Kesulitan

1037 Kata
Bella yang sedang bersenandung sambil  membersihkan karpet dengan vacuum cleaner lantas berbalik dan kaget melihat Zayn yang entah kapan berdiri sambil menatapnya. “Eh, tuan!” ucap Bella lantas mematikan vacuum cleaner itu. “Ada yang tuan butuhkan?” tanya Bella pada Zayn.   Zayn menghentikan pikiran liarnya mengenai tubuh pelayannya yang terlihat semok itu. “Aku akan pergi ke kantor… kemungkinan aku tidak akan pulang makan siang hari ini jadi kau tidak perlu memasak makanan untukku.” Kata Zayn. “Apa tuan akan pulang malam?” tanya Bella. “Iya,” sahut Zayn. “Apa tuan mau aku siapkan makan malam sebelum aku pulang nanti sore?” tanya Bella lagi. “Tidak perlu!” sahut Zayn. “Baiklah,” ucap Bella dengan anggukan kecilnya.   Kemudian Zayn memberikan secarik kertas yang tertulis nomor sandi pintu apartemennya kepada Bella. “Kau harus menghafal nomor sandi ini… supaya kau bisa masuk dan keluar dari apartemenku.” Kata Zayn. “Baik tuan,” sahut Bella sembari mengambil kertas itu. “Ingat, jangan beritahu siapapun tentang ini, apalagi sampai kau membawa pria masuk ke dalam apartemenku ini… aku akan membunuhmu!” kata Zayn seolah mengancamnya. “Tuan tidak perlu khawatir, kalau pun aku memiliki kekasih aku tidak mungkin melakukan hal gila di apartemen ini!” gerutu Bella sewot. “Heh, jadi kau belum punya kekasih ya?” tanya Zayn sembari menyunggingkan senyuman sinis di bibirnya. “Hemmpp, mau tau saja!” gerutu Bella lagi. “Sungguh menyedihkan.” Ucap Zayn mengejeknya membuat Bella tampak mendengus kesal, lalu Zayn berbalik pergi sambil menertawai pelayannya yang masih jomblo itu. “Hahaha, ternyata dia masih jomblo!” ucap Zayn mengejek Bella lagi sembari terus berlalu pergi bersama Willy. “Huh, dasar majikan menyebalkan!” gerutu Bella sengit sembari melirik Zayn dan Willy yang baru saja keluar pintu apartemen.   Sore hari setelah waktu kerja Bella selesai di apartemen Zayn, ia pun hendak bergegas pulang. Namun saat ia akan sampai di halte bis, ia melihat pedagang kaki lima yang menjajakan permen manis dengan harga yang sangat murah. Melihat permen-permen manis itu ia lantas teringat dengan anak-anak panti asuhan yang selalu menyambut ceria kedatangannya. “Heemm, aku beli saja permen ini… mereka pasti senang.” Ucap Bella dalam hatinya.   Setelah membeli begitu banyak permen yang akan ia bagikan kepada anak-anak di panti asuhan, Bella segera naik ke dalam bis yang akan membawanya menuju ke panti asuhan dimana ketika ia masih bayi di temukan dalam keadaan menggigil kedinginan. Bella memiliki nasib yang sama seperti anak-anak yang akan menerima permen darinya. Setibanya Bella disana, anak-anak panti asuhan itu langsung berlarian menghampirinya dengan senyuman mereka yang begitu polos dan ceria. “Kak Bella datang!” seru mereka senang. “Apa kalian mau permen?” tanya Bella sembari menunjukkan permen-permen itu kepada mereka. “Mau!” seru mereka lagi. Bella pun membagikannya kepada mereka. Bella tersenyum begitu puas melihat kecerian yang tampak di wajah anak-anak tersebut. “Heemm, aku sangat bahagia melihat anak-anak itu ceria.” Gumamnya sembari menatap mereka. Lalu tiba-tiba saja seseorang menjewer telinga Bella membuat Bella memekik kesakitan. “Kau memberikan anak-anak itu permen lagi ya?” gerutu seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah pengurus panti asuhan itu. Bella menoleh kebelakang melihat sosok yang ia telah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri. “Hehehe, Bu sonya… aku hanya memberikan mereka sedikit saja.” Ucap Bella sambil cengengesan. “Haaiiss, kau ini terlalu memanjakan mereka.” Ucap Sonya sambil bergeleng kepala menghadapi Bella. Bella lantas memeluknya sambil tersenyum manja. “Aku kangen sama Bu Sonya!” ucap Bella membuat Sonya tak bisa memarahinya. Bella melihat raut wajah Bu Sonya yang tampak sedang kesusahan. “Bu Sonya kenapa?” tanya Bella. “Haaah, lebih baik kita bicarakan hal ini di dalam saja.” Kata Sonya.   Bella dan Sonya pun masuk ke dalam ruangan di panti itu. Bella melihat raut wajah Sonya yang tampak sedih, resah dan juga frustasi lantaran sedang menghadapi kondisi keuangan yang kian hari kian memburuk. “Bu Sonya jangan menakutiku dengan wajah seperti itu… katakan padaku, apa yang terjadi? Kenapa ibu terlihat sangat sedih?” tanya Bella khawatir. “Kondisi keuangan di panti ini semakin hari semakin memburuk, tidak ada satupun orang yang perduli untuk memberikan sedikit uang padahal aku sudah meminta bantuan kesana-kemari. Bella sama sekali tidak ingin melihat kesedihan di mata wanita paruh baya itu yang sudah memberikan kasih sayangnya sebagai pengganti seorang ibu baginya apalagi mengingat anak-anak yang sangat ceria, tentu saja Bella tak mungkin membiarkan mereka kelaparan dengan kondisi keuangan yang semakin memburuk. “Ibu, aku akan coba mencari uang untuk membantu panti asuhan ini,” kata Bella. “Nak, lebih baik kau pikirkan saja dirimu sendiri, jangan pikirkan masalah ini… ibu akan berusaha untuk mencari jalan keluarnya.” Kata Sonya tak ingin membebankan masalah itu kepada Bella. “Tidak Bu, panti asuhan ini adalah rumah untukku, semua penghuni panti adalah keluargaku… aku tidak mungkin membiarkan mereka kekurangan apapun apalagi sampai mereka kelaparan.” Kata Bella. “Aku janji akan mencari uang, aku akan berusaha!” kata Bella lagi. Sonya tersenyum lalu memeluk tubuh Bella dengan penuh kasih sayang.   Bella lantas tak tinggal diam. Ia sudah berjanji akan membantu keuangan panti asuhan yang telah membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang. Bella meraih ponsel jadulnya untuk menghubungi sahabatnya yang dulu pernah sama-sama bekerja di toko roti. “Beberapa hari lalu Felli bilang dia sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan besar, aku tanyakan saja padanya siapa tau dia bisa memberikan aku pekerjaan tambahan.” Gumam Bella dalam hatinya.   Bella pun menghubungi sahabatnya yang memiliki paras cantik serta pintar bermulut manis dengan siapa saja. “Halo, sayang!” seru Felli menerima panggilan telepon dari Bella. “Felli, aku butuh bantuanmu.” Ucap Bella. “Huh, kau kebiasaan! Kau selalu menghubungiku kalau kau butuh bantuanku!” gerutu Felli yang sedang sibuk merias wajahnya dengan makeup. “Itulah gunanya kau sebagai temanku!” sahut Bella. “Kau butuh bantuan apa?” tanya Felli. “Aku butuh pekerjaan.” Kata Bella. Felli tampak berpikir sejenak. “Kau yakin?” tanya Felli. “Tentu saja.” Sahut Bella. “Kalau kau mau, temui aku malam ini… aku akan kirimkan alamatnya padamu.” Kata Felli. “Baiklah,’ sahut Bella.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN