Sepertinya aku sudah mulai terbiasa naik kuda bersama Erlangga. Kali ini. Kami berdua seolah bersinergi dengan si kuda hitam untuk segera menyusul si Joko penunjuk jalan. Sementara itu Reksa menjadi bagian sapu ranjau di belakang, mengawal dan mengawasi. Joko mengendalikan Gending dengan cukup baik. Terbukti dari beberapa kali keduanya melompati batang pohon yang roboh, atau akar tunjang yang melintang di tengah jalur. Selain itu, dengan parangnya Joko menyabet dan memotong ranting serta semaknyang menghalangi jalur kami. Erlangga tidak banyak bicara selama perjalanan kami mengendarai si kuda hitam. Tampaknya dia begitu waspada melihat sekeliling. Terutama saat ini. Laju kami agak terhambat karena banyaknya semak belukar yang harus dilewati. Mungkin inilah yang disebut babat alas. Alias