, dia mengangkat panggilan itu dengan ragu
“ Ha-hallo., Assalamualaikum “ jawab Vania sedikit bergetar
“ Waalaikum salam, Vania kan?”
Jawab seorang pria dari seberang, tentu saja membuat darahnya terkesiap.
“ B-benar pak, saya Vania. Ada yang bisa saya bantu pak ?” balas Vania sesopan mungkin sembari berfikir keras siapa yang menghubunginya. Apakah ingin menagih hutang? karena Vania sempat juga berhutang kepada salah satu mafia untuk kebutuhan berobat ke rumah sakit ayahnya dan sudah menunggak juga, bahkan bodyguard mafia tersebut sudah tiga kali mendatanginya, mengingatkan kewajibannya.
Maklum saja mafia yang satu ini, memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat rendah, dengan p********n jangka waktu sesuka kita, tapi di wajibkan membayar tiap bulan semampunya.
Vania penasaran, suara siapakah yang terdengar begitu lembut, karena suara ini asing di telinganya, di tambah nomor yang baru.
Gelak tawa dari seberang sana memecahkan kebingungannya, hingga membuat Vania menjauhkan ponselnya karena terasa sakit di telinga Vania.