Jantung Diana bergemuruh melihat suaminya menghampirinya dan Gio. Langkah Bima yang semakin dekat bagaikan akhir dari hidupnya, Gio yang melihat ketakutan Diana merasa ada yang aneh.
“Mas Bima kenapa baru pulang?” Tanya Diana berusaha menormalkan perasaannya.Dia menelan ludahnya tegang.
“Kau di jemput lagi oleh pemilik mobil ini? Oh, ini ya siswamu?” Tanpa menjawab pertanyaan Diana, Bima balik bertanya. Dia lantas menatap Gio dengan tatapan menyelidik.
“I..iya mas, kami baru saja mau berangkat ke sekolah. Mas masuk saja, sarapan sudah siap.” Jawab Diana setenang mungkin.
Bima masih menatap Gio, sedangkan Gio hanya tersenyum.
“Selamat pagi om, saya siswanya Miss Diana. Nama saya Gio. Ayo Miss, kita berangkat nanti terlambat” Ucap Gio berusaha mengeluarkan Diana dari kondisi tidak nyamannya. Dia juga merasa aneh dengan sikap dingin suami Diana.
Bima tidak menjawab, hanya matanya saja yang terus menatap Gio seakan menelanjanginya. Bima juga tidak bereaksi ketika Diana dengan perlahan mulai masuk ke dalam mobil Gio. Dia hanya menatap mereka berdua dengan tatapan dingin.
“Ana permisi dulu ya Mas.” Ucap Diana meminta izin tapi lagi-lagi Bima hanya terdiam. Mobil pun melaju meninggalkan ketegangan yang menyelimuti tempat itu. Bima masih menatap mobil Gio hingga menghilang.
Di dalam mobil ketegangan Diana akhirnya berangsur mereda, dia menghela napas lega. Dia lalu menoleh ke arah Gio yang sesekali menatapnya sambil terus fokus menyetir.
“Kau pasti bertanya-tanya kenapa saya begitu tegang melihat suamiku sendiri.” Ucap Diana sambil menatap ke depan.
“Jangan bilang Miss tegang karena merasa kedapatan selingkuh dengan saya ya? He he.”Gio berusaha membuat suasana tegang yang di rasakan Diana menghilang.
“Hus, anak ini.Jangan sembarangan ngomong. Nyetiraja yang fokus.” Tegur Diana.
“Iya-iya Miss, makanya jangan tegang dong, santai aja. Atau Miss mau saya ajak ke pantai sekali-sekali supaya kepenatan pikiran Miss hilang?” ucap Gio menawarkan. Diana sontak menoleh ke arah Gio dengan tatapan menyelidik.
“Kau mengajak saya ke pantai?”
“Iya Miss, memangnya kenapa? Gak boleh? Ya itu pun kalau Miss mau. Gio gak maksa kok.” Jawab Gio sambil membelokkan mobilnya masuk ke parkiran sekolah.
“Terima kasih ya, sudah mengantar.” Ucap Diana sambil tersenyum. Gio merasa senang melihat senyum cantik itu muncul lagi.
“Sama-sama Miss, nah gitu dong senyum Miss itu cantik. Jangan hilangkan senyum itu di wajah Miss.” Ucap Gio tulus. Tatapan Gio sangat dalam sehingga Diana merasa dadanya berdebar. Rasa hangat yang terasa di wajahnya cukup membuktikan bahwa dia merasa tersanjung mendengar pujian Gio.
Tanpa membalas ucapan Gio, Diana buru-buru turun dari mobil dan berjalan menuju kantor, meninggalkan Gio yang masih menatap punggung Diana sampai akhirnya menghilang. Gio menghela napas panjang, senyum di bibirnya tersungging. Hatinya merasa senang melihat Diana tersipu mendengar ucapannya. Dia pun keluar dari mobil dan berjalan menuju kelasnya.
Gio terlihat sangat hot berlari sambil mendribel bola basket, dia dengan mahirnya menghindari defense lawan sambil melindungi bola agar tetap berada di tagannya. Posisi forward yang di embannya dalam tim mengharuskan Gio mencetak poin sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke dalam ring lawan. Pada saat yang sama, terlihat 2 orang defense lawan mengapit Gio agar tersudut. Mereka dengan agresif berusaha merebut bola dari tangan Gio. Akan tetapi tentu saja Gio tidak akan mudah di taklukkan. Dengan indahnya dia bergerak menghindari lawannya. Bola di tangannya seakan terikat dan tidak akan lepas dengan mudah.
