Aku menerima seduhan minuman hangat beraroma jahe dari emban, dalam gelas dari bambu. Meski sinar matahari yang terik telah bergerak, minuman hangat ini mampu memuaskan dahaga. Sebab, udara di sini cukup sejuk dan cenderung dingin. Duduk di tikar anyaman pandan, aku menatap di kejauhan, sengaja menghindari Erlangga. Tidakkah dia bisa menghentikan semua omong kosong itu? Setelah menculik dan memaksaku untuk menemukan kepingan cakram, lantas kenapa dia tidak mau membantuku untuk bertemu ayahanda Romo sekali saja? Egois! Erlangga benar-benar egois. Arrgh, kalau dia tidak mau membantuku, tidak apa-apa. Bukankah masih ada Athlock lain di dimensi ini. Iya, sebaiknya aku mencari Dekker saja. Dia pasti mau membantuku. "Gusti putri. Ubi rebusnya," kata Emban semabri meletakkan penganan itu d