Chapter 5

1930 Kata
Kaira tengah berjalan di sebuah lorong yang tidak dia kenali, namun tiba-tiba lorong itu berubah menjadi sebuah taman bunga dengan rerumputan yang terlihat hijau dan pepohonan yang hijau dan rindang membuat siapa pun yang melihat pasti akan merasakan kesejukan di dia, saat Kaira tengah berjalan di rerumputan itu, tiba-tiba suara yang sangat kaira rindukannya. Saat menoleh berapa bahagianya kaira dia langsung berlari menghampiri.  "Ayah, Bunda Ira kangen kalian, kenapa kalian tega ninggalin Ira sendirian," Ucap Kaira masih dengan tata kedua paruh baya yang adalah orang tua Kaira, Dua paruh baya itu pun tersenyum. Lalu ajakan Kaira duduk di rerumputan yang hijau itu. "Dengar sayang, kami juga sangat merindukan Kamu Nak tapi, kamu belum waktunya ikut bersama mu, masih ada yang sangat membutuhkan mu," Ucap Bunda Kaira. Dengan senyuman yang meneduhkan hati kaira.  "Tapi Ira ingin ikut Bunda dan Ayah saja, disana Ira kesepian Bun, Ira juga tidak pernah dibutuhkan," Ucap Kaira dengan mata yang berkaca-kaca. "Kamu salah nak, masih ada yang sangat membutuhkan kamu, kamu dengar teriakan histeris seorang perempatan dan ada seorang pria yang terus memanggil namamu," Kembali lah Nak, setidaknya berbahagia lah dulu sebelum kamu bersama kami nanti, karena akan ada sesuatu yang kamu berikan untuk suamimu dan juga orang tua suamimu nanti setelah itu kami pasti akan menjemput mu sayang jadi untuk sekarang kembali lah pada suamimu, hadapi cobaan apapun itu, "Ayah Kaira, kini Kaira pun menatap Ayah dan Bundanya yang tersenyum hangat padanya, namun tak lama tiba-tiba semua menghilang, dan kini dia tiba-tiba terdorong kesebuah lubang yang membuatnya terkejut.  "Aaaaa ..." Teriak Kaira yang kini langsung terduduk dengan keringat yang memenuhi wajah dan mata yang melihat sekelilingnya. "Mas Arka," Ucap Kaira dengan langsung memeluk Arka yang masih tak berkutik karena melihat Kaira yang tiba-tiba terbangun dengan teriakan histeris. "Mas Kai takut mas," Ucap Kaira dengan mengeratkan pelukannya, dari situ Arka sadar dan langsung mengeratkan pelukannya pada Kaira.  "Ssssttt ... Jangan takut ada mas disini sayang kamu jangan takut," Ucap Arka dengan tersenyum.  "Terima kasih Tuhan kau telah mengabulkan do'aku terimakasih telah mengembalikan Kaira istriku Tuhan, Terima kasih," Batin Arka dengan tersenyum. "Mas aku takut tadi aku jatuh kelubang yang sangat dalam setelah aku bertemu Ayah dan Bunda, mereka bilang Kai belum waktunya bersama mereka, Ayah dan Bunda menyuruh Aku pulang untuk menemui Reina dan Mas Arka yang membutuhkanku," Ucap Kaira bercerita tentang kejadian yang dialaminya. Arka hanya terdiam mendengar kan cerita sang istri yang sedang serius setelah bercerita. Arka pun mengecup kening Kaira dan tersenyum.  "Sudahkan ceritanya, mas panggil dokter dulu yah?, untuk meriksa keadaan kamu," Ucap Arka, baru saja Arka akan beranjak dari duduknya, namun Kaira langsung memegang jaket yang Arka pakai.  "Jangan mas, aku takut sendirian," Ucap Kaira sambil memegangi jaket Arka.  "Sebentar saja sayang, ada Reina kok didepan, Mas menemui Reina dulu yah?, biar dia yang memanggil dokternya," Ucap Arka, Kaira pun mengangguk dan melepaskan pegangannya pada jaket Arka. "Jangan lama-lama ya mas," Ucap Kaira dengan terus menatap Arka yang keluar dari ruangan itu, tak butuh waktu lama Arka sudah kembali lagi kali ini bersama dokter Rico dan Reina yang ternyata masih didepan menemani Reina. Rico pun langsung memeriksa Keadaan Kaira setelah itu, dia langsung menugaskan perawat untuk memindahkan Kaira keruang Rawat inap VVIP karena Arka yang meminta Kaira untuk dirawat diruang VVIP agar Kaira bisa istirahat dengan tenang, Arka pun meminjam ponsel Reina untuk menghubungi Riski sahabatnya lalu kedua orang orang tuanya. Setelah melihat kondisi Kaira membaik, Reina pun kembali mengerjakan tugasnya, sedangkan Kaira tentu ditemani Arka karena tidak mau sendirian.  "Istirahat lah sayang, kamu butuh banyak istirahat biar cepat sembuh. tenang saja mas akan menemanimu Mas sudah minta tolong Riski membelikan makanan dan sekalian mengambil kan baju ganti untuk Mas," Ucap Arka yang kini tengah duduk disamping Kaira dan mengelus kepala Kaira dengan penuh kasih sayang. Kaira pun tersenyum saat merasakan elusan tangan Arka yang terasa sangat nyaman, dia pun mulai memejamkan matanya kembali, Setelah melihat Kaira tertidur, Arka mengecup kening Kaira dengan hikmat, dia bersyukur istrinya tengah kembali setelah berjuang melawan masa kritis nya.  ***********  Riski kini berjalan menuju ruang rawat Kaira, membawa makanan, baju dan laptop juga Ponsel milik Arka sesuai permintaan Arka. Setelah sampai didepan ruang rawat inap Kaira, Riski pun langsung masuk keruangan itu.  “Ssttt .. Jangan berisik, nanti Kaira terbangun, thanks ya Ris udah bantuin bawain baju dan makanan ,” Ucap Arka. “Iya Ka, jangan sungkan kalau ada kebutuhan lain hubungi aku aja, gimana keadaan Kaira?” Tanya Riski yang kini sudah duduk disofa bersama Arka.  "Sudah jauh lebih baik, meski sempet kritis tapi istriku hebat karena bisa berjuangan untuk kembali," Ucap Arka dengan menatap Kaira yang masih tertidur lelap dengan wajah teduhnya namun sedikit pucat.  "Syukurlah kalau begitu, tapi kenapa bisa seperti ini Ka ?, bukannya kalian selalu baik-baik saja, itu yang aku karena aku lihat, malah kalian selalu tampil mesra," Ucap Riski yang ikut prihatin dengan keadaan Kaira.  "Ini semua karena mommy ku Ki dia selalu mendesak Kaira untuk membujukku agar mau menikah lagi, dan aku tidak setuju jadi tadi kami sempat bertengkar karena membahas keinginan mommy, dan aku meninggalkan dia untuk menenangkan diri tadinya aku ingin kerumahmu, tapi ponsel ku tertinggal dan mungkin Tuhan menunjukkan kalau kalau Aku harus menyelamatkan istriku, Kaira memotong nadinya dan saat aku sampai rumah dia sudah berlumuran darah, aku syok, tapi untung akal sehatku masih bekerja jadi aku mengikat pergelangan tangan dan membawa Kaira ke rumah sakit mungkin kalau aku telat sedikit saja ntah lah, apa Kaira masih bisa diselamatkan, dan aku ntah bagai mana hidupku kalau sampai Kaira tidak tertolong aku bisa gila Ris, karena aku sangat, sangat mencintai Kaira dia adalah nyawaku, " ucap Arka dengan mata berkaca-kaca.Riski hanya bisa mengusap punggung sahabatnya itu untuk memberi kekuatan. "Mas .." Arka yang tadinya menunduk langsung mendongak saat mendegar suara yang sangat ia kenali memanggilnya, dengan air mata yang mengalir dipipi putih yang kini sudah kembali merona. Setelah terlihat sangat pucat tadi. Arka langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Kaira lalu duduk disampingnya.  "Kamu kenapa sayang kok nangis?," tanya Arka pura-pura tidak mengerti.  "Maafin Kaira mas, Kaira udah bikin masih sedih, Kaira nggak tau kalau karena Kaira mas bisa sesedih ini dan semenderita ini, maafin Kaira mas hiks..," Ucap Kaira dengan air mata yang terus mengalir dipipinya. "Sssttt .. Sudah ya lupakan, anggap ini sebagai pembelajaran, seberat apapun masalah yang kita hadapi , jangan melakukan hal yang membuat mas takut lagi sayang," Ucap Arka lalu mengecup kening Kaira dan menerapkannya dengan erat dengan isak tangis Kaira membuat Arka ikut meneteskan air matanya ,, Riski Yang melihat itu hanya bisa tersenyum penuh haru, meski masalah yang menghampiri mereka begitu berat namun Arka dan Kaira namun merasa saling menguatkan. "Tuhan berikan mereka jalan keluar yang terbaik, sehingga mereka tidak harus saling menyakiti lagi, berikanlah apa yang mereka inginkan," Batin Riski yang melihat ketulusan cinta Arka dan Kaira.  "Ekhem, udah dong peluk-pelukan dan nangis-nangisannya nanti ikutan nangis nih," Ucap Riski mencairkan suasana agar tidak terlalu sedih. Arka dan Kaira pun melepaskan pelukannya dan menetap Riski lalu tertawa bersama, Arka pun menghapus air mata Kaira yang masih menetes dipipinya.  Saat Riski, Arka dan Kaira tengah berbincang dengan sesekali tertawa karena candaan yang Riski lontarkan, Tiba-tiba pintu ruang rawat Kaira Terbuka, dan terlihat Orang tua Arka dan Jasmin telah berdiri dan kini memasuki ruang rawat inap Kaira.  "Kenapa sih kamu selalu bikin ulah?, dan selalu nyusahin anak saya," Ucap Sandra dengan sinis saat masuk dan melihat Kaira tengah duduk dengan infus yang terpasang ditangannya.  "Bu-" Mendengar ucapan itu Ibunya, Arka terlihat emosi. "Mas." Kaira menggenggam tangan Arka yang mengepal, dia pun menatap Kaira yang kini menunduk karena tidak sanggup melihat tatapan sinis dari ibu mertuanya.  "Kamu harusnya jangan terlalu keras pada Menantu kita, apalagi dia sedang dalam keadaan sakit seperti ini," Ucap Arya mencoba memberi pengertian pada istrinya itu.  "Menantu kita, kamu aja kali mas aku sih nggak pernah merasa punya menantu seperti dia, yang nggak berguna jangankan memberi yang lain memberi cucu saja dia nggak bisa, yang dia bisa hanya merepotkan putraku saja," Ucap Sandra dengan nada mengejek pada Kaira.  "Mom sudah cukup, Kaira itu istriku tidak sepantasnya mommy mengatakan hal itu, aku kecewa sama mommy, apapun kekurangan Kaira aku akan tetap menerimanya karena dia wanita yang sangat hebat, mommy tau meski mommy membencinya tapi dia tetap menyayangi mommy," ucap Arka dengan geram.  "Mommy tidak butuh kasih sayang dari dia, kecuali kamu mau menikah dengan calon pilihan Mommy yaitu Jasmin, Mommy akan mempertimbangkan untuk menyayangi dia," Ucap Sandra membuat Arka, Riski dan Arya terkejut dan menatap Sandra dengan tatapan sulit diartikan. Sementara Jasmin tersenyum merasa menang karena pembelaan dari Sandra.  "Nggak akan," ucap Arka menolak dengan tegas.  "Mas Kaira mohon, menikahlah dengan Jasmin, mas ingin melihat aku baik-baik saja bukan?, aku mohon mas aku nggak sanggup kalau mommy terus membenciku," Ucap Kaira penuh permohonan, sementara Riski hanya terdiam, dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Kaira yang malah menyuruh Arka untuk menikah lagi dengan Jasmin. Sedang kan Arka hanya bisa pasrah setelah melihat permohonan dari istrinya sendiri, karena dia juga sudah berjanji untuk mengabulkan apapun permintaan Kaira asal dia kembali lagi bersamanya. "Gitu dong dari kemaren kek, jangan malah drama kayak gini dulu, pernikahannya dilakukan besok, karena semuanya sudah siap," Ucap Sandra tanpa rasa bersalah sedikit pun pada Kaira.  "Apa!!," seru Arka yang terkejut karena semuanya sudah diatur dengan baik oleh ibunya, semetara Kaira hanya bisa menunduk dan menahan air matanya, kalau sudah seperti ini dia hanya bisa pasrah dengan takdir hidupnya, dan kalau memang ini takdir jalan hidupnya harus berbagi suami.  "Inget yah Arka, malam ini kamu harus pulang kerumah, Kaira biar bi Ratih yang menemani, kamu harus bersiap untuk pernikahanmu besok dengan Jasmin, nanti bi Ratih datang sore setelah bi Ratih datang kamu harus pulang, Mommy tidak menerima alasan apapun lagi," Ucap Sandra tanpa merasa bersalah sdikitpun pada sang menantu, setelah berbicara seperti itu dia pergi begitu saja bersama Jasmin meninggalkan ruang rawat Kaira tanpa meminta maaf sedikit pun karena sudah melukai perasaan Kaira.  "Maafin Daddy ya Nak Kaira, Daddy tidak bisa menolak keinginan Mommy kalian, dia selalu mengancam akan bunuh diri kalau kemauannya tidak dituruti, daddy pergi dulu yah besok daddy kesini lagi, semoga kamu cepet pilih ya nak," ucap Arya lalu pergi menyusul Sandra yang sudah pergi lebih dulu bersama Jasmin.  "Gila Ka, tante Sandra benar-benar nggak punya hati, bukan nanya kabar kesehatan Kaira, tapi datang malah ngomel-ngomel dan maksa kamu buat nikah lagi, benar-benar kejam," Ucap Riski sambil brigidik ngeri karena melihat Sandra yang tadi memaki Kaira tanpa perasaan.  "Hiks .. Hiks .." Tiba-tiba terdengar suara isakan Kaira, membuat Arka menatap lirih pada istrinya itu, Arka pun ikut merasakan apa yang Kaira rasakan yaitu kesedihan yang mendalam.  "Jangan nangis sayang, mas akan batalkan pernikahan itu, dan kita akan pergi jauh dimana tidak akan ada yang mengusik kebahagiaan kita berdua, tidak akan ada Mommy hanya kita berdua," ucap Arka yang tidak tega melihat sang istri yang terus menangis.  "Nggak mas jangan, aku nggak mau mas Arka jadi anak yang durhaka, mas harus tetap menikah, kalau mas nggak ingin melihat Mommy membenci dan memaki ku terus menerus, InsyaAllah Kaira kuat mas," Ucap Kaira meski hatinya kini sudah tak berbentuk karena ucapan ibu mertua tadi. Tapi dia berusaha tegar demi suaminya dia tidak ingin membuat suaminya semakin terbebani olehnya.  "Ya Tuhan betapa mulianya hati Kaira, dia rela melupakan perasaannya demi membuat ibu mertua bahagia, aku yakin suatu saat pasti kebahagian akan menghampiri mu Kai, aku kagum pada mu, andai aku bisa aku pasti akan membantu mu, ya Tuhan berikan lah kebahgiaan untuk perempuan hebat ini, "Batin Riski yang memperhatikan Kaira yang terus menerus menitikan air mata nya. Kini Arka hanya bisa pasrah dia terus memeluk Kaira dengan erat, seolah-olah tidak ada hari esok, Kaira  pun mengeratkan pelukannya pada Arka tak kalah eratnya dan mereka pun kini menangis bersama, sedang Riski pergi tanpa meminta izin karena takut mengganggu, Riski memutuskan untuk kekantin rumah sakit untuk meminum kopi saja, dia tidak tega melihat pasangan suami istri yang saling mencintai itu harus menderita karena ego ibu Arka.  TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN