Bella pun mendatangi alamat yang dikirimkan Felli dengan tujuan untuk bertemu dengannya dan meminta pekerjaan darinya. Bella tiba di tempat itu dan melihat sebuah gedung yang dijadikan tempat hiburan malam.
“Ini kan club malam… apa yang dilakukan Felli disini? Apa dia bekerja disini?” tanya Bella dalam benaknya.
Tak lama kemudian Felli pun datang menghampirinya. Bella menatap gaya berpakaian temannya yang mengenakan pakaian serba minim serta riasan wajah yang cukup tebal.
“Ayo masuk ke dalam! Kita lewat pintu belakang saja.” Kata Felli mengajak Bella.
“Tunggu!” seru Bella menahan langkah Felli.
“Ada apa?” tanya Felli bingung.
“Kau berpakaian seperti ini… apa kau sedang bekerja?” tanya Bella.
“Tentu saja aku sedang bekerja.” Sahut Felli.
“Dengan pakaian minim seperti ini?” tanya Bella lagi.
“Haaah, ini tempat hiburan malam, aku bekerja sebagai pengantar minuman saja dan ini adalah seragam yang harus kupakai.” Sahut Felli menjelaskan.
“Tapi gajinya besar loh!” sambung Felli sambil tersenyum sumringah.
“Apa kau tidak takut di ganggu pria-pria nakal yang ada di dalam?” tanya Bella.
“Banyak sih yang menggangguku, tapi harus bagaimana lagi ini memang sudah resiko dari pekerjaanku! Lagipula kalau kita bisa menolaknya sercara halus mereka akan berhenti mengganggu.” Sahut Felli.
Felli melirik Bella yang tampak syok dengan pekerjaannya itu.
“Hei, kau jadi bekerja tidak?” tanya Felli.
“A-aku takut.” Sahut Bella tampak ragu-ragu.
“Kalau kau takut ya sudah tidak masalah… tapi bukannya kau bilang kau sedang membutuhkan uang untuk membantu keuangan panti asuhan?” kata Felli.
“Hah, keuangan panti asuhan sedang kritis saat ini.” kata Bella sembari menghela nafas panjang.
“Lalu?” tanya Felli menunggu jawabannya.
Bella berpikir sejenak mengenai nasib anak-anak di panti asuhan tempatnya dibesarkan.
“Ini demi anak-anak di panti asuhan, aku harus mendapatkan uang agar mereka tidak kepalaran.” Ucap Bella dalam hatinya.
“Bagaimana kau mau tidak?” tanya Felli lagi.
“Aku hanya membawa minuman saja kan?” tanya Bella ingin memastikan pekerjaan barunya.
“Iya… kau hanya bekerja mengantar minuman pada tamu yang datang ke club ini dan bersikap ramah pada mereka.” Kata Felli.
“Bagaimana dengan jam kerjanya? Soalnya kalau pagi sampai sore aku bekerja di tempat lain.” Tanya Bella.
“Kau hanya perlu datang jam 8 malam untuk bekerja.” Sahut Felli.
“Lalu pembayarannya?” tanya Bella lagi.
“Kalau untuk masalah gaji kau bicarakan saja pada Bos… dia yang akan menentukan gajimu.” Kata Felli.
“Sudah, ayo cepat kita masuk ke dalam kalau kau ingin mendapatkan uang tambahan.” Kata Felli lagi menarik Bella ikut bersama memasuki gedung hiburan malam itu dari pintu belakang.
Setelah menerima pekerjaan dengan gaji yang lumayan besar serta dibayarkan perhari Bella pun mengenakan seragam minim ditubuhnya. Felli membantunya mengenakan riasan makeup diwajahnya.
“Wah, kau sangat cantik Bella!” seru Felli bangga akan kecantikan temannya itu.
“Hah, aku jadi gugup.” Ucap Bella menghela nafas panjang.
“Jangan gugup, hanya mengantarkan minuman saja dan bersikap ramah pada mereka.” Kata Felli mencoba untuk menenangkan Bella.
“Ayo semangat! Demi anak-anak panti asuhan yang kau sayangi!” seru Felli memberikan semangat pada Bella.
“Ya! Aku harus semangat!” seru Bella.
