“Dannys!”
Tubuhku terangkat secara alamiah ketika mendengar suara itu. “Yoshi!” Hal selanjutnya yang kudengar adalah desahan nafas panjang dari Yoshi. Dia melemparkan tas ranselnya lalu dengan cepat naik ke tangga dan menghampiri aku.
“Bagaimana?!”
Pertanyaan Yoshi membuatku mendesah panjang. Aku hanya bisa menggelengkan kepala lalu mengusap wajahku dengan kasar.
“Kudengar dari Minho kamu pingsan, apa kau baik-baik saja?”
Sekali lagi aku mendesah dan melepaskan desahan napas dalam desahan panjang dari d**a. “Ya, aku baik-baik saja. Secara teknis. I mean, Kang Minho ada di sana dan dia membawaku ke klinik.”
“Kau sudah cerita pada Minho?”
Aku terdiam sejenak dan sekali lagi melakukan tarikan nafas panjang. Kutenangkan diriku sebelum mendesah panjang dan menganggukkan kepala.
“Ya.”
“Lalu apa jawaban Minho?!” Yoshi bertanya dengan nada panik. Well, wajahnya juga terlihat panik.
Sekali lagi aku terdiam. Menahan diriku agar tidak tertawa, tapi nyatanya aku tidak bisa. Aku makin tergelak dan yang kulakukan hanyalah menggelengkan kepala. Kulayangkan kedua tangan ke udara lalu kulempar tubuhku kembali ke ranjang.
“Kau tidak akan percaya, Yoshi.”
“Ceritakan padaku!” Yoshi mendekat. Dari caranya bertanya saja sudah membuatku tahu bahwa yang dia butuhkan adalah cerita yang lengkap dariku.
Namun, aku butuh beberapa saat karena saat mengingat semua itu, seluruh pikiranku akan dibuat kacau dan aku hanya bisa mendesah kasar terus-terusan. Namun, sejurus kemudian aku tertawa sinis.
“Dannys, ada apa?!”
Sekali lagi kuangkat tubuhku dan terduduk di depan tubuh Yoshi. Mulutku keluh dan dadaku memberat. Yang bisa kulakukan hanyalah terus terkekeh dan sepertinya itu membuat Yoshi semakin penasaran.
“Oke!” Akhirnya aku membetulkan gaya dudukku dengan menghadap kembali pada Yoshi. “well, saat aku cerita, Minho langsung memberitahu bahwa malam itu dia menjemput Max Belanger di bandara.”
Kening Yoshi mengerut dan aku bisa memastikan kalau dia sedang kebingungan. “Maksudmu?” Pertanyaan Yoshi kembali membuatku mendengkus. Kepalaku kembali berkedut pening dan entah berapa banyak aspirin yang harus kutelan. Semua ini kembali membuatku stres.
“Minho menjelaskan bahwa dia sendiri yang menjemput Max di bandara tepat tengah malam.”
Untuk sesaat Yoshi terdiam dengan kedua sisi alisnya yang secara perlahan berkedut dan melengkung ke tengah, tampak sedang berpikir keras. Sejurus kemudian dia mendelik, memandangku dengan wajah tercengang.
“What?!” pekik Yoshi. Reaksinya sama persis denganku ketika aku pertama kali diberitahu oleh Minho.
“It doesn’t make sense!”
Aku terkekeh sinis. “Ya, aku juga berkata seperti itu. Sama persis,” ucapku. Kemudian kupalingkan wajah, memandang ke luar bangunan apartemen.
“Tunggu dulu!”
Tiba-tiba Yoshi berbicara dan dari nadanya, dia tampak sangat serius sehingga aku kembali memandangnya.
“Apakah kamu bertanya jika Minho menjemput Max tepat saat pesawatnya melandas?”
DEG
Ada satu siratan dalam ucapan Yoshi yang kemudian menimbulkan denyut berbeda di hatiku.
“Ti—tidak,” jawabku.
Yoshi mendesah panjang dan memalingkan wajahnya. “That’s the point!” ucap Yoshi sambil memetik jarinya.
“Well, Dannys, mungkin ketakutan telah menutupi pikiranmu sampai kau tidak terpikir bahwa Max Belanger bisa saja mengelabui Kang Minho.”
“Maksudmu?”
Kali ini giliran Yoshi yang mendengkus. “Maksudku, bisa saja dia membuat seolah-olah dia baru tiba di bandara, padahal dia sudah tiba sejak pagi, atau siang atau bahkan dua hari sebelumnya. Jika kau bilang kamu melihat Max Belanger bersama orang-orang jahat itu lalu kau bilang lagi jika dia mahasiswa pindahan dan baru saja kau bilang jika Kang Minho baru menjemputnya, maka ada kemungkinan Max Belanger telah merencanakan semua ini sebelumnya,” ujar Yoshi panjang lebar.
