Malam itu Bella menginap di kediaman majikannya. Usai makan malam, Bella mencuci piring serta membersihkan ruang dapur yang agak berantakan setelah digunakan untuk memasak makanan. Sementara itu Zayn tampak menghabiskan waktunya rebahan di sofa sambil menonton acara televisi. Perutnya terasa kenyang setelah makan hingga dua kali nambah lantaran makanan yang Bella masak terasa lezat di lidahnya.
“Haaah, akhirnya pekerjaanku selesai juga!” ucap Bella melihat ruang dapur yang tampak bersih mengkilap.
“Lebih baik sekarang aku mandi dulu setelah itu aku akan istirahat… tapi aku baru ingat kalau aku tidak punya baju ganti. Cih, aku harus bagaimana? Tidak mungkin kan aku mengenakan pakaian ini lagi?” ucap Bella sembari memperhatikan bajunya yang tampak sedikit kotor.
Bella mendengar suara televisi yang berasal dari ruang tengah. Ia agak mengintip untuk melihat majikannya yang sedang rebahan sambil menonton acara televisi disana.
“Eeemm, apa aku pinjam baju tuan Zayn saja? Tapi apa dia akan memberikannya? Melihat sikapnya yang menyebalkan itu aku tidak yakin dia akan meminjamkan pakaiannya padaku! Ah, aku coba sajalah… kalau dia tidak mau meminjamkannya ya sudah, yang penting aku sudah berusaha mencoba.” Gumam Bella.
Bella lantas menghampiri Zayn di ruang tengah.
“Tuan.” Panggil Bella.
“Hemmm?” sahut Zayn tanpa mengalihkan pandangannya dari layar kaca televisi yang datar serta lebar.
“Tuan, apa aku boleh pinjam tuan? Aku mau mandi tapi aku tidak punya baju ganti.” Tanya Bella.
Zayn melirik Bella dengan ekor matanya. Ia memperhatikan tubuh Bella dari atas kepala hingga ujung kakinya yang membuat Bella bergidik ngeri.
“Kau sangat menyusahkan!” gerutu Zayn kemudian bangkit dari sofa itu lalu melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua. Bella hanya meliriknya sengit, setelah Zayn masuk ke dalam kamarnya Bella lantas menggerutu kesal seolah ingin memukulnya.
“Cih, kalau aku tidak membutuhkan uang untuk menyambung hidup dan juga membantu Bu Sonya merawat anak-anak panti, aku tidak akan sudi memiliki majikan judes seperti dia!” gerutu Bella kesal dalam hatinya.
Tak lama kemudian, Zayn datang menghampiri Bella dengan membawa sebuah pakaian miliknya yang akan pinjamkan kepada Bella.
“Nih, pakai yang ini saja!” kata Zayn.
“Terima kasih, tuan.” Ucap Bella sembari meraih pakaian itu.
“Setelah kau mandi nanti, jangan lupa buatkan aku kopi yang enak!” perintah Zayn pada pelayan barunya itu.
“Baik tuan,” sahut Bella mengiyakan.
Bella pun pergi masuk ke dalam kamar yang berada disebelah ruang dapur. Ia segera mandi dan mengenakan pakaian yang pinjamkan Zayn padanya. Bella berdiri di depan cermin dan melihat baju itu terlalu besar untuknya, kedua lengannya kepanjangan bahkan pakaian itu kedodoran hingga sedikit menutupi lututnya.
“Heemm, aku lipat saja lengannya sedikit… pakaian ini terlalu kedodoran untukku,” gumam Bella kemudian melipat kedua lengan pakaiannya itu hingga sikunya.
Bella lantas keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk membuatkan kopi pesanan majikannya. Tak lama berselang Bella menghampiri Zayn yang masih rebahan di sofa sambil menonton televisi diruang tengah.
“Tuan, ini kopinya.” Kata Bella sembari meletakkan kopi itu diatas meja yang ada dihapadan Zayn.
Zayn menatap Bella yang mengenakan pakaian miliknya. Pakaian itu tampak kedodoran di tubuh Bella yang mungil, namun di mata Zayn tubuh Bella terlihat sexy dengan mengenakan pakaian kedodoran seperti itu. Lagi-lagi Zayn menatap Bella dari atas kepada hingga ujung kakinya. Bella melirik Zayn yang tampak sedang memperhatikan dirinya.
“Tuan, kenapa? Ada yang salah denganku?” tanya Bella.
“Tidak!” sahut Zayn cepat-cepat mengalihkan pandangannya dengan rona merah dipipinya.
“Eeemm, ada yang tuan butuhkan lagi?” tanya Bella.
“Tidak, kau boleh istirahat! Tapi ingat besok kau harus bangun lebih awal dan menyiapkan semuanya.” kata Zayn.
“Baiklah tuan,” sahut Bella.
Bella pun lantas melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, sementara Zayn kembali melirik tubuh bagian belakang Bella yang tampak menggemaskan baginya.
“Cih, sialan! Kenapa dia terlihat begitu menggairahkan saat memakai pakaian kedodoran seperti itu? Membuat otakku berpikir liar saja!” ucap Zayn dalam hatinya sambil meraih secangkir kopi yang Bella letakkan diatas meja.
Bella kembali masuk ke dalam kamar serta mengunci pintunya. Ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang tidur yang begitu empuk.
“Heemm, nyamannya! Ranjang ini bahkan lebih empuk dari ranjang tidurku yang ada di kos!” ucap Bella.
