"Ternyata kamu sudah berani banyak bicara ya padaku? Aku tak akan pernah melepaskan kamu sampai kapanpun! Jangan pernah coba-coba untuk membu*nuh anakku, jika kamu tak ingin kehilangan nyawamu sebagai gantinya!" ancam Leo dengan tatapan membu*nuh.
"Jika kamu menginginkan hal itu. Lebih baik kamu lakukan saja sekarang! Tak ada gunanya juga aku hidup di dunia ini. Hidupku sudah hancur. Tak ada lagi yang aku banggakan. Cepat, bu*nuh aku sekarang juga, Tuan Leo yang terhormat!" Lisa berkata begitu berani.
Dia tak menjawab, dan justru langsung menggendong tubuh Lisa. Leo melempar Lisa ke ranjang dengan kasar. Kemudian merobek paksa pakaian yang Lisa kenakan. Hal itu membuat Lisa ketakutan. Mata dan wajah Leo terlihat sudah memerah. Terlihat sekali api kemarahan di matanya.
"Aku mohon, jangan lakukan lagi padaku! Milikku masih sangat sakit," ucap Lisa memohon iba.
Air matanya mengalir semakin deras. Namun sayangnya, Leo mengabaikan. Dia tetap melanjutkan. Tubuh Lisa kini sudah terlihat polos. Dia tampak malu, mencoba menutupi area sensi*tifnya.
"Tau perlu kamu tutupi lagi! Aku sudah melihatnya, dan bahkan merasakannya. Sekarang, aku ingin mengulanginya lagi. Menikmati tubuhmu dalam keadaan sadar," ucap Leo.
Keduanya sudah sama-sama polos. Leo merangkak naik keranjang dan mendorong tubuh Lisa kembali dengan kasar, karena Lisa sempat berniat kabur. Dia kini sudah mengungkungnya.
Dia pun langsung mencium bibir Lisa dengan kasar. Menggigit bibir bawah Lisa, agar dia membuka mulutnya lebar. Memudahkan dia mengeksplore hingga ke dalam rongga.
Perlahan ciuman Leo berubah menjadi lembut, membuat Lisa pun akhirnya menikmatinya. Terlebih tangan Leo menyentuh tubuh Lisa dengan penuh kelembutan, memberikan sengatan-sengatan listrik.
Lisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan desa*hannya, saat Leo menghi*sap bukit kembarnya dengan rakus. Jari tangannya pun tak mau diam, memainkan area sen*sitif Lisa.
"Jangan ditahan, Sayang! Mende*sahlah! Aku ingin mendengar suara indahmu," bisik Leo di telinga Lisa.
Hembusan napas Leo begitu terasa, membuat tubuh Lisa berdesir hebat. Merasakan sensasi yang baru dia rasakan saat ini.
"Si*al, mengapa aku jadi menikmatinya? Aku harus menahannya, tak ingin dia tahu kalau rasa ini begitu nikmat," batin Lisa.
Perlahan, namun pasti. Lidahnya asyik memanjakan area sen*sitif Lisa. Dia juga memainkan jari tangannya keluar masuk. Sejenak dia menghentikannya.
"Keluarkan, Sayang! Aku ingin kamu menikmatinya," pinta Leo.
Leo semakin mempercepat permainan lidah dan tangannya. Dia tahu, kalau Lisa sudah berada di titik kli*maks. Tubuh Lisa menggelinjang. Tak lama kemudian, Lisa mendapatkan pelepasan. Lisa meringis merasa ji*jik, saat Leo menji*lati jarinya.
"Sungguh manis, Sayang. Aku yakin, setelah ini akan kecanduan tubuhmu," ucap Leo menyeringai licik.
Kini giliran Lisa memanjakan Leo. Leo mulai mengarahkan miliknya ke mulut Lisa. Dia memaksa Lisa untuk mengu*lumnya. Sampai-sampai Lisa tersedak, karena dia belum terbiasa, dan ukuran milik Leo memang jumbo. Meskipun begitu, Leo menikmatinya. Lisa murid yang cepat pintar.
"Aaahhhh .. Aku sudah tak tahan, hentikan! Aku ingin mempertemukan dia dengan milikmu," ucap Leo.
Dia langsung mencabut miliknya yang terlihat besar, panjang, dan berurat. Miliknya sudah terlihat menegang. Hal itu membuat Lisa meringis ketakutan.
"Apa itu bisa masuk?" Tanya Lisa dengan polos. Membuat Leo terkekeh.
"Tentu saja bisa, Sayang. Mungkin, awalnya akan terasa sedikit sakit. Maka dari itu, nikmatilah! Agar rasa sakit itu, akan berubah menjadi rasa nikmat," Leo berkata sambil menyentuh wajah Lisa dengan penuh kelembutan.
"Tuan, aku mohon! Jangan lakukan lagi! Aku janji akan mengikuti perintah Anda, asalkan Anda tak melakukannya!"
Lisa berharap Leo mau menghentikannya. Tapi sayangnya, Leo tetap melanjutkannya. Dia sudah di penuhi gai*rah. Hati dan pikirannya pun tak ingat lagi dengan istrinya. Dia pun mengubah keputusannya untuk setia kepada istrinya.
Leo mulai melebarkan kedua pangkal paha Lisa, dan mulai mengarahkan miliknya. Percintaan panas dimulai.
"Sakit ...," teriak Lisa. Dia juga spontan meremas punggung Leo, dan meneteskan air matanya. Meskipun ini yang kedua kalinya, Lisa masih merasa sakit.
"Nikmati, Sayang! Sakitnya, hanya sebentar saja. Setelah ini, akan berubah menjadi rasa nikmat," ucap Leo mencoba menenangkan Lisa.
Leo mulai memompa secara perlahan, dia juga mencium bibir Lisa. Agar Lisa terhanyut. Rencananya berhasil, perlahan rasa sakit yang dirasa Lisa berubah menjadi rasa nikmat yang dia rasakan.
"Aaaahhh," desa*han pun akhirnya keluar dari bibir Lisa. Hal itu membuat Leo semakin bersemangat. Semakin mempercepat permainannya.
"Ah, Sayang. Milikmu begitu nikmat," racau Leo yang terus memacu. Baginya, milik Lisa begitu menggigit.
Dia semakin mempercepatnya, karena hendak mencapai titik kli*maks. Lisa pun akhirnya mendapatkan pelepasan kembali. Dengan cepat Leo mencabut miliknya.
"Ah ... Ah ... ah," Leo menumpahkan cairan hangat ke perut Lisa. Memilih membuangnya di luar.
Leo mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah. Jantungnya pun berdegup dengan kencang. Setelah sekian lama menahan untuk setia, kini dia kecanduan tubuh wanita lain. Dia merasa milik Lisa begitu nikmat, bahkan rasanya lebih nikmat saat bercinta dengan istrinya Sebelum Elena pergi meninggalkan dirinya.
Tangis Lisa semakin menjadi, bahkan dia begitu hina melihat tubuhnya sendiri. Dia merasa seperti seorang jala*ng, yang tak ada harganya. Dia merasa hidupnya begitu hancur.
"Sudah, tak usah menangis! Aku akan memberikan kamu hidup yang enak, asalkan kamu mau menjadi pemu*as ranjangku. Tugasmu hanya satu, kamu harus memuaskan aku, kapanpun aku minta! Aku akan memberikan kamu uang yang banyak dan juga kemewahan. Mulai sekarang, jangan coba-coba berniat kabur dariku! Aku tak akan segan-segan membuat kamu menderita!" Leo mengancam.
"Tidak, saya tidak mau! Lebih baik saya jadi pelayan Anda, daripada harus menjadi jala*ng Anda. Aku tak butuh uangmu. Cukup Anda bayar sejumlah gaji aku," ucap Lisa ketus.
"Aku paling tidak suka di bantah! Kamu harus menuruti semua permintaan aku! Baiklah, kamu boleh bekerja menjadi pelayanku lagi. Tapi, khusus melayani aku di ranjang." Sahut Leo.
Leo tampak menertawakan Lisa. Tawanya menggema di ruang kamar mereka. Membuat Lisa bergidik ngeri. Wajahnya terlihat tegang.
"Sekarang kamu tinggal pilih! Berniat kabur dariku, hingga akhirnya aku harus mengikat kaki dan tangan kamu dengan rantai atau bersikap manis dan menerima keadaan, agar aku tak perlu bersikap kejam kepadamu?" Leo berkata sambil menatap Lisa lekat.
Lisa tampak terdiam. Sungguh pilihan yang sulit. Sebenarnya, dia tak ini seperti ini. Tetapi, dia tak memiliki pilihan lagi. Tak dapat dibohongi, dia membutuhkan uang dan dia juga tak mungkin terlepas dari Leo. Hingga akhirnya Lisa menyerah.
"Sampai kapan? Sampai kapan aku harus menjadi pemuas ranjangmu? Sampai Nyonya Elena kembali?" tanya Lisa kepada Leo.
"Akhirnya kelinci kecilku, menyerah. Apa jangan-jangan kamu juga sudah menikmatinya?" goda Leo sambil menaikan alisnya.
"Jika kamu menanyakan sampai kapan, aku akan menjawab sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan. Sampai aku merasa bosan, dan berniat membuang kau seperti sampah," ucap Leo sombong.
Dia tertawa lagi. Leo seperti seorang psychopath. Terkadang bersikap manis, dan terkadang berubah menjadi sosok yang menyeramkan.
"Tak ada perjanjian khusus. Namun yang pasti, jangan pernah berani kabur dariku. Sebelum aku membuang kamu, nikmati saja peran kamu! Tugas kamu hanya satu, kamu harus selalu tampil cantik dan seksi di hadapanku, dan jangan coba-coba berniat untuk membuat aku merasa bosan. Aku akan menikmati tubuhmu sampai bosan, tak akan membuangmu dengan cepat. Apa kamu mengerti?" Jelas Leo.
Pada akhirnya, Lisa menyerah. Mengiyakan ucapan Leo. Tak ada lagi yang bisa dia banggakan, dan mungkin saja benih Leo sudah hadir di rahimnya. Bukankah dia juga butuh uang dari Leo? Ini lebih baik, daripada dia harus menja*lang dengan banyak laki-laki. Lebih baik hanya pada satu laki-laki yang memberikan dia segalanya.
"Bagus, jika kamu sudah menyadarinya," sindir Leo.
"Sekarang lebih baik kamu mandi dulu! Aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan makanan untuk kita. Pasti perut kamu terasa lapar, sehabis bercinta. Pakailah pakaian ini, aku ingin kau selalu terlihat cantik!" Ujar Leo sambil memberikan satu buah paper bag, berisi dua buah gaun yang sangat seksi, pakaian dalam, dan juga dua buah lingerie.
Tanpa bicara, Lisa langsung mengambilnya dari genggaman Leo. Kemudian membawanya ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi, dia langsung menangis. Menumpahkan kesedihan yang dia rasa.
"Aku hanya seorang ja*lang yang tak ada harganya," ucap Lisa sambil menatap wajahnya di cermin yang berada di sana.