TERPAKSA MENGINAP

1464 Kata
Setelah mengambil dompetnya Zayn kembali kelantai bawah menghampiri pelayannya yang masih menunggunya. Zayn memberikan beberapa lembar uang kepada Bella untuk membeli beberapa bahan makanan di supermarket yang ada disekitar area gedung apartemennya. “Beli bahan makana untuk stok selama satu minggu!” kata Zayn pada Bella. Bella menatap lembaran yang diberikan oleh majikannya tersebut. “Tuan, apa yang harus saya beli? Bahan makanan kan banyak jenisnya.” Tanya Bella lantaran ia belum mengetahui makanan apa saja yang disukai atau tidak disukai Zayn. “Terserah kau… apa saja boleh asal kau tidak membeli racun tikus untukku!” seru Zayn membuat Bella dongkol dalam hatinya, namun lantaran ia sangat memerlukan pekerjaan itu ia harus sabar menghadapi sikap Zayn yang sangat menjengkelkan baginya. “Baiklah tuan,” sahut Bella. “Hei, jangan terlalu lama!” kata Zayn lagi. “Iya,” sahut Bella. Bella pun bergegas pergi ke supermarket dengan uang yang diberikan oleh majikannya untuk membeli bahan makanan. Tiba di supermarket itu Bella tampak kebingungan memilih bahan makanan yang akan ia beli untuk majikannya. “Cih, aku beli apa ya? Aku tidak tau makanan apa yang dia suka, karena dia majikan baruku!” gumam Bella dalam benaknya. Bella lantas berpikir untuk membeli bahan makanan sesuai dengan selera dirinya. “Heh, aku ambil saja menurut seleraku! Aku kan juga manusia sama sepertinya, sudah pasti makanan yang kami makan tidak akan jauh berbeda kan… kecuali kalau dia adalah manusia dari planet asing!” gumam Bella lagi seraya mengambil beberapa bahan makanan dan ia masukkan ke dalam keranjang belanjaan. Bella selesai mengambil beberapa bahan makanan yang ia tampak penuh di dalam keranjang. Ia lantas menuju ke kasir lalu tercengang melihat antrian yang cukup panjang. “Yaahh, antriannya panjang sekali!” seru Bella dalam hatinya. Mau tak mau Bella harus bersabar mengantri untuk membayar semua barang belanjaan di kasir. Sementara itu Zayn yang sedang menunggu di apartemen tampak kesal lantaran berulang kali melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Di tambah lagi dengan perutnya yang terus saja kerongconganya akibat kelaparan. “Aarrggghhh!!! Dimana sih wanita itu? Kenapa dia lama sekali? Apa jangan-jangan dia kabur membawa uangku yang tidak seberapa itu?” teriak Zayn kesal sendirian di dalam ruang tengah dengan televisi yang menyala. Zayn mengelus perutnya yang terus saja berbunyi. “Ah, aku tidak tahan lagi menunggu wanita itu! Aku rasa dia sudah lari membawa uangku! Lebih baik aku hubungi Willy saja memintanya untuk membawakan aku makanan!” gumam Zayn hendak meraih ponselnya. Ting Tong…. Suara bel pintu pun berbunyi. Zayn mengurungkan niatnya menghubungi Willy dan ia melangkah menghampiri pintu. Sebelum membuka pintu itu ia melihat pada layar kecil yang menampilkan wajah pelayannya yang baru saja kembali dari Supermarket. “Heh, aku pikir dia melarikan diri membawa uangku!” gerutu Zayn serya membukakan pintu untuk Bella. Ceklek… Bella lantas melihat Zayn yang tampak kesal kepadanya. “Kenapa kau lama sekali, hah?” tanya Zayn dengan raut wajah yang kesal kepada Bella. “Maaf tuan, antriannya sangat panjang seperti ular makanya lama.” sahut Bella. “Ya sudah, cepat masuk!” seru Zayn. Bella lantas masuk dengan menggotong dua kantung belanjaan yang tampak penuh. “Bella, buatkan aku makanan!” perintah Zayn pada pelayannya itu. “Hah? Tuan menyuruhku memasak?” tanya Bella. “Iya! Kenapa? Apa kau tidak bisa memasak?” Zayn balik bertanya. “Bukan begitu tuan, tapi tidak sempat untuk membuatkanmu makanan karena ini sudah malam sekali, takutnya….” “Apa? Kau ingin membantahku? Apa kau kau ingin kupecat, hah?” kata Zayn mengancam Bella. Bella sangat mengutuk majikannya tersebut namun ia hanya bisa melakukannya di dalam hatinya. Walaupun sangat jengkel, Bella akhirnya tetap saja melakukan perintah dari majikannya itu. Ia lantas bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan makan malam dari bahan-bahan makanan yang ia beli tadi. Seakan mengejar waktu Bella pontang-panting di dapur demi menyiapkan makan malam untuk majikannya. Tak terasa Bella menghabiskan waktu satu jam lebih membuatkan makan malam untuk majikannya. Ia menyajikan makanan yang ia masak di atas meja makan. Kemudian ia menghampiri Zayn yang menunggunya sambil menonton televisi. “Tuan, makan malamnya sudah siap.” Kata Bella. “Hemmm.” Sahut Zayn singkat. Zayn lantas melangkah ke dapur yang menyatu dengan ruang makan. Ia duduk di kursi dan menatap beberapa menu makanan yang dibuatkan oleh pelayan barunya tersebut. Zayn lantas melirik Bella yang berdiri di sebelahnya dengan gelisah. “Hei, kau tidak meracuniku dengan makanan ini kan?” tanya Zayn membuat Bella kembali mengutuknya dalam hati. “Tidak mungkin tuan, kalau tuan mati keracunan siapa yang akan menggajiku?” sahut Bella membuat Zayn dongkol seketika. Zayn meraih sendok dan mencicipi salah satu menu yang dibuatkan Bella. Ia mengunyah makanan itu secara perlahan menikmati rasanya yang terasa sangat lezat dilidahnya. “Wah, ternyata dia pintar masak!” seru Zayn dalam hatinya. “Tuan, apa makanannya cocok dilidahmu?” tanya Bella. “Ya, lumayan lah… bisa dimakan manusia!” sahut Zayn lagi-lagi membuat Bella mengutuknya dalam hati. “Tuan, apa aku sudah boleh pulang?” tanya Bella. “Kau pulang naik apa?” tanya Zayn. “Naik bis!” sahut Bella. “Apa kau tidak lihat sekarang sudah jam berapa? Memangnya jam segini masih ada bis yang beroperasi?” tanya Zayn lagi sembari mengunyah makan malamnya. Bella lantas tercengang melihat jam yang sudah menujukkan hampir pukul 11 malam. Tubuh Bella lantas merosot kelantai setelah menyadari bahwa dirinya sudah ketinggalan bis sehingga ia tidak bisa pulang ke tempat kosnya. “Heh, salahmu sendiri karena kau lalai melakukan tugasmu tadi siang!” kata Zayn pada Bella. “Cih, dia masih saja menyalahkanku… padahal dia sendiri tidur dan bangun setelah matahari terbenam!” gerutu Bella dalam hatinya. “Tidak mungkin juga aku pulang jalan kaki sendirian tengah malam begini, bisa-bisa aku di ganggu preman-preman jalanan.” Gumamnya dalam hati. Bella melirik Zayn yang masih menyantap makan malamnya. “Apa aku menginap disini saja malam ini? Lagipula besok aku bisa menghemat ongkos bis kalau aku menginap disini. Tapi apa dia akan mengizinkannya?” tanya Bella dalam benaknya. Bella pun memberanikan diri untuk menanyakan hal itu kepada majikannya. “Tuan, apa aku boleh menginap disini untuk semalam saja? Soalnya aku takut pulang kalau berjalan kaki saat tengah malam begini.” Tanya Bella pada Zayn. Zayn berpikir sejenak sebelum ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan pelayannya itu. “Boleh!” sahut Zayn. “Kalau begitu kamar yang mana yang bisa tempati untuk menginap malam ini?” tanya Bella lagi. “Hah, kamar? Kau ingin tidur di kamar?” Zayn balik bertanya. “Tentu saja, tuan… kalau bukan di kamar lalu dimana lagi aku akan tidur?” tanya Bella tampak bingung. “Tidak ada kamar untukmu! Kau tidur di lantai saja!” kata Zayn. “Hah? Dilantai? Masa sih tuan tega menyuruhku tidur di lantai!” seru Bella agak kesal. “Bukannya tadi siang kau sangat pulas tidur di lantai sampai-sampai kau bangun saat hari sudah menjelang malam.” kata Zayn. “Tadi itu karena aku sangat lelah habis membersihkan seluruh ruangan di apartemen ini, lagipula aku juga tidak sengaja tertidur dilantai.” Gerutu Bella. “Kau tidur di kamar yang ada di sebelah dapur ini! kamar itu memang disediakan untuk pelayan!” kata Zayn memberikan kamar kepada Bella untuknya tidur satu malam di apartemennya. “Terima kasih tuan,” sahut Bella. Bella melirik makanan yang tengah di santap oleh majikannya tersebut. Malam itu ia pun belum sempat untuk makan malam dan kini perutnya terasa agak perih lantaran menahan rasa lapar sejak tadi. Zayn melihat Bella sedang melirik makanannya. “Apa kau sudah makan?” tanya Zayn pada pelayannya itu. “Belum, tuan.” Sahut Bella kembalik melirik makanan yang ada dihadapan Zayn. “Hei, jangan pikir aku akan membagi makananku ini padamu!” seru Zayn membuat Bella keheranan pada sikap aneh majikannya tersebut. “Lalu?” tanya Bella. “Kalau kau mau makan, kau kan bisa masak lagi untukmu sendiri!” seru Zayn lagi. “Uugghh, pria ini benar-benar membuatku jengkel setengah mati! Ingin sekali aku mencekik lehernya sampai dia kehabisan nafas lalu mati!” gerutu Bella dalam hatinya. Bella lantas melangkah menghampiri kulkas dan mengambil beberapa bahan makanan yang akan ia olah. “Hei, kau mau memasak lagi kan?” tanya Zayn. “Iya tuan,” sahut Bella. “Masak dua porsi, aku mau makan lagi!” perintah Zayn pada pelayannya itu. Bella menghela nafas agak kasar sehingga tampak sedang mendengus kesal. Hal tersebut sempat terlihat oleh Zayn yang sedang meliriknya. “Hei, kau kesal aku menyuruhmu memasak untukku lagi? Apa kau ingin kupecat?” ancam Zayn. “Siapa yang kesal? Aku tidak kesal sama sekali kok, hehehe…. Lihat, aku tersenyum sangat lebar!” seru Bella terpaksa memasang senyuman lebar agar tidak dipecat majikannya yang sangat menyebalkan itu. “Bagus!” ucap Zayn kembali menyantap makanannya yang belum habis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN