Menyadari ada yang salah dengan Grace, Ash mengernyit. "Kamu sakit?"
Grace tidak sempat menjawab Ash karena dia sudah telanjur muntah.
Ash terdiam. Tadi wajah tampannya ditinju oleh Gio, kini dimuntahi Grace. Meski sebenarnya hanya memuntahi jersey-nya yang bagian d**a tapi cipratan muntah itu mengenai wajahnya.
"Menyingkir!"
Grace bergeser sehingga tidak terus muntah ke pakaian Ash.
Sang protagonis masih berbaring di tanah, syok berat. Dia lebih syok lagi ketika mendengar teriakan dari luar pagar.
"Grace! Kamu di mana?" teriak seseorang, yang tak lain adalah Gio.
Ternyata yang datang bukan geng Scorpion melainkan Gio dan beberapa anggota geng King.
Ash melepas jersey-nya, menyisakan kaos putih tanpa lengan di badan. "Kamu Grace?" tanyanya setelah gadis itu berhenti muntah.
Menghela napas, Grace menjawab, "Ya."
Gadis yang membuat Ash tertarik di pertemuan pertama mereka tidak lain adalah Grace? Grace Carter yang annoying itu?
Ash jadi ingat perkataan Grace kemarin bahwa dia akan berubah demi Ash. Di hadapan semua orang, gadis itu dengan lantang mengatakan, 'aku gadis yang dijodohkan dengan Ash. Dia milikku, dan aku akan mengambilnya kembali'. Kemudian sepulang sekolah, Grace memohon kepadanya untuk tidak membatalkan pertunangan.
Ash ingat dengan jelas kata-kata Grace kemarin; Ash, maafkan aku karena membocorkan pertunangan kita. Ash, tolong jangan batalkan pertunangan. Aku akan berubah demi kamu. Kalau kamu suka gadis seperti Lily, aku akan mengubah penampilanku agar menjadi sepertinya. Ash, aku akan melakukan apapun untukmu. Aku mohon Ash, maafkan aku.
Ash sangat terganggu dengan sikap agresif Grace. Dia pun mengatakan dengan asal, 'kalau kamu bisa membuat Gio mundur dari jabatan Kapten tim basket, aku akan memaafkanmu' untuk membuat Grace pergi.
Tadi siang Ash mendengar kalau Grace bertengkar dengan Gio, dan masuk rumah sakit. Dia berharap gadis itu tidak pernah sadar, tapi siapa yang tahu kalau gadis yang membuatnya tertarik pada pertemuan pertama ini akan menjadi Grace yang annoying itu.
Apakah seseorang bisa berubah drastis hanya dalam satu malam? Atau sebenarnya selama ini Grace berpura-pura menjadi sosok yang annoying? Tapi kenapa harus berpura-pura? Apapun itu, Ash membencinya.
Ash ingat Grace di masa lalu selalu menguntitnya ke mana pun dia pergi. Grace yang membelikan barang-barang tidak berguna untuk menyenangkannya. Grace berpenampilan norak yang mengatakan cinta di podium pada hari pertama sekolah di WHS. Grace yang dengan bodohnya mengikuti semua perintah teman-temannya hanya karena teman-teman itu mengatakan kebohongan: Ini yang diinginkan Ash.
Grace yang secara tidak sengaja menumpahkan makan siang Ash akibat bertengkar dengan Joyce (ketua fanclub B-Ash) saat makan siang bersamanya. Masih banyak lagi tingkah konyol gadis menyebalkan itu dalam upaya mendekatinya, dan kesemuanya hanya membuat Ash sakit kepala.
Ash merasa malu karena disindir teman-temannya kalau ketampanannya bahkan menarik serangga jelek seperti Grace. Meski dia mengutuk dan mencaci, gadis itu tidak pernah menyerah. Kalau bukan karena cucu dari sahabat kakeknya, sudah sejak lama Ash menyewa preman untuk membunuhnya. Seekstrim itulah kebenciannya, dan dia sendiri tidak mengerti kenapa bisa sangat membencinya.
Seketika Ash kehilangan minat pada gadis yang tadi membuatnya tertarik.
Gio menghancurkan gembok di pagar, masuk ke area rumah kosong, dan melihat siluet dua orang di jalan yang terkena sinar bulan. Yang satu berdiri dengan wajah muram, yang satu lagi jongkok.
"Grace. Apa yang salah?" tanya Gio.
"Big brother, perutku sakit," keluh Grace.
Gio menghela napas. "Kan, sudah kubilang tadi, jangan makan banyak."
Ash mendengkus melihat dua saudara itu, kemudian pergi dari sana.
***
Grace merasa sedikit baikan setelah Gio memberikan obat cair antimuntah yang dibeli dari apotek.
"Masih sakit?"
Grace menggeleng.
Gio memerhatikan gaun Grace yang sedikit terbuka bagian bawahnya, lalu mendatangi Ken (tangan kanannya). Dia meminta pria itu melepas jaketnya, kemudian mengikatkan jaket tersebut langsung ke pinggang adiknya.
"Terima kasih, big brother."
"Hemm... Ayo pulang."
Ken mendekat ke Grace, tersenyum, lalu membukakan pintu mobil, "Silakan, Adik Bos."
Grace mengangguk. "Terima kasih. Besok akan kukembalikan jaketmu."
Ken tersenyum, baru akan buka suara untuk mengatakan tidak perlu repot-repot, ketika Gio memelototinya. Dia kemudian menyeringai.
Gio berbisik ke Ken. "Kurangi senyum."
"Bos takut tersaingi dengan ketampananku?"
Gio hanya mendengkus dingin, lalu duduk di sebelah Grace.
Ken mau masuk juga ke kursi sebelah sopir, tapi Gio lebih dulu memberi titah ke sopir, "Jalan!"
Ken berteriak menyedihkan, "Bos! Itu mobil yang baru kubeli hari ini! Aku meminjamkannya karena kupikir kita teman dekat! Teganya Bos memperlakukanku seperti ini hanya karena seorang adik!"
Mau seperti apapun Ken menjerit di jalan sepi itu, mobil barunya sudah dibawa pergi oleh Gio.
"Dia cukup baik dengan meminjamkan mobilnya," komentar Grace.
"Dia hanya mau pamer," balas Gio. "Jangan terlalu percaya kepadanya."
Grace mengangguk. Kakeknya juga pernah bilang agar tidak mudah percaya dengan orang lain, terutama para pebisnis yang seringnya bermulut manis.
***
Grace dan Gio baru sampai sekitar pukul sepuluh malam, bertepatan dengan keluarga Carter yang juga keluar rumah untuk mengantar seorang pria pulang. Mereka tertegun dengan wajah tanpa make up Grace dan cara gadis itu mengenakan gaun yang anggun.
Arsha dan Farisa memang tahu kecantikan Grace. Mereka sengaja menyembunyikannya dengan membodohi gadis itu untuk memakai make up norak. Meski begitu, mereka tidak menyangka kalau gadis itu akan berani menunjukkan wajahnya sekarang.
Berbeda dengan Arsha dan Farisa, Arka dan Austin sama sekali tidak tahu wajah Grace tanpa make up.
"Kak Grace dari mana saja?" Arsha yang pertama bereaksi karena rasa irinya sudah mencapai ubun-ubun. "Kami semua mengkhawatirkan Kakak."
Khawatir? Hanya Grace terdahulu yang akan percaya itu.
"Kamu baik-baik saja, Grace?" tanya Farisa, yang langsung mendekati Grace seolah dia adalah ibu yang tidak bisa tidur karena anaknya belum pulang. "Apa kamu lupa kalau tamu penting ayahmu akan makan malam bersama kita? Kenapa pulang terlambat? Apa sakitmu sangat parah?"
Tidak menunggu jawaban Grace, Farisa bertanya ke Gio. "Kenapa wajahmu babak belur lagi? Mama sudah bilang, kan, berkelahi itu sangat berbahaya. Kalau kamu terluka begini, Mama jadi khawatir."
Gio menatap tajam Farisa, menepis tangan wanita itu yang coba menyentuh wajahnya.
"Untuk apa mengkhawatirkan anak-anak ini. Sudah bagus mereka tidak muncul, atau hanya akan membuat malu keluarga," kata Austin.
"Jangan begitu," kata Farisa dengan nada lembut. "Mereka tetap anak-anak kita." Dia menatap Gio dan Grace kembali. "Kalian pulang bersama, apa artinya kamu mengajak Grace keluar untuk bermain? Jangan sering-sering bermain, Grace itu harus belajar agar bisa menaikkan nilainya. Kamu juga, Gio, meski nggak di posisi terendah seperti Grace, bukan berarti kamu bisa bebas main-main. Kalian─" mengerti?
"Berhenti bicara!" Grace menatap langsung ke netra Farisa, berkata dengan nada ratunya. "Napasmu yang bau itu membuat perutku mual lagi."
Gio tertawa kuat, lalu mengacak rambut Grace dengan gemas. "Nanti Big brother akan membelikanmu masker... dan camilan."
Ada orang lain yang tertawa tertahan atas ucapan gadis itu, tapi karena fokus semua orang ke Grace dan Gio, tidak ada yang memerhatikan dia tertawa. Orang itu tamu penting yang dimaksud Farisa; Elvis Zander Owen. Tawanya hilang saat melihat tangan Gio di kepala Grace.
Farisa terbengong. Apakah ini masih anak cengeng berisik yang akan merengek kepadanya setiap kali Austin marah? Dari mana dia mendapat keberanian dan lidah tajam itu?
"Lihat tingkah tidak sopannya ini!" Austin ingin mengamuk, tapi Arka menahan lengannya.
Farisa masih terkejut, makanya Arka yang harus menangani amukan ayahnya.
Arka berbisik, "Tahan amarahmu, Ayah. Kita masih ada tamu."
Austin pun menenangkan dirinya dengan melakukan respirasi beberapa kali.
Elvis mengernyit ketika Grace dan Gio berjalan ke arahnya, fokus pada tangan Gio yang kini memegangi pinggang Grace. Dia ingin mematahkan tangan itu.
Untuk masuk ke rumah, Grace harus melewati Elvis. Pertemuan netra cokelat dan hitam itu pun tak dapat terelakkan.