bc

MY TEDDY BOY ( INDONESIA )

book_age12+
470
FOLLOW
2.8K
READ
love-triangle
tomboy
sensitive
brave
queen
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Demi asam garam kehidupan yang sama sekali asing untuk diarungi, apalagi jika mendengar kisha manis, romantis, sedih, tragis, apapun wujudnya, Adelia ogah pacaran. Kalaupun terpaksa, dia menginginkan cowok yang dewasa, mapan dan gentle. Kulitnya harus kecokelatan dan ganteng setengah mati. Dia tidak boleh egois dan siap mati demi cewek pujaannya. Sayangnya, yang datang ke kehidupan Adel, jauh dari harapan. Yuby, bocah SMP egois dengan kulit putih seperti vampire yang datang dan mengajaknya pacaran. Anehnya, Adel tidak bisa mengabaikannya.

chap-preview
Free preview
1
s**l. Hujan turun, aku tidak membawa payung dan sendirian. Tadi sempat ditawari Cahyani untuk pulang bersama, tetapi menolak dengan alasan masih harus menyelesaikan piket kelas agar besok tidak perlu datang pagi hanya untuk menyapu lantai. Padahal, tawaran itu seharusnya tidak aku sia-siakan. Memang, penyesalan selalu datang belakangan. Demi tidak pulang terlambat, aku nekad melawan hujan gerimis setelah tugas selesai. Bermodal tas sekolah yang diselimuti tas plastik besar yang memang selalu dibawa untuk jaga-jaga, aku berlari melewati beberapa genangan air yang meski sudah dihindari tetap membuat sepatuku basah. Bahkan mengenai bagian bawah rokku. "s****n, bagi uang! Cepat!" Bentakan yang disertai dengan jatuhnya seseorang di genangan air itu membuat telingaku yang tajam terganggu. Mengikuti naluri, aku menuju ke sumber suara. Di belakang bangunan yang cukup besar dengan pagar tinggi, beberapa cowok berpakaian putih abu-abu sedang membulli seorang cowok yang memakai seragam SMP dari bekas SMP-ku dulu. Aku diam mengamati. Si cowok yang sedang dibulli itu tampak ketakutan, bibirnya sudah agak membiru karena terlalu lama di bawah hujan. "Serahkan uangmu!" Seorang cowok berkepala botak mirip kentang menghardik cowok lemah itu. Cowok lemah itu tampak hanya berdiam diri. Kemudian, tanpa diduga dia berdiri dengan gagah lalu mata kami tidak sengaja bertemu. Dia tiba-tiba mundur menyandarkan diri di tembok lalu menelungkupkan kedua tangan dengan kepala tertunduk. Dasar, lemah! "Maaf," katanya dengan bibir yang bergetar. "Maaf? Kami nggak butuh itu, kami butuh uangmu! Serahin!" kata si kentang sambil merebut paksa tas ransel yang dikenakan oleh cowok lemah itu. Beberapa anak buah kentang memeriksa saku celana cowok itu, memastikan semua benda berharga sudah terambil. Aku yang sudah tidak tahan melihat penindasan timpang sebelah itu, akhirnya turun tangan. Awalnya aku mencoba untuk bicara baik-baik, tetapi niat baikku tidak disambut. Terpaksa aku menghajar mereka satu per satu. Di mulai dari para bawahan lalu menuju si kentang yang tampak seperti pemimpin mereka. Keempat pembulli itu terkapar di tanah, babak belur. Karena berjenis kelamin perempuan, mereka mengira aku lemah. Sayangnya, sejak kecil, aku sudah belajar bela diri. Terlebih, memiliki seorang kakak lelaki yang suka menindasku di rumah membuatku mau tak mau tumbuh menjadi cewek yang sedikit tomboy. Aku mendekati si kentang lalu mengambil paksa uang hasil rampasannya. Setelahnya, aku biarkan mereka berempat pergi. Namun, si kentang sempat mengancam akan membalas dendam jika kami bertemu lagi. Aku tidak gentar dengan ancaman itu karena yakin tidak akan bertemu lagi dengannya. Aku beralih pada si cowok lemah lalu memasukkan uangnya kembali ke dalam tas miliknya. Dia tidak bereaksi, mungkin masih ketakutan. "Kamu nggak apa-apa?" tanyaku. Dia mengangkat kepalanya, membuatku terperanjat kaget karena dia menangis. "Hei, kamu nggak apa-apa?" tanyaku cemas. Dia hanya melipat bibirnya, menatapku dengan air mata bercucuran. Aku berharap setelah ini dia tidak ingusan. Karena ingus selalu keluar setelah air mata. Aku merogoh saku celanaku lalu mengambil tisu pemberian Cahyani di sekolah lalu mengusapkan air matanya. "Aku pulang dulu, sebaiknya kamu juga pulang," saranku. "Jangan lewat sini kalau sendirian, bahaya." Dia tidak menjawab, hanya menatapku tajam. Tak ingin kalah, balas menatapnya. Pantang bagiku untuk mengalah atau kalah. Manik hitam legam bulat berkaca-kaca dengan air mata masih tertinggal di pelupuk mata itu telah membuat sendi-sendi kakiku lemas. Perutku yang tadi baru aja diisi mendadak lapar. Dia mengulurkan sebelah tangannya membuatku terpaku. Terlebih, tatapannya seolah memiliki daya magis sehingga aku nggak bisa bergerak kemanapun. "Pungutlah aku!" Matanya berbinar dan bibirku terasa bergetar dengan jantung yang berdebar. “Iya.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
114.0K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.2K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.7K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

Just Friendship Marriage

read
507.2K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook