“Saya kan bercanda Miss, yah..tapi kalau Miss mau menganggapnya serius, saya juga tidak keberatan. Aw..aww..! Ya..iya bercanda..bercanda.” Gio meringis lagi karena Diana sekali lagi mencubit lengannya.
“Sakit, Miss.” Ucap Gio sambil mengelus lengannya yang sedikit memerah. Dia juga memasang wajah memelas berharap Diana akan merasa bersalah agar dia bisa menjalankan niatnya. Tapi memang Diana mencubitnya agak keras dan sayangnya Diana tidak peduli.
“Itu hukuman kalau siswa suka bicara ngawur terhadap gurunya. Ya sudah sana, pergi bersih-bersih. Jam terakhir pelajaran bahasa inggris kan? Awas saja kalau PRnya belum selesai.” Ucap Diana sambil melangkah meninggalkan Gio yang sedikit kecewa karena Diana sama sekali tidak bersimpati kepadanya.
Tapi dia senang karena sebentar lagi wajah cantik Diana akan menghiasi kelasnya. Gio tersenyum lalu melangkah meninggalkan tempat itu.
“Gio mana PRnya” tanya Diana ketika hanya tinggal dia saja yang tidak mengumpulkan buku. Gio hanya berdiri mematung sambil memandangi wajah Diana yang jelita menatapnya serius. Mata coklatnya mengerjap indah dengan kening sedikit berkerut.
‘Ah... Bagaimana bisa wanita ini bisa semenarikini?’ Batin Gio. Gio tidak segera menjawab, dia hanya tersenyum sambil terus menatap Diana dengan mata hazel indahnya. Diana menjadi salah tingkah dibuatnya.
“Saya tidak mengerjakan PR semalam Miss, karena sibuk mempersiapkan latihan. Lagi pula ini baru pertama kali saya tidak menyetor PR kan? Saya harap Miss mau memaafkan saya.” Jawab Gio segera setelah melihat Diana sudah merasa tidak nyaman dengan tatapannya.
“Baiklah, tapi saya tetap menunggu kau mengumpulkannya hari ini.” Ucap Diana tanpa menatap Gio lagi. Diana malah terlihat sibuk memeriksa hasil pekerjaan siswa yang lain.Gio masih belum beranjak dari tempatnya, dia sengaja menunggu Diana yang memintanya duduk. Setelah beberapa saat Diana akhirnya membuka suara.
“Kau boleh duduk sekarang.” Ucap Diana. Tapi Gio seakan tidak mendengarkan ucapan Diana. Gio masih asyik menatap Diana sambil senyum-senyum sendiri, seperti seorang yang jatuh cinta.
“Gio..!?” tegur Diana sekali lagi. Gio pun akhirnya tersadar dari lamunannya lalu tersenyum sebelum melangkah kembalike bangkunya.
Bel pulang sudah berbunyi, para siswa sudah bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.
Tapi Gio terlihat masih santai dan tidak peduli sekitarDia masih saja terlihat menulis sesuatu. Sementara Diana juga terlihat masih betah di tempatnya. Dia juga tampak masih memeriksa satu persatu tugas siswa.Yuna yang telah bersiap untuk pulang melangkah mendekati Gio.
“Kamu belum pulang?” suara lembut Yuna membuat Gio mengangkat kepalanya menatap Yuna sejenak lalu kembali dengan tulisannya.
“Belum, aku masih mau menyelesaikan PR-ku nih. Tuh, Miss Diana nungguin. Dia bahkan tidak ingin beranjak dari tempatnya sebelum aku mengumpulkan ini.” Ucap Gio beralasan. Dia hanya tidak ingin Yuna menungguinya. Tapi sialnya, Yuna malah duduk di depan Gio sambil memperhatikannya.
“Oya? kalau begitu aku akan menamanimu di sini.”Ucapnya senang. Mendengar hal itu Gio terkaget. Bisa-bisanya alasannya untuk menjauh dari Yuna malah menjadi bumerang buatnya.
“Ah, kau tidak perlu menungguku Yuna. Sebaiknya kau pulang saja. Nanti orang tuamu khawatir di rumah.” Ucap Gio mencoba mengubah pikiran Yuna agar secepatnya pulang. Dia tidak ingin di ganggu, tidak setelah dia merasa ingin kembali mengantar Diana pulang ke rumahnya. Gio merasa tidak rela Diana hanya di bonceng oleh ojek, panas-panasan. Padahal suaminya punya mobil, teganya dia membiarkan istrinya hanya di antar ojek.
“Tidak apa-apa kok, mama sudah tau kalau aku bersamamu di kelas.” Elak Yuna. Gio tidak tahu lagi harus berkata apa untuk membuat Yuna pergi. Dia hanya duduk pasrah sambil sesekali melirik Diana yang masih serius dengan pekerjaannya.
Tidak berapa lama, Diana akhirnya bangkit.
“Pelajaran kita sampai di sini dulu, ingat tugasnya mingguannya. Kalian bisa mencari referensi dari perpustakaan atau dari mana saja. See you, class.”
“See you, Miss” balas para siswa dengan kompak. Diana melempar senyumkemudian meninggalkan kelas.Para siswa lalu satu-satu meninggalkan kelas sampai yang tertinggal hanya Gio dan Yuna
Gio buru-buru menyelesaikan tugasnya, dia khawatir kalau Diana keburu pulang tanpanya.
“Maaf Yuna, aku harus buru-buru, takutnya Miss Diana keburu pulang.” Ucap Gio lalu meninggalkan Yuna yang entah sudah beberapa kali menahan kekecewaan di acuhkan oleh Gio.
Apakah Gio masih sangat mencintai Kelly? sedalam itukah cintanya? Tapi kurang apa dirinya? Dia cantik, bahkan kecantikannya tergolong unik karena wajahnya yang mirip artisidolkoreaJiso Black pink. Tapi kenapa Gio tidak pernah sedikit pun meliriknya? Atau mungkin usahanya masih belum maksimal. Ya, dia masih belum memaksimalkan usahanya. Dia harus mendapatkan Gio. Gio hanya miliknya.
Diana sudah bersiap untuk pulang, tukang ojek yang menjemputnya pun sudah menunggunya di luar. Dia lalu bangkit dan keluar dari ruangan. Tapi sebelum itu dia pamit kepada rekan mengajarnya yang masih terlihat sibuk mengerjakan sesuatu.
“Saya duluan ya, ojek saya sudah menunggu di luar.” Ucap Diana sambil tersenyum. Dia lalu melangkah dengan tergesa menuju pintu, tapi tanpa sengaja tubuhnya menabrak dinding. Tapi perasaan tadi dia lewat pintu yang terbuka. Diana lalu menengadah dan mendapati Gio sudah tersenyum lembut ke arahnya. Tubuh mereka masih berdekatan hanya detak jantung yang menandakan hati mereka yang sedang merasakan sesuatu.
“Apa Miss ingin selamanya berada di dekatku.” Suara Gio yang pelan dan hampir berbisik namun terdengar jelas di telinga Diana sukses membuat Diana menjauh.
“Ke..kenapa kau ada di sini?” tanya Diana tergagap. Entah kenapa hatinya terasa aneh. Ucapan Gio seperti seorang pria yang sedang merayunya dan itu membuatnya senang.
“Kan, saya mau kumpul PR. Miss sendiri yang bilang kalau harus dikumpul sore ini.” Sahut Gio. Diana baru tersadar.
“Oh, ya sudah. Taruh saja di meja, saya mau pulang dulu.” Ucap Diana lalu bergegas melangkah meninggalkan tempat itu. Gio dengan cepat membawa bukunya menuju meja kerja Diana lalu meletakkannya di sana. Dia lalu menyapa guru yang masih berada dalam kelas sebelum Gio meninggalkan ruangan itu.
Gio melangkah cepat sambil mencari-cari keberadaan Diana. Dia semakin mempercepat langkahnya ketika melihat Diana sudah hampir sampai di depan pintu gerbang tempat ojek menunggunya.
“Miss, tunggu.” Panggil Gio setelah dia tepat berada di dekat Diana. Wanita itu pun menoleh terkejut. Apa lagi mau anak ini, kenapa Diana merasa sikap Gio agak berlebihan akhir-akhir ini.
“Ada apa, Gio? Kamu sudah mengumpulkan PR kan? Maaf saya harus buru-buru.” Sahut Diana lalu berniat menaiki ojek yang sudah siap. Tapi alanglah terkejutnya Diana ketika dia merasa tangannya di pegang oleh Gio.
“Apa-apaan kamu Gio, lepas.” Ucap Diana panik, dia menoleh ke sana kemari memastikan tidak ada seorang pun yang melihat mereka. Untunglah keadaan sekitar sekolah sudah sepi karena penghuni sekolah sudah pulang. Tapi Gio seakan tidak peduli, dia semakin menggenggam pergelangan Diana dan menatapnya serius.