Setelah Adam sudah tidak terdengar langkah kakinya, Teresa kembali bernafas lega. Wajahnya memerah kembali saat Adam menggendongnya. Sangat terasa jika yang menyentuh kulitnya adalah 'milik' Adam.
"Gila, gila." Teresa menepuk-nepuk pipinya sendiri berharap agar pikiran kotor yang melintas di otaknya terus berputar. Pipi nya terasa panas saat mengingat itu.
Teresa memilih untuk berdiri lalu berlari meninggalkan area kolam renang dan mencari kamar yang dimaksud oleh sang pemilik rumah. Setalah sampai di kamar yang terletak tidak begitu jauh dari kitchen, Teresa buru-buru membuka dan menutupnya kembali dengan cepat.
"Jantungku." Teresa memegang dadanya sendiri karena jantungnya berirama dengan cepat.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan disini?" Tanya Teresa kepada dirinya sendiri mengingat dia tidak tahu kemana ia harus pergi. Tidak ada siapapun yang Teresa kenal dikota tersibuk ini. Niat awal ingin mencari sosok ayahnya, tapi malah terjebak dikota New York tanpa ada siapapun yang dia kenal. Barang-barang penting yang dia butuhkan pun hilang entah kemana.
Teresa hanya menghela nafasnya kasar, sekarang satu-satunya orang bisa diminta bantuan hanya Adam, pria yang Teresa anggap gila. Gila karena berkat pertemuan pertemuan pertamanya sudah membuat jantungnya memompa dengan tidak normal, dan lagi otaknya menjadi liar hanya memandang wajahnya saja. Dan apa yang dilakukan terakhir kali. Bayang-bayang akan Adam yang menyelamatkan nya dari tenggelam dikolam dangkal itu.
Teresa mengibas-ngibaskan wajahnya yang terasa panas mengingat itu, padahal bajunya masih basah akibat masuk kedalam kolam itu. Sekarang Teresa bingung apa yang harus dilakukan sekarang. Dia tidak punya pakaian ganti.
Teresa memilih untuk mandi dikamar mandi yang terletak didalam kamar itu. Untungnya dilemari kecil dan ada handuk terlipat rapih disana yangg bisa Teresa gunakan untuk mengeringkan tubuhnya, dan untuk menutupi tubuhnya selama menunggu pakaiannya mengering.
***
Tiga puluh menit berlalu, Teresa sudah menyelesaikan ritualnya di dalam kamar mandi. Teresa menghembuskan nafasnya lagi setelah melihat pakaiannya. Sekarang dia harus mengenakan handuk lebih dahulu sampai pakaiannya benar-benar kering agar Teresa bisa memakainya kembali.
TOKTOK
Pintu terketuk, Teresa pun berdiri hendak membukakan pintu, Teresa memegang handuknya erat-erat takut terjatuh atau apapun itu yang memalukan. Teresa membuka pintu dan hanya menyembulkan kepalanya melihat siapa yang datang mengetuk pintunya.
Ternyata yang datang adalah Adam, pria itu membawa beberapa pakaian ditangannya. Teresa bingung karena Adam datang. "Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Teresa gugup. Wajahnya tidak berani menatap Adam karena setiap melihat wajah Adam yangg terlintas di kepalanya adalah saat adam menggendong dan sesuatu yang mengganjal dibawah menyentuh kulitnya.
Tanpa menjawab Adam mendorong pintu dan masuk begitu saja kedalam kamar yang ditempati oleh Teresa. Teresa merasa was-was karena takut Adam melakukan sesuatu hal yang tidak dia inginkan. Teresa mengeratkan pegangannya pada handuknya.
"A-apa yang kau inginkan." Tanya Teresa dengan suara terbata.
"Apa yang ingin aku lakukan? Kau lupa ini rumahku? Aku bisa melakukan apapun yang aku mau." Adam menatap Teresa dingin.
