bc

Watcher Black Dead

book_age18+
80
FOLLOW
1K
READ
dark
tragedy
bxg
kicking
mystery
scary
betrayal
cheating
enimies to lovers
first love
like
intro-logo
Blurb

Annisa Sofiana harus menghadapi musuh bebuyutannya sekali lagi. Denis Aditya di mana nyawanya kali ini benar-benar dipertaruhkan. Akankah dia bisa menghentikan kematian yang terus datang dan mencoba merenggut nyawanya dari dunia?

chap-preview
Free preview
PROLOG
Tek, tek, tek, Detak jam tanganku terdengar begitu jelas di telingaku seiring dengan degupan jantungku yang terus berpacu dengan cepat. Mataku terpejam, menikmati suara angin yang membelai kulitku dengan begitu halus dan lembut sehingga menipu inderaku. Kegelapan itu masih menyapa dalam bayangan semu yang begitu nyata. Kehadirannya masih terasa seolah dia ingin mengatakan bahwa dia itu 'ada'. Rambutku bergerak naik-turun diterpa sang angin sehingga mengacaukan sedikit fokusku pada pencarianku tentang dirinya. Aura itu, aroma tubuhnya dan juga 'nafsu' membunuhnya untuk membunuhku masih ada. Kuat dan tak terbantahkan. "Nisa," Panggilan itu membuatku sedikit bergidik ngeri. "Nisa," Sekali lagi kudengar suaranya memanggilku. Aku masih berkonsentrasi mencoba mengumpulkan sisa-sisa energiku untuk memulihkan tenagaku yang cukup terkuras untuk bisa melarikan diri darinya. Aku menyembunyikan keberadaanku, mencoba seminim mungkin untuk bisa melakukannya walaupun aku tahu itu sia-sia. Langkah kakinya semakin mendekat sehingga terpaksa kutahan napasku untuk menyembunyikan hawa keberadaanku. Aku sangat yakin dia telah berada tidak jauh dari tempatku bersembunyi. Bagaimana pun aku tidak boleh tertangkap! Ini rumahku, tempatku, daerah kekuasaanku. Namun, justru aku yang tersudut olehnya. Aku terperangkap dalam ringkukan sunyi dan gelap dibalik lemari usang yang tersimpan dalam gudang. "Nisa, keluarlah!" panggilnya sekali lagi. Aku masih diam dan mencoba menahan napas sekali lagi. Aku gengam erat pisau di tanganku sembari memanjatkan doa jutaan kali agar dia tidak menemukanku. "Nisa, keluarlah sayang!" ucapnya sekali lagi. Suara itu adalah suara yang begitu memikat. Dulu aku sangat menyukai suara itu karena begitu menenangkanku. Akan tetapi, sekarang aku akan ketakutan setiap kali mendengar atau sekedar mengingatnya. "Nisa!!" teriaknya keras membuatku merapatkan gigiku untuk menyembunyikan rasa kaget karena teriakannya barusan. "Ini adalah perang kedua kita sayang!" ucapnya lembut, ngeri dan penuh penekanan. "Kita harus mengakhirinya!!" Braakk!!! Dia meninju asal lemari usang tempat persembunyianku. Aku spontan semakin erat memegang pisau di tanganku dengan gemetar. Kakiku lemas dan ini sungguh membuatku ketakutan setengah mati. "Hei," sapanya. Aku menoleh dan dia sudah berada di depanku dengan sebuah kapak. Dia menyeringai dan mengayunkan kapaknya ke arahku geram. Tak. Kepalaku menggelinding jatuh ke bawah. I'm die. *** "Nisa!! Nisa!!!" Panggilan itu membuatku membuka mata. "Ada apa?" Reflek aku memeluk erat tubuh di sampingku itu. Tubuhku gemetar dan menggigil kedinginan. Aku takut sekali. "Nis!" Aku menoleh untuk menatap seorang cowok yang sudah dua tahun ini menemaniku sudah berada di dekatku dengan memasang wajah cemas. "Kamu melihatnya lagi?" tanyanya khawatir. Aku tidak segera menjawab, hanya diam sambil mencoba meredakan napasku yang terengah-engah. Cowok itu membelai lembut kepalaku. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja!" ucapnya lembut. Aku mempererat pelukanku padanya. "Aku takut, Ferdi!" Cowok itu membalas pelukanku lalu mengecup kecil pucuk kepalaku. "Aku akan menjagamu," Aku melepas pelukanku dan menatapnya dalam. Kami beradu pandang dan entah mengapa bulir bening itu menetes tanpa perlu diminta. Ferdi mengusap bulir bening itu dengan begitu lembut membuatku makin yakin bahwasanya dia cowok yang paling bisa memahamiku saat ini. Kami sudah mengenal selama dua tahun tetapi kami baru jadian selama setahun ini. "Aku takut, Fer!" ucapku dengan isak tangis yang tertahan. Ferdi menghela napas panjang. "Nisa, dia sudah mati!" ucapnya pelan. "Tapi, aku masih merasa kalau dia itu hidup dan akan membunuhku, Fer!" sanggahku. "Nggak akan!" ucap Ferdi meyakinkan. "Dia sudah mati dan orang mati tidak akan hidup lagi," Ferdi sekali lagi mengucapkan kata yang sama. "Kita yang membunuhnya, Nis. Jadi kita tahu, dia itu tidak mungkin hidup lagi!" Ferdi menekankan. Aku terdiam. Ya, memang kamilah yang membunuhnya. Namun, ketakutanku ini bukan tanpa alasan. Setelah dua tahun lamanya aku berhenti menjadi seorang watcher, beberapa bulan ini tidurku terganggu. Aku selalu melihatnya, memimpikannya dan juga merasakan kehadirannya. Setiap hari, selama tiga bulan belakangan ini. Walau aku tidak mau mempercayai, mengakui atau mengatakannya bahwa, 'dia'  masih hidup. Dia akan datang dan membunuhku. Suatu saat nanti. Ya, dia adalah Denis Aditya. Cinta sekaligus kematian pertamaku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.2K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Dependencia

read
186.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook