8. Dua Penguasa Bertemu

1221 Kata
"Minta maaf kepadaku," kata Grace dengan nada dingin. Ash bersedekap seperti gaya Grace. "Kamu nggak tahu siapa aku?" "Ash Cedric Harrison." Ash maju selangkah, menatap lekat netra cokelat Grace. Biasanya, gadis yang ditatap olehnya dalam jarak sedekat ini, akan merasa gugup dan segera memalingkan pandangan, bahkan dulu Lily pun begitu. Namun, gadis di depannya ini justru balas menatapnya dengan apatis. Menarik. Ash berbisik, "Maka kamu harusnya tahu, siapa pun yang mendengar permintaan maaf dariku, mereka nggak akan bisa melihat cahaya lagi keesokannya." Grace hampir melupakan fakta itu. Ash sangat menjunjung harga dirinya. Kecuali atas keinginannya sendiri, tidak ada yang berani menuntut permintaan maafnya. Pernah saat awal masuk sekolah ada seorang senior yang iri dengan Ash dan memaksa permintaan maaf karena telah menabraknya. Keesokannya, senior itu menjadi buta karena preman suruhan Ash. Grace tidak ingin buta dulu sebelum melihat camilan dan pemandangan dari berbagai penjuru dunia, maka dia menjawab, "Kalau begitu nggak usah bilang. Belikan saja aku camilan." "Kupikir, otakmu bermasalah." "Apa cowok yang hanya mengandalkan tampang dan nama belakang bahkan bisa berpikir?" "Hei!" Ash menunjuk Grace dengan telunjuknya. "Apa masalahmu denganku?" "Kamu ada camilan?" Ash mengernyit. "Itulah masalahnya. Kamu nggak punya camilan." Ash benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Grace. Sungguh membuang waktu berbicara dengan gadis itu. Dia sudah ingin pergi dari sana, tapi sekelompok pria membawa tongkat pemukul melewati mereka, menuju ke arah Gio dan Lily pergi. Para pria ini punya tato gambar kalajengking di lengannya. Mereka geng Scorpion. Salah satu dari lima pria itu berkata, "Aku melihat Gio ke arah sana. Kita harus balas dendam untuk bos." Grace tahu kalau Gio kuat, dan tidak sulit melawan lima pria. Kalaupun terluka, Villain itu tidak akan dalam bahaya. Sekalipun membahayakan, dia tidak peduli. Sebelumnya dia telah membantunya melawan Ash, maka dia akan aman, begitu pula camilannya. Baru saja Grace berpikir begitu, saat tiba-tiba dia mengingat adegan dalam novel; Gio terluka demi melindungi Lily. Di situ Gio diam saja karena geng Scorpion mengancam akan menyakiti Lily kalau dia melawan. Bukankah itu baru akan terjadi sekitar satu bulan lagi? Kalau ini efek dari Grace mengubah plot, artinya Gio akan koma selama beberapa hari setelah ini. Kalau koma, bagaimana dia mendapatkan camilannya? Kalau ikut campur, plot apa lagi yang mungkin kemunculannya lebih cepat dari timeline yang seharusnya? Grace menghela napas. "Camilanku belum aman." Dia memutuskan ikut campur sekali lagi untuk menguji hipotesisnya. Ash tidak mendengar gumaman Grace karena mengkhawatirkan Lily. Dia baru akan mencari pacarnya itu, saat gadis di sebelahnya tiba-tiba berteriak, "Hei, kalajengking bodoh!" Ash terkejut, dan refleks menatap Grace dengan pandangan tak percaya. Lima pria Scorpion spontan balik badan menatap Grace yang besedekap dengan gaya angkuh. Grace menyeringai, lalu berbisik ke Ash, "Setelah mereka menyeberang jalan, kita harus berlari ke dua arah berbeda. Kamu mengerti?" "Apa yang mau kamu lakukan? Bagaimana kalau mereka mengejarmu?" Tentu saja Grace sudah punya persiapan untuk itu. "Khawatirkan dirimu sendiri," bisiknya, kemudian dia menunjuk Ash sambil berteriak lagi, "Cowok ini bilang, Scorpion sudah berakhir bersama bos mereka yang pecundang. Dia bahkan bisa menang satu lawan lima!" Grace menepuk pelan lengan Ash. "Semoga beruntung, Kawan," katanya, hendak lari ke kanan. Ash tertawa karena setan kecil ini, dan secepatnya menarik bagian belakang leher gaun Grace. "Kita akan menderita bersama, Kawan," kata Ash. Tidak, Grace belum mau mati. Dia belum menikmati semua camilan di dunia ini. "Lepas!" kesal Grace. "Kalian cari mati!" teriak salah satu dari lima pria badan besar. Ash memegang pergelangan Grace lalu menariknya untuk lari bersama. Lima pria mengejar keduanya bahkan sampai ke perumahan yang jalan-jalannya sempit. Ke kanan, kiri, kiri, kanan, lurus, kanan lagi. Ash asal saja memilih jalan untuk menghindari geng Scorpion. Tapi kemudian, mereka menemui jalan buntu. Melihat keadaan sekitar, Ash mendapati bangunan tak terpakai tapi pagarnya cukup tinggi untuk dipanjat. Itu bukan masalah baginya, tapi masalah bagi Grace. Napas Grace terengah-engah, dan perutnya terasa mual. Dia baru selesai makan banyak, dan sudah keberuntungan dia tidak muntah setelah berlarian. Ash melepaskan pegangan tangannya pada Grace, lalu menaiki pagar, dan mendarat dengan mulus ke area rumah kosong. "Kamu bisa pergi sekarang," kata Ash dengan suara pelan, lalu melambaikan tangan dengan dramatis. "Semoga beruntung, Kawan." Grace berharap bisa mencincang Ash. Protagonis itu melihat wajah kesal Grace, dan terkikik pelan. Di kejauhan terdengar suara segerombolan orang berlari, itu mungkin geng Scorpion. "Kamu harus cepat pergi sebelum ketahuan," kata Ash, semakin memprovokasi Grace. "Oh, atau kamu mau mengikutiku melompati pagar, Kawan?" Lidah protagonis ini benar-benar beracun! Grace mengamati situasinya. Di kanannya ada tembok tinggi yang mustahil dipanjat. Kiri adalah jalan yang sebelumnya dilalui, tapi kemungkinan besar dia akan segera bertemu geng Scorpion setelah melewati jalan itu. Depan adalah pagar setinggi kurang lebih tiga meter. Di sana mungkin aman karena bisa sembunyi di dalam bangunan terbengkalai. Dia tidak bisa membunyikan bel rumah orang lain dan mengemis untuk disembunyikan karena orang-orang di kota ini takut dengan geng Scorpion. Tidak punya pilihan, Grace memutuskan memanjat pagar. Dia mudah dalam belajar. Sekali lihat cara Ash memanjat, dia sudah bisa melakukannya. Masalahnya, dia tidak bisa sepercaya diri sang protagonis untuk langsung mendarat di tanah dari ketinggian itu. Ash melihat Grace ragu-ragu melompat. Warna kulit gadis itu mulai pucat, tapi dia masih keras kepala tidak mau meminta tolong. Kita lihat, sampai kapan gadis ini akan tetap keras kepala. "Sepertinya mereka sudah dekat. Aku akan sembunyi lebih dulu. Sampai jumpa, Kawan," kata Ash. Grace mengepalkan kedua tangannya, dengan suara tercekat berkata, "Berhenti!" Ash berhenti, senyumnya melebar, lalu dia balik badan menghadap Grace. "Bantu aku turun!" titah Grace, dengan dagunya yang sedikit terangkat. Ash tertawa pelan. Nada gadis ini sudah seperti ratu memberi perintah kepada bawahan. Memangnya dia pikir Ash siapa? Bawahannya? "Coba katakan 'kakak Ash yang tampan, tolong bantu aku turun' maka aku mungkin mempertimbangkan untuk membantumu." Grace menyipitkan mata, seolah siap meledakkan amarahnya kapan saja. Pada dasarnya Ash dan Grace itu mirip dalam hal harga diri. Bagaimana bisa gadis itu mengatakan kata-kata merendahkan diri itu? "Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu nggak mengatakannya, aku akan langsung berlari ke bangunan itu untuk sembunyi." Amarah Grace menguap, digantikan wajah yang semakin pucat; kombinasi berdebar karena takut ketahuan dan perut mual. "Satu..." Grace menoleh ke belakangnya, memang ada langkah tergesa dari sekelompok orang di ujung jalan sana. "Dua..." Ash puas melihat gurat cemas di wajah Grace. "Ti─" "Kakak..." Kedua alis Ash terangkat, dia menunggu kelanjutan kalimat Grace. "Kakak... Kakak..." Grace benar-benar tidak bisa mengatakannya. Harga dirinya terlalu tinggi. Ash menghela napas, lalu balik badan seolah akan pergi. Padahal dia tertawa tertahan ketika sudah membelakangi Grace. Siapa suruh tadi menghinanya 'murahan' bahkan berniat menumbalkannya ke geng Scorpion. Rasakan itu! "Ash..." Kini nada suara Grace sangat pelan, perutnya pun semakin sakit. Ash berhenti melangkah. Ada perasaan aneh ketika gadis ini memanggilnya. Seolah mendengar namanya disebut merupakan suatu anugerah yang tidak akan bisa didapat sembarang orang. Seolah gadis ini adalah entitas yang tidak seharusnya ada di sini, tapi saat dia ada di sini, Ash merasa terbebas, meski dia sendiri tidak mengerti apa yang mengikatnya. "Ash..." Memegang perutnya yang sangat sakit, Grace pun kehilangan keseimbangan. Saat Ash berbalik, dia melihat Grace akan terjatuh dari pagar. Refleks, dia berlari dan menangkap gadis itu. Karena terburu-buru, dia gagal menyeimbangkan badannya sendiri. Mereka pun terjatuh dengan gadis itu di atasnya. Ash menyeringai. "Sepertinya kamu punya hobi untuk jatuh ke pelukanku." Grace tidak memedulikan Ash karena perutnya sakit. Tubuhnya pun mulai gemetar. Keringat dingin bermunculan. Menyadari ada yang salah dengan Grace, Ash mengernyit. "Kamu sakit?" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN