Keesokan harinya Zayn tampak uring-uringan di kantornya. Semua karyawan yang bekerja di perusahaannya di semprot habis-habisan olehnya padahal mereka hanya melakukan kesalahan kecil saja bahkan sepele. Suasana hati Zayn hari itu sangat buruk lantaran waktu yang telah ditentukan oleh ayahnya hanya bersisa satu hari lagi, sementara ia ia masih belum mendapatkan wanita yang akan ia jadikan sebagai kekasih palsunya untuk mengelabui sang ayah.
“Uugghh, sampai detik ini aku belum menemukan wanita yang bisa aku manfaatkan untuk menyelesaikan masalahku!” gerutu Zayn dalam hatinya sambil berpikir keras di dalam ruang kantornya. Bahkan Zayn mengingat kembali ancaman yang dilontarkan Lucas untuk dirinya yang bila saja ia abaikan maka akan membuatnya langsung melarat seketika.
“Sialan! Aku tidak mungkin menyerahkan semua ini kembali pada ayah… aku tidak mau Lina dan anak-anaknya yang tamak itu akan mengambil semua hak-ku! Aku adalah satu-satunya pewaris yang berhak mewarisi semua harta keluargaku, jadi aku tidak akan pernah mau berbagi dengan mereka! Sejak kecil Lina dan anak-anaknya itu selalu menyakitiku, mereka bahkan membuatku merasa seperti tidak mempunyai keluarga semenjak mereka merebut kasih sayang ayah dariku!” ucap Zayn lagi dalam hatinya.
Tok… tok… tok….
“Masuk!” seru Zayn.
Ceklek….
Willy tampak masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa beberapa berkas sebagai bukti mengenai penyelidikannya mengenai kehidupan Bella.
“Tuan, saya sudah mendapatkan semua informasi tentang Bella.” Kata Willy.
“Aaah, aku sedang tidak ingin memikirkan kehidupan pelayan menyebalkan itu! Aku lagi pusing gara-gara ancaman ayahku!” kata Zayn tak ingin melihat berkas-berkas yang dibawa oleh asisten kepercayaannya itu.
Willy menyeringai lebar lantaran ia sudah mendapatkan ide untuk membantu mengeluarkan Zayn dari permasalahan yang sedang melilitnya.
“Tuan, sebaiknya anda lihat dulu berkas yang saya bawa ini? Saya yakin anda pasti akan tertarik, karena semua berkas ini dapat mengeluarkan ana dari masalah yang sedang anda hadapi!” kata Willy pada Zayn.
Melihat senyum sumringah di bibir asistennya itu, Zayn merasa penasaran dan tertarik ingin mengetahui berkas apa yang dibawanya. Alhasil Zayn pun menerima berkas itu lalu melihatnya dengan seksama.
“Heeemm, jadi dia berasal dari panti asuhan!” kata Zayn.
“Benar tuan.” Sahut Willy.
“Dan dia butuh uang 100 ribu dollar untuk membayar tanah panti asuhan itu supaya tidak digusur!” kata Zayn lagi.
“Tepat sekali!” sahut Willy.
Pllaaakkk….
Zayn melemparkan berkas itu diatas meja.
“Lalu apa hubungannya denganku, hah??? Kau bilang berkas-berkas ini bisa mengeluarkan aku dari masalah yang sedang aku hadapi, lalu apa hubungannya???” teriak Zayn murka pada asistennya itu.
“Tu-tuan, jangan marah dulu! Biar saya jelaskan semuanya!” kata Willy tampak panik menghadapi kemurkaan Zayn.
“Aku tidak mau mendengar omong kosongmu itu! Cepat keluar sana!!!” teriak Zayn mengusir Willy.
Tiba-tiba saja Willy terperangah melihat Zayn bangkit kemudian melangkah menghampiri pintu.
“Tuan! Anda mengusir saya tapi kenapa tuan yang keluar dari ruangan ini?” tanya Willy sambil melirik Zayn yang tampak seperti orang kebingungan di hadapannya.
“Oh iya, aku lupa!” kata Zayn lantas kembali duduk di kursinya.
“Haaaah, tuan Zayn jadi seperti orang bodoh gara-gara memikirkan ancaman ayahnya.” Ucap Willy dalam hatinya.
Zayn melirik kesal pada Willy yang belum juga keluar dari ruangannya.
“Apalagi yang kau tunggu? Apa kau ingin aku menendangmu, hah?” teriak Zayn lagi pada Willy.
“Tuan, saya belum menjelaskannya pada anda! Apa yang saya katakan ini pasti menyangkut mengenai permasalahan yang sedang anda hadapi.” Kata Willy meminta Zayn untuk memberinya waktu agar ia dapat menjelaskan ide briliannya.
“5 menit!” seru Zayn memberikannya waktu.
“Tuan, bagaimana kalau tuan memanfaatkan situasi ini untuk permasalahan anda?” kata Willy.
“Maksudmu?” tanya Zayn.
“Tuan sudah tau kan alasan Bella membutuhkan uang 100 ribu dollar?” kata Willy.
“Tidak ada hubungannya denganku! Aku tidak mau meminjamkannya uang sebanyak itu.” sahut Zayn ketus.
“Tuan tidak meminjamkannya tapi memberikannya!” kata Willy.
“Apalagi memberikannya!!!” pekik Zayn seolah Willy sudah kebal menerima amukan darinya.
“Tuan, tidak memberikannya secara cuma-cuma, tapi dengan imbalan yang pantas.” Kata Willy.
“Maksudmu?” tanya Zayn lagi.
“Tuan sedang mencari wanita yang ingin anda jadikan sebagai kekasih palsu anda kan? Kenapa anda tidak memanfaatkan Bella saja? Menurut saya Bella itu wanita bodoh yang bisa dimanfaatkan!” kata Willy membuat Zayn semakin kesal padanya.
“Kau ingin menjatuhkan harga diriku ya! Aku ini seorang CEO… pebisnis terkenal dan terkaya di kota ini, mana mungkin aku menjadikan seorang pelayan sebagai wanita pendampingku walaupun hanya pura-pura!” teriak Zayn lagi sambil mencengkram kerah kemeja Willy.
“Tu-tuan sabar dulu, saya ingin menunjukkan satu bukti lagi pada anda.” Kata Willy.
“Apa itu?” tanya Zayn penasaran sambil mendengus kesal namun masih mencengkram kerah kemeja asisitennya itu.
Dengan cepat Willy menunjukkan beberapa foto yang ia ambil ketika Bella dan Zayn tidur seranjang bersama. Melihat foto-foto itu Zayn langsung terperangah.
“Hehehe, bukankah dia wanita yang imut tuan? Dia cocok untuk anda manfaatkan dalam masalah anda.” Kata Willy sambil cengengesan.
Zayn lantas merampas ponsel milik asistennya itu untuk melihat foto-foto tersebut sambil duduk kembali di kursinya. Lama Zayn memperhatikan wajah Bella yang tampak polos ketika tidur seranjang dengannya beberapa hari lalu.
“Apa kau yakin Bella wanita bodoh yang bisa aku manfaatkan untuk masalahku?” tanya Zayn.
“Saya yakin tuan! Bella itu hanya seorang wanita yang dibesarkan di panti asuhan dan dia juga tidak mendapatkan pendidikan yang tinggi selayaknya yang di terima wanita-wanita modern sekarang, setelah saya melakukan penyelidikan dia hanya seorang siswi yang biasa-biasa saja di sekolahnya dulu bahkan dia hampir saja tinggal kelas. Apalagi namanya kalau bukan wanita bodoh yang mudah untuk dimanfaatkan.” Kata Willy dengan percaya diri membeberkan semua fakta mengenai Bella.
Mendengar semua perkataan asistennya itu, Zayn pun mengingat kembali bagaimana Bella sampai terjebak dengan bos di club malam waktu itu, hingga membuatnya yakin bahwa Bella adalah wanita bodoh yang bisa ia manfaatkan.
“Brilian!!!” seru Zayn memuji asistennya yang semakin percaya diri berdiri tegak di hadapannya.
“Kau memang bisa diandalkan sebagai asisten kepercayaanku!” seru Zayn lagi.
“Tidak hanya ide itu saja tuan, tapi saya juga sudah menyiapkan semuanya.” Kata Willy.
“Hehehe, bagus!” ucap Zayn terkekeh licik bersama Willy di dalam ruangan itu.
Sore harinya ketika Bella hendak pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya di apartemen Zayn, tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon dari majikannya tersebut.
“Halo?” ucap Bella berdiri di ambang pintu apartemen.
“Kau dimana? Apa kau masih berada di apartemenku?” tanya Zayn.
“Iya tuan.” Sahut Bella.
“Jangan pulang dulu… tunggu aku, aku sedang menuju kesana! Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu!” kata Zayn kemudian memutuskan sambungan teleponnya begitu saja.
“Cih, apa dia tidak memiliki tata krama sama sekali, hah??? Seenaknya saja dia memutuskan sambungan telepon!!!” pekik Bella kesal kemudian kembali masuk ke dalam sambil membanting pintunya.
Bruuukk….
Bella menjatuhkan dirinya duduk di sofa ruang tengah lalu menyalakan televisi agar tidak bosan menunggu majikannya kembali.
“Apa yang ingin dibicarakannya denganku? Apa seserius itu sampai-sampai aku harus menunggunya kembali? Lihat saja nanti, aku akan minta bayaran lebih saat gajian nanti!” ucap Bella menggerutu sendirian di ruang tengah itu.