Teresa tidak menjawab, apa yang Adam katakan memang benar. Ini adalah rumah Adam, Adam berhak melakukan apapun yang dia mau. Tapi Teresa tentu kesal karena Adam masuk kedalam kamar yang ditempatinya saat dirinya yang hanya sedang mengenakan handuk saja.
"Ini." Adam melempar pakaian yang ia bawa ke kasur yang terdapat dikamar itu. Teresa tidak menjawab karena Adam tidak mengatakan apapun selain 'ini'
"Pakai ini selama kau berada disini. Setelah aku menemukan koper milikmu, cepat pergi dari sini sesuai janji yang kau ucapkan." Setelah mengatakan itu Adam hendak pergi, tapi Teresa dengan cepat memanggil Adam.
"Tuan." panggil teresa.
Adam menoleh dan menunggu Teresa mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Bisakah anda memberikanku pekerjaan selama aku menunggu koperku ditemukan?" Teresa dengan pasti menatap wajah Adam.
Adam berdeham untuk mengatur sebelum dia berbicara. "Apa yang bisa kau lakukan?" Tanya Adam mengenai apa yang bisa Teresa lakukan agar dia tahu apa bisa memperkerjakan Teresa.
"Aku bisa membersihkan rumah, aku bisa memasak, aku bisa-" Teresa bingung ingin mengatakan apa. Karena dia benar-benar minim pengalaman kerja.
"Cepat ganti pakaian dan masak makan malam. Jika kau melakukan kesalahan, pergi dari rumah ini." Setelah mengatakan itu, Adam meninggalkan Teresa.
"Baik." Jawab Teresa semangat.
****
Teresa sedang di dapur, menyiapkan beberapa hidangan untuk Adam ditemani asisten rumah tangga yang sudah lanjut usia. Asisten rumah tangga yang bernama Diana.
Diana memberitahu apa yang disukai oleh Adam, dan apa yang tidak disukai oleh pria itu. Tidak muluk-muluk. Adam hanya tidak suka bawang putih dan juga pasta. Teresa menjadi sangat percaya diri jika dia bisa bekerja meskipun hanya sebagai asisten rumah tangga sementara. Setidaknya itu lebih baik daripada harus tidur bangku taman karena Teresa ridak memiliki siapapunn di New York.
"Selamat malam, Mr Adam." Sapa Diana melihat Adam datang. Teresa hanya menunduk melihat kedatangan Adam.
"Kau sudah sampai sini. Akku akan melakukan hal lain." Diana menepuk punggung Teresa dan menyerahkan semua pekerjaannya yang ada di dapur.
Adam tiba-tiba datang dan duduk tidak jauh dari tempat Teresa memasak. Teresa menjadi gugup karena Adam seperti sedang mengawasinya. Teresa sangat tahu jika Adam sedang menatapnya tajam.
"Apa anda membutuhkan sesuatu?" Tnya Teresa tidak ditahan ditatap oleh Adam seolah sedang menelanjanginya.
"Apa kau akan memberikannya?" Adam menatap Teresa dengan lekat.
Teresa mengerutkan keningnya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Adam. Tapi dia memilih untuk diam karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Besok kau pergi membeli beberapa pakaian selama kau berada disini. Dan buang semua pakaian yang aku berikan kepadamu." Perintah Adam.
"Aku tidak punya uang untuk membeli pakaian." Jawab Teresa. Tentu saja tidak punya uang karena semua miliknya adda di dalam kopernya yang hilang.
"Aku akan memberikan uang kepadamu." Kata Adam.
"Tapi kenapa? Aku suka dengan pakaian yang anda berikan kepadaku. Aku akan memakai pakaian yang anda berikan kepada saya." Tolak Teresa karena dia tidak enak jika har
"Itu pakaian bekas." Kata Adam kembali.
"Aku tidak apa-apa-" Belum Teresa selesai mengatakan ucapannya, Adam sudah memotonggnya.
"Jika kau ingin bekerja disini, lakukan apa yang aku katakan." Setelah itu Adam pergi meninggalkan Teresa dengan kebingungannya. Kenapa Adam kekeh menyuruhnya untuk membeli pakaian baru, sedangkan pakaian yang saat ini Teresa pakai pun tidak buruh, bahkan masih sangat bagus sama seperti baru.
Teresa pun tidak memperdulikan apa yang dikatakan Adam. Karena menurutnnya jika membeli yang baru dan membuang yang lama itu sangat mubazir. Teresa terbbiasa hidup hemat pun memilih mengindahkan ucapan Adam.
***
"Teresa, tolong buatkan kopi hitam tanpa gula untuk Mr Adam." Diana datang ke kamar yang ditempati oleh Teresa dan memintanya untuk membuatkan kopi untuk Adam.
"Baik." Teresa pun segera berdiri dengan mata masih terkantuk-kantuk karena saat Diana masuk dia sedang tidur.
"Tolong antarkan ke ruang kerjanya yang ada di lantai dua." Diana memberitahu dimana Teresa harus mengantar kopi tanpa gula itu.
"Apa dia masih bekerja dijam segini?" Tanya Teresa.
Diana tersenyum menanggapi Teresa. "Kau pasti akan terbiasa nantinya. Dia pria baik." Ucap Diana sebelum pergi.
Teresa menggerutu saat membuatkan kopi untuk Adam. Bagaimana tidakm, sekarang sudah pukul satu malam, tapi Adam masih minta dibuatkan minuman.
"Pantas kaya, jam segini masih kerja. Apa dia tidak kasihhan dengan pekerjanya yangg sudah tua untuk bekerja sampai malam-malam begini." Gerutunya.
Teresa pun membawa kopi itu keruangan kerja Adam. Saat membuka pintu, pemandangan yang Teresa lihat adalah Adam yang sedang sibuk dengan laptopnya sampai tidak menyadari kehadiran Teresa.
"Selamat malam, kopi anda." Teresa mengintrupsi Adam agar pria itu menyadari kedatangannya. Adam pun akhirnya menoleh dan kini menatap lekat Teresa.
Teresa menyadari jika Adam menatapnya. Dia sedikit bingung dengan tatapan Adam yang diberikan kepadanya. Teresa m=bertanya-tanya, apa ada yang salah dengan wajahnya atau bagaimana? Karena Adam menatap dirinya begitu dalam sampai membuat Teresa merinding.
Teresa mencoba tidak memperdulikan dan menganggap biasa saja, meskipun sekujur tubuhnya berkata lain saat ditatap oleh Adam.
"Apa kau bosan hidup?" Adam bersuara.
Teresa mengerutkan keningnya bingung.
"Sudahku bilang untuk tidak memakai pakaian itu." Terdengar begitu dingin ketika Adam mengatakan itu.
"Kenapa? Aku suka, dan ini masih layak untuk dipakai." Kata Teresa tanpa sadar udah berani menjawab ucapan Adam. Karena Teresa memang ingin mempertahankann pakaian yang sudah diberikan oleh Adam.
Adam berdiri dan mendekati Teresa, sangat dekat karena Adam mengurung Teresa dengan kedua tangannya karena Teresa terus mundur saat Adam mendekatinya. Sampai saat kaki Teresa sudah tidak bisa mundur kembali karena terbentur dengan sofa yang ada di ruangan itu. Teresa bahkan sampai jatuh terduduk di sofa empuk itu saat jarak Adam dengan dirinya benar-benar sangat dekat.
"Mau apa kau?" Teresa memalingkan wajahnya saat wajah Adam hanya beberapa senti saja dari wajahnya.
"Kalau kau tidak ingin melepas pakaian itu, aku yang akan melepasnya." Adam menyeringai tepat di depan wajah Teresa.