Bella menatap langit-langit kamar dengan pikirannya yang berada di suatu tempat dimana ia di temukan saat masih bayi, sebuah panti asuhan yang telah membesarkan dan memberikannya kebahagiaan.
“Haaah, sudah seminggu ini aku belum berkunjung ke panti karena aku belum punya cukup uang untuk membantu Bu Sonya merawat anak-anak panti. Setelah aku di pecat dari toko roti itu, dompetku rasanya kering sekali. Seandainya aku punya uang yang banyak, aku tidak akan biarkan Bu Sonya dan anak-anak panti kesusahan.” Gumam Bella secara perlahan-lahan memejamkan kedua matanya beriringan dengan ras kantuk yang melanda dirinya.
Keesokan paginya Bella bangun lebih awal. Ia menyiapkan sarapan serta kopi panas untuk majikannya. Setelah itu ia hendak membersihkan ruangan yang ada di apartemen itu selayakanya yang dilakukan para pekerja rumah tangga. Lalu ia melihat Zayn yang tampak rapi dengan setelan jas sedang menuruni anak tangga menuju lantai bawah.
“Wah, tampan sekali tuan Zayn dengan setelan jas itu! Seandainya sifat tidak menyebalkan dan mulutnya tidak judes, pasti dia akan menjadi pria yang sempurna!” seru Bella dalam hatinya seakan terpana pada ketampanan majikannya tersebut.
Zayn melirik Bella yang masih mengenakan pakaian kedodoran itu sambil memegang vacuum cleaner untuk membersikan kerpet lantai.
“Selamat pagi tuan!” sapa Bella.
“Pagi!” sahut Zayn dingin.
“Apa kau sudah menyiapkan sarapan untukku?” tanya Zayn.
“Sudah! Semuanya sudah tersaji di meja makan,” sahut Bella.
“Bagus!” ucap Zayn.
Ting tong….
Suara bel pintu berbunyi.
“Buka pintunya… itu pasti Willy, asistenku!” kata Zayn pada Bella.
”Baik tuan,” sahut Bella lantas melangkah menghampiri pintu utama apartemen.
Bella membuka pintunya dan beradu tatap dengan Willy yang tampak tercengang melihatnya.
“Kau?” ucap Willy tampak kaget.
“Selamat pagi tuan.” Ucap Bella pada Willy.
“Pagi!” sahut Willy.
“Silahkan masuk tuan… tuan Zayn sedang sarapan.” Kata Bella.
Willy yang tampak heran karena adanya Bella dirumah itu dengan mengenakan pakaian Zayn, lantas berpikir entah kemana-mana. Ia berpikir Zayn dan Bella telah melewatkan malam yang panjang bersama. Willy sangat penasaran dengan apa yang ia lihat. Ia lantas bergegas menemui Zayn yang sedang menyantap sarapan paginya.
“Tuan! Apa anda melewatkan malam yang panjang bersama pelayan itu?” tanya Willy membuat Zayn meliriknya kesal.
“Hei, apa kau tidak punya sopan santun lagi, hah? Bukannya menyapaku, kau malah bertanya yang tidak-tidak!” gerutu Zayn kesal pada asistennya itu.
“Tuan, kalau anda menginginkan wanita kenapa tidak bilang pada saya… saya bisa mencarikan wanita untuk anda.” Kata Willy.
“Hei, apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun semalam!” gerutu Zayn.
“Lalu kenapa pelayan itu memakai pakaian anda?” tanya Willy.
“Semalam dia menginap disini.” Kata Zayn sambil mengunyah makanan yang ada dimulutnya.
“Hah? Apa? Menginap?” pekik Willy terkejut hampir bengek.
Zayn melirik asistennya itu dengan heran.
“Kau ini kenapa sih? Pagi-pagi sudah panik seperti itu seperti sedang kebakaran jenggot saja!” gerutu Zayn lagi.
“Tuan, kenapa dia bisa menginap disini semalam? Apa dia menggoda anda?” tanya Willy tambah penasaran.
“Haaah, dasar manusia kepo ini… dia pasti sudah berpikir yang tidak-tidak mengenaiku dan Bella!” gerutu Zayn dalam hatinya.
Untuk mengusir rasa penasaran asistennya itu, Zayn pun menceritakan alasan mengapa Bella menginap di apartemennya dan mengenakan pakaian miliknya.
“Oh, jadi begitu! Hehehe, saya pikir anda dan pelayan itu sudah melewatkan malam yang panjang bersama.” Kata Willy sambil terkekeh curiga.
“Jangan mencurigaiku seperti itu… aku tidak mungkin menyukai seorang pelayan!” kata Zayn.
“Tapi tuan, kalau saya perhatikan wajah pelayan itu lumayan cantik dan tubuhnya juga semok, hehehe.” Kata Willy cengengesan.
“Hei, bukan itu saja… senyumnya juga manis!” bisik Zayn pada Willy.
“Wah, hati-hati nanti anda bisa diabetes kalau terus-terusan menyukai senyuman manisnya, hihihi.” Kata Willy terkekeh geli.
“Hemm, tetap saja dia bukan tipe wanita yang aku sukai!” kata Zayn.
Usai sarapan, Zayn menghampiri Bella yang sedang membersihkan karpet lantai dengan vacuum cleaner di ruang tamu. Saat itu Bella tampak sedikit menungging sehingga baju yang ia kenakan sedikit tersingkap keatas dan menampilkan bagian tubuhnya yang membuat Zayn menatapnya tanpa berkedip.
“Dia memang semok, seperti yang Willy katakana, hehehe.” Ucap Zayn dalam hatinya dengan segala pikirannya yang berfantasi liar entah kemana-mana.