"Baiklah. Kami tunggu kabar baiknya. Kami pun akan tetap berusaha mencarinya juga. Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Mark.
Baru saja Mark hendak melangkahkan kakinya keluar, Rona memanggilnya kembali. Mark membalikkan tubuhnya menghadap ke Rona dan berkata," ada apa?"
"Maaf, ada hal yang ingin saya tanyakan pada Anda. Sebenarnya, ada masalah apa dengan Lisa? Sepertinya, sangat penting kalian mencarinya? Sampai-sampai, Tuan Anda rela memberikan imbalan yang besar. Jika kami berhasil membawanya," ujar Rona. Rona menatap wajah Mark penuh penasaran.
"Tuan Leo menginginkan dia," sahut Mark singkat, kemudian langsung pergi meninggalkan rumah Lisa.
"Wow, berita yang baik ini. Aku bisa kaya raya, jika Lisa menikah dengan bosnya. Aku harus secepatnya mencari keberadaan Lisa. Tawaran ini sungguh menggiurkan," Rona berkata. Membayangkannya saja, dia sudah terlihat bahagia.
Dia pun langsung menghampiri sang suami yang saat itu masih tidur di kamar.
"Bangun! Kamu ini kerjaannya tidur terus. Dasar pemalas!" Ucap Rona kasar, sambil menggoyangkan tubuh suaminya.
"Kamu ini apa-apa si? Ganggu saja!" Bentak Yohanes balik.
"Berani-beraninya kamu membentak aku? Dasar pemabuk, tak ada gunanya! Untung saja anak kamu masih berguna, untuk menggantikan posisi kamu selama ini," sungut Rona.
Mendengar ocehan istrinya, akhirnya Yohanes membuka matanya dan bangun duduk.
"Sebenarnya, ada apa? Mengapa kamu seperti itu?" Yohanes bertanya.
Rona mulai menceritakan, kalau tadi ada orang suruhan tempat terakhir Lisa bekerja, dan mengatakan kalau bosnya menginginkan Lisa. Rona mengatakan juga, sebagai imbalannya. Mereka akan memberikan 50 ribu pound sterling.
"Kita tak akan kekurangan uang lagi. Kita akan jadi kaya raya," ucap Rona dengan penuh semangat.
"Maksud kamu? Bosnya Lisa mau menikahinya?" Tanya Yohanes memastikan.
"Entahlah, aku pun tak tahu. Lagi pula aku tak peduli. Aku tak peduli Lisa akan dijadikan istrinya atau simpanannya. Bagiku yang terpenting uangnya," sahut Rona tertawa bahagia.
"Sudah, tak perlu banyak tanya! Lebih baik sekarang kamu ini bangun, dan cari anak kamu! Biar kita bisa segera dapat uang yang banyak, tak kesulitan uang lagi," ucap Rona lagi kepada Yohanes.
Semua kini mencari keberadaan Lisa. Baik orang suruhan Leo, ibu tirinya, maupun papinya. Mereka tak memikirkan kondisi Lisa saat ini. Untungnya, sang dokter bersikap baik kepadanya. Dia membelikan satu paket makanan beserta minumannya. Bukan itu saja, Dokter Martin juga yang akan membayar tagihan rumah sakit Lisa.
"Terima kasih atas kebaikan dokter. Jika dokter tak menolong aku entah bagaimana nasib aku sekarang ini. Saya janji akan membayar semua biaya yang dokter keluarkan untuk saya, setelah saya mendapatkan pekerjaan," ucap Lisa.
Dokter Martin menatap wajah Lisa penuh iba. Dia tulus menolong Lisa. Terlebih tadi, saat dia melihat Lisa makan begitu lahap. Dia merasa tak tega.
"Wajah kamu sangat cantik. Tetapi, hidup kamu penuh derita. Semoga selanjutnya kamu bisa mendapatkan kebahagiaan," ucap Dokter Martin dalam hati.
Sayangnya dia telah memiliki istri dan seorang anak. Dia tak mungkin mengkhianati istrinya. Dia harus kembali ke tujuan awalnya, hanya sekadar rasa kemanusiaan menolong Lisa. Bukan karena menginginkan Lisa.
Lisa sudah terlihat segar. Meskipun, dia belum benar-benar pulih. Lisa pamit pulang kepada sang dokter.
"Sekali lagi, aku ucapkan terima kasih. Apa aku boleh meminta nomor telepon dokter? Memudahkan aku bisa menghubungi dokter, kalau aku sudah memiliki uang," ujar Lisa.
"Kamu tak perlu membayarnya! Anggap saja saya menolong kamu. Saya tulus melakukannya," sahut Dokter Martin.
Meskipun Lisa menganggukkan kepalanya, seakan mengiyakan ucapan Dokter Martin. Kelak dirinya akan tetap mencari Dokter Martin. Jika dirinya sudah memiliki uang.
Dokter Martin melepas kepergian Lisa. Lisa berjalan keluar dari rumah sakit. Entah dia harus mencari pekerjaan dimana.
"Tuhan, mengapa engkau tak mengambil nyawaku saja? Agar aku bisa terlepas dari permasalahan di dunia. Rasanya aku sudah tak sanggup melewati semua ini," ucap Lisa lirih. Air matanya kini menetes satu persatu membasahi wajahnya.
Tatapan Lisa terlihat kosong, dia tak bersemangat untuk hidup. Dia berjalan tanpa arah. Mengikuti arah kakinya melangkah.
"Mami, aku lelah. Aku ingin bersama mami saja, bawa aku pergi dari dunia ini! Tak ada gunanya aku hidup," Lisa berkata diiringi isak tangis.
Secara bersamaan, orang suruhan Mark saat itu sedang melintas. Mereka berhasil menemukan Lisa. Mereka Langsung memberhentikan mobilnya, dan langsung turun. Kemudian membekap mulut Lisa dan membawanya masuk ke dalam mobil.
"Lepaskan! Siapa kalian?"
Lisa berusaha memberontak. Namun, sayangnya. Dia tak memiliki kekuatan. Orang suruhan Mark, memberikan bius.
Salah seorang dari mereka langsung menghubungi Mark untuk memberitahu kalau mereka sudah berhasil menemukan Lina dan kini Lisa sudah bersamanya. Mark langsung memberitahu berita baik itu kepada Leo.
"Benarkah?" Tanya Leo memastikan, dan Mark mengiyakan.
"Akhirnya, tertangkap juga kelinci kecilku. Aku akan menghukum kamu, karena berani pergi dariku." Leo menyeringai licik.
Mereka membawa Lisa ke Villa milik Leo. Leo pun beserta Mark, langsung berangkat menuju Villa. Dia sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Lisa. Dalam sekejap, dia berubah menjadi orang yang tak waras.
Lisa beserta orang suruhan Mark baru saja sampai di Villa milik Leo. Villa itu cukup jauh dari pusat kota. Mereka langsung membawa Lisa ke kamar utama dan menguncinya dari luar.
Pengaruh obat bius Lisa telah habis. Perlahan Lisa membuka matanya, dan langsung turun dari ranjang. Dia terlihat panik.
"Siapa kalian? Lepaskan aku! Buka pintunya! Aku tak pernah berurusan dengan kalian!"
Lisa berteriak dari dalam kamar. Dia terus menggedor-gedor pintu kamar itu. Namun sayangnya, tak ada satu orang pun yang peduli padanya. Usahanya sia-sia saja.
Tubuh Lisa merosot ke bawah. Air matanya terus mengalir deras. Bahkan kini dia menangis sambil sesenggukan.
"Sebenarnya, siapa kalian? Apa salahku? Mengapa kalian menangkap aku? Tolong lepaskan aku! Aku harus mencari pekerjaan," ucap Lisa lirih.
Suara derap langkah sepatu terdengar, Leo memasuki Villa. Wajahnya begitu menakutkan, menjadi sosok yang kejam. Dia langsung menuju kamar Lisa berada.
Leo membuka pintu kamar itu dengan kasar, membuat Lisa tersentak kaget. Kemudian, dia langsung menguncinya kembali. Alangkah terkejut dia, saat melihat wajah laki-laki yang telah merenggut kehormatannya. Lisa langsung mengangkat wajahnya dan menatap tajam Leo.
"Akhirnya kita bertemu lagi disini. Kamu pikir, kamu akan terlepas begitu saja dariku? Setelah kita melewati semua itu. Aku tak akan membiarkannya! Malam itu, aku tak memakai penga*man. Mungkin saja, saat ini benih aku sedang berkembang di rahimmu," ucap Leo sinis.
"Aku pikir, Tuan tak pernah menyadarinya. Kalau Tuan telah merenggut paksa kehormatan yang selama ini aku jaga. Bahkan, malam itu. Tuan menyebut Nyonya Elena, saat melakukannya. Tuan tak perlu khawatir, aku tak akan pernah meminta tanggung jawab Tuan. Aku akan menggu*gurkan bayi ini, jika memang benar dia tumbuh di rahimku. Urusan kita sudah selesai Mr. Leo."
"Sekarang, Tuan bisa melepaskan aku. Aku harus mencari pekerjaan baru, karena aku butuh untuk bertahan hidup. Aku mohon pada Tuan, tolong jangan mempersulit hidupku lagi! Tolong lepaskan aku!" Lisa berkata tegas.
Wajah Leo memerah, menahan amarah mendengar penuturan Lisa. Dia pun sudah mengepalkan tangannya. Leo langsung mencengkram rahang Lisa dengan kasar, membuat Lisa meringis kesakitan. Sampai-sampai dia meneteskan air matanya.