Bella pun memulai pekerjaannya mengantar minuman yang di pesan para tamu yang datang ke club malam itu. Ia berusaha bersikap ramah kepada mereka dan memberikan senyuman manisnya. Selang beberapa saat kemudian, Bella yang tengah beristirahat sejenak di panggil oleh pekerja lainnya untuk memberikannya tugas untuk mengantarkan minuman keruangan VIP. Walaupun merasa sedikit lelah, Bella tetap melakukan pekerjaannya. Ia membawa beberapa botol minuman anggur dengan sebuah nampan dan melangkah menuju keruangan VIP yang dimaksud.
Bella pun masuk keruangan yang tampak remang-remang. Ia mendengar suara tawa para wanita yang beradu dengan dentuman music yang cukup memekakkan telinga. Saat Bella akan menghampiri sebuah meja untuk meletakkan minuman itu, ia tampak kaget ketika tanpa sengaja melirik seorang pria yang dikenalnya. Pria itu duduk dengan diapit oleh dua wanita yang sibuk menggodanya.
“I-itu kan tuan Zayn!” ucap Bella dalam hatinya.
Bella lantas menundukkan wajahnya agar Zayn tidak melihatnya. Cepat-cepat Bella meletakkan botol minuman itu diatas meja, saking gugupnya Bella tanpa sengaja menyenggol gelas hingga jatuh kelantai. Apa yang dilakukan Bella justru menarik perhatian semua orang yang ada di dalam ruangan itu termasuk Zayn. Ia tampak kaget melihat pelayan barunya bekerja sebagai pengantar minuman di club malam itu.
“Hei, apa yang kau lakukan? Kau bodoh ya!” seru seorang wanita memarahi Bella lantaran dianggap tak becus melakukan pekerjaannya.
“Ma-maaf… saya tidak sengaja.” Ucap Bella langsung kikuk saat Zayn sudah memergoki dirinya.
“Huh, dasar!” gerutu wanita itu lagi.
Zayn terus menatap Bella yang sibuk memungut pecahan gelas di lantai. Setelah itu Bella kembali meminta maaf pada mereka lalu segera keluar dari ruangan itu.
“Duh, mampus! Tuan Zayn akhirnya tau kalau aku bekerja disini… ah, apa yang akan terjadi nanti? Apa dia akan memecetku?” ucap Bella resah dalam hatinya.
Keesokan paginya Bella datang ke apartemen Zayn untuk bekerja. Saat ia datang ternyata Zayn masih tidur di kamarnya. Bella pun langsung mengerjakan pekerjaannya membersihkan seluruh ruangan apartemen juga menyiapkan sarapan pagi untuk majikannya tersebut. Selang beberapa saat kemudian ketika Bella baru saja selesai membua kopi di dapur, Zayn datang menghampirinya. Zayn tampak rapi dengan setelan jas yang biasa ia kenakan ketika pergi ke kantor. Saat itu Zayn melirik Bella yang tampak kikuk mengingat kejadian semalam karena dirinya kepergok bekerja menjadi pengantar minuman di club malam.
“I-ni kopinya, tuan.” Ucap Bella menyuguhkan kopi buatannya kepada Zayn.
“Heemmm.” Sahut Zayn hanya mendehem saja sembari duduk di meja makan minimalis itu.
Bella berniat untuk menghindari Zayn. Dengan langkah cepat Bella keluar dari ruangan itu.
“Hei, mau kemana kau?” kata Zayn otomatis menghentikan langkah Bella.
“Ma-mau membersihkan kamar tuan,” sahut Bella tampak gugup.
“Nanti saja kau kerjakan… ada yang ingin aku bicarakan denganmu!” kata Zayn lalu menyeruput kopi itu.
Bella memejamkan kedua matanya sejenak dan berdecak kesal dalam hatinya. Ia tau apa yang akan dibicarakan Zayn kepadanya. Mau tak mau Bella pun berdiri tak jauh dari Zayn yang tampak menikmati hidangan sarapan paginya.
“Apa kau sudah lama bekerja di club malam itu?” tanya Zayn.
“Ba-baru semalam, tuan.” Sahut Bella.
“Berapa gajimu permalam? Kau pekerja paruh waktu kan?” tanya Zayn lagi.
“I-iya… saya digaji 50 dolar permalam.” Sahut Bella.
“Oh, lumayan juga.” Ucap Zayn sembari mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
Bella takut apabila Zayn akan memecat dirinya setelah tau ia bekerja di club malam. Dengan segera Bella berlutut di hadapan Zayn dengan tampak memelas. Apa yang dilakukan pelayannya itu tentu saja Zayn kaget.
“Hei, apa yang kau lakukan? Kenapa kau malah berlutut di depanku?” tanya Zayn.
“Tuan, tolong jangan pecat aku… aku benar-benar sedang membutuhkan uang, hiks.” ucap Bella memohon sambil menangis.
“Cih, aku kan belum mengatakannya tapi kau malah sudah menangis duluan.” Gerutu Zayn.
“Aku sangat membutuhkan uang, tuan… kumohon jangan pecat aku dari pekerjaan ini.” ucap Bella lagi tak segan menyentuh kaki majikannya tersebut.
Ting tong….
Mendengar suara bel pintu, Zayn lantas menyadari bahwa dirinya harus segera berangkat ke kantor lantaran ia memiliki rapat penting pagi itu.
“Buka pintunya… itu pasti Willy.” Kata Zayn pada Bella.
“Tuan, kau tidak memecatku kan?” tanya Bella dengan linangan air matanya yang membuat Zayn merasa iba.
“Haaah, nanti kita bicarakan lagi, pagi ini aku ada rapat penting di kantorku jadi aku harus buru-buru.” Kata Zayn menghindari kontak mata dengan Bella yang menatapnya sambil memohon.
“Cepat bukakan pintu untuk Willy, sana!’ kata Zayn lagi.
“I-iya,” sahut Bella lantas bangkit dan melangkah menghampiri pintu utama apartemen.
Zayn menyeruput kopinya lagi sambil berpikir dalam benaknya mengingat bagaimana Bella memohon padanya agar tidak dipecat sebagai pelayannya.
“Dia bilang dia butuh uang, apa dia tulang punggung keluarganya?” gumam Zayn dalam hatinya.
Pintu pun terbuka dan Willy melihat sisa air mata yang masih menggenang di mata Bella.
“Hei, kau kenapa?” tanya Willy pada Bella.
“Tidak apa-apa.” Sahut Bella lantas mengelap air matanya.
“Pasti kau habis dimarahi tuan Zayn!” kata Willy mencoba untuk menebak.
“Ti-tidak!” sahut Bella.
“Lalu kenapa kau menangis?” tanya Willy lagi.
Bella hanya diam menatap kesal pada Willy yang berdiri dihadapannya.
“Aku sarankan padamu agar kau bekerja dengan baik kalau tidak maka tuan Zayn pasti akan memecatmu.” Kata Willy lagi seolah memberikan nasehat kepada pelayan Bos-nya.
“Hiks… hiks… hiks, huuwwaaaa!!!” pekik Bella menangis histeris membuat Willy kaget, bahkan tangisannya itu terdengar oleh Zayn yang berada diruang makan.
“Hei, kenapa kau malah menangis histeris seperti ini?” tanya Willy tampak panik.
“Karena kau bilang tuan Zayn akan memecatku!” sahut Bella dalam isak tangisnya.
“Bukan begitu maksudku!!!” pekik Willy kesal merasa tertuduh.
“Ada apa ini?” tanya Zayn menghampiri mereka.
“Tuan, kau tidak akan memecatku kan? Kata tuan Willy, kau akan memecatku hiks… hiks… hiks….” Kata Bella sembari menunjuk Willy yang berdiri di sebelahnya.
“Hei, aku kan sudah bilang bukan begitu maksudku!” pekik Willy lagi.
Zayn menghela nafas panjang melihat tingkah asisten kepercayaannya dan juga pelayan barunya tersebut.
“Sudah, jangan nangis lagi… nanti siang aku akan pulang untuk makan siang, saat itu kita bicarakan lagi semuanya.” Kata Zayn pada Bella.
“Tuan mau makan apa untuk makan siang nanti?” tanya Bella sembari mengelap wajahnya yang basah karena air mata.
“Apa saja asalkan bukan makanan mentah!” sahut Zayn.