Keningku makin mengerut, tetapi apa yang baru saja diuraikan oleh Yoshi adalah sesuatu yang kemudian membuka tabir dalam kepalaku.
Aku pun mendelik. “Ya Tuhan!” Aku memekik rendah dan Yoshi membalasnya dengan memetikkan jarinya di depan wajahku.
“Kau mengerti sekarang?”
Aku mengangguk. “Ya!” jawabku dengan nada tercengang. Kupalingkan wajahku kemudian aku mendesah kasar, seolah-olah ada sesuatu yang perlahan keluar bersama desahan napas panjang yang teralun dari dalam paru-paruku.
“Ya Tuhan, mengapa aku baru memikirkannya saat ini.”
“Aku berasumsi jika kau terlalu terkejut dan syok, Dannys.”
Sekali lagi aku mendongak. Aku benar-benar dicengangkan oleh kenyataan bahwa Yoshi lah yang lebih peka daripada aku yang seorang mahasiswa fakultas hukum.
Seharusnya akulah yang lebih peka menangkap situasi yang terjadi di depan mataku, tetapi aku sama sekali tak menyangka kalau ternyata akan Yoshi lebih celih menangkap celah kejahatan yang diciptakan oleh Max Belanger.
“Ya, kau benar, Yoshi!”
Yoshi mendekat. Dia meraih kedua sisi tanganku dan membuatku tersentak. “Well, Dannys. Kalau begitu kau harus memberitahu Kang Minho. Katakan padanya bahwa Max Belanger bukan pria baik-baik. Persetan walaupun dia anaknya Marthin Belanger. Ini sudah sangat keterlaluan apabila dia berpikir kalau dia bisa mengelabui Kang Minho juga. Jujur saja sampai saat ini aku masih bertanya-tanya siapa gadis yang menjadi korban pemerkosaan yang kamu lihat. Semua itu membuatku takut, tetapi menyadari kenyataan yang sesungguhnya bahwa pelakunya berada di depan mata dan dia juga anak orang kaya maka aku mulai berpikir bahwa mereka adalah gangster.”
Mataku mendelik dan jantungku kembali tak berfungsi. Meninggalkan aku dengan sejuta perasaan terkejut yang membuatku menandang Yoshi dengan mata yang terbuka lebar.
“A—apa?”
“Ya, Dannys!” kata Yoshi sekali lagi. “kau ingat apa yang aku katakan bahwa belakangan banyak para gadis yang kehilangan virgin tanpa sebab?”
Aku bergeming dan lalu menganggukkan kepala. “Y—ya,” jawabku sedikit ragu.
“Maka setelah mendengar apa yang kau katakan, aku jadi semakin yakin kalau mereka benar-benar sebuah sindikat. Dan Max Belanger adalah salah satu dari mereka. Bisa jadi kalau dia kepalanya. Mungkin kedatangannya di Wisconsin hanya untuk memastikan bahwa bisnisnya berkembang dengan pesat. Dilihat dari caranya membohongi Kang Minho maka aku sangat yakin kalau dia adalah orang yang sistematis.”
Semua yang dikatakan Yoshi semakin membuatku syok. Sungguh pun, aku benar-benar tidak menyangka bahwa Yoshi akan berpikiran demikian. Namun, sekalipun Yoshi hanya menduga-duga, tetapi apa yang dikatakan Yoshi barusan adalah sebuah fakta.
Fakta bahwa seorang Max Belanger adalah anggota kriminalitas dan semua kemungkinan itu semakin diperkuat dengan adanya kekuasaan Marthin Belanger di wilayah ini.
Ya Tuhan, bulu kudukku bangkit dan membuatku merinding. Mataku melotot, memandang Yoshi dengan pandangan terkejut.
“Kamu harus segera memberitahu Kang Minho, Dannys. Aku sangat yakin kalau Max Belanger itu orang jahat.”
Kutelan saliva sebelum kuanggukkan kepala. “Y-yeah,” ucapku dengan gagap. “a-aku akan memberitahu Minho.”
“Ya, jelaskan padanya bahwa yang kau lihat adalah Max Belanger. Yakinkan Kang Minho dan buat dia mau membantumu. Ya Tuhan, Dannys! Aku benar-benar tak berani pergi ke mana-mana. Wisconsin sangat tak aman belakangan ini.”
Hanya desahan napas yang terus kualunkan, tetapi lewat perkataan Yoshi, aku jadi tahu bagaimana cara yang tepat untuk meyakinkan Kang Minho.