Lawannya terlihat frustrasi karena Gio sudah berada di area pertahanan mereka dan sebentar lagi akan mencetak poin. Ini tidak boleh di biarkan. Salah satu defence melirik temannya lalu keduanya mengangguk. Dia kemudian berlari menerjang Gio yang sudah siap memasukkan bola ke dalam ring.Beruntung, Gio tipe orang yang penuh selidi kdan strategi, sehingga segala bentuk kecurangan tidak pernah luput darinya. Ekor matanya melihat pergerakan aneh yang sangat cepat ke arahnya pada saat dirinya siap memasukkan bola.
Pada saat lawan menyerangnya dan hampir mengenainya, Gio dengan cepat mengubah gerakannya dan langsung mengoper bola ke rekannya yang sudah bersiap sedia. Bola akhirnya melayang ke arah rekan Gio yang sukses menangkapnya dan di bawanya berlari. Ujung bibir Gio terangkat saat melirik kedua lawannya yang hanya menganga tidak percaya.
Gio lalu berlari dan bersiap menjemput bola. Dia berlari dan bersiap sambil berusaha menghindari lawan yang selalu membayanginya. Mereka seakan tidak ingin jika Gio yang menguasai bola.
Tiba-tiba bola melayang ke arah Gio dan dengan tangkas dia melompat menggapai bola. Karena tubuhnya yang tinggi proporsional khas pemain basket, Gio dengan mudah menggapai bola dan membawanya menghampiri ring lawan.
Gio kali ini tidak ada rintangan sehingga dia leluasa membawa bola menghampiri ring. Tapi tiba-tiba dari arah samping seorang defense lawan berusaha menggagalkan usaha Gio dengan menerjangnya sekali. Tapi lagi-lagi Gio bisa menghindar, dia lalu melompat setinggi ring basket dan sukses memasukkan bola ke dalamnya. Poin pun tercetak dengan kemenangan tim Gio.
Suara gemuruh sorak dan tepuk tangan penonton memenuhi lapangan. Meskipun pertandingan ini hanya ajang uji coba sebelum kejuaraan di mulai. Tapi para siswa sangat antusias menyaksikan pertandingan. Itu semua karena Gio si bintang lapangan. Daya tarik Gio memang sangat nyata menghipnotis kesadaran para wanita untuk tidak melihatnya. Tubuhnya yang tinggi kokoh dengan wajah yang tampan, membuatnya semakin bersinar. Suara jeritan histeris siswi-siswi yang mengelu-elukan terdengar sangat kompak. Hanya ada satu mana yang terdengar, GIO...I LOVE YOU...!!! Kau yang terbaik. Yeay....!!!Tak terkecuali Yuna.
Dia terlihat menyaksikan jalannya pertandingan dengan penuh damba. Senyum di bibirnya tidak pernah hilang. Dia memandangi Gio yang sedang tersenyum senang bersama rekan-rekannya. Tubuhnya yang basah karena keringat malah membuatnya semakin hot. Mata hazelnya terlihat mencari-cari keberadaan seseorang tapi tampaknya dia tidak menemukan apa yang di carinya, akhirnya dia melangkah meninggalkan lapangan.
Yuna yang melihatnya dengan cepat bangkit dari duduknya segera menyusul Gio yang sudah berjalan menjauh.
“Gio, tunggu.” Panggil Yuna ketika langkah Gio semakin cepat. Gio menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Yuna.
“Hai, ada apa?” tanya Gio singkat.
“Hai, tadinya aku berencana membawakan kue buatanku untuk merayakan kembalinya kau di lapangan tapi aku takut kau tidak menyukainya. Jadi, bagaimana kalau kita aku ajak makan siang aja.” Ajak Yuna penuh harap. Sudah sejak lama dia mengharapkan saat-saat seperti ini.
“Oya, andai kau bawa saja kuenya jadi kita bisa makan bareng di kelas. Kalau untuk makan siang maaf aku tidak bisa, ada sesuatu hal yang harus aku selesaikan.” Tolak Gio. Walaupun dia juga merasa tidak tega karena entah sudah berapa kali Yuna ingin mengajaknya makan berdua, tapi dia selalu menolak. Dia tidak ingin memberikan harapan apa-apa kepada Yuna. Gio tahu kalau Yuna memiliki perasaan padanya, itulah sebabnya dia tidak ingin menjanjikan apa pun.
Raut kekecewaan jelas terlihat di wajah cantik Yuna setelah mendengar penolakan Gio. Hatinya kecewa, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Baiklah kalau kau tidak ada waktu, mungkin lain kali saja. Aku pergi dulu.” Ucap Yuna sambil melangkah meninggalkan Gio. Gio lalu melanjutkan langkahnya menuju lokernya. Tapi tiba-tiba dari arah yang berlawanan dia melihat Diana sedang berjalan. Langkahnya yang pelan dan anggun dengan wajah yang sesekali tertunduk. Dia begitu cantik, Gio tersenyum lalu berjalan menghampirinya.
“Hai Miss.” Sapa Gio saat mereka sudah hampir berpapasan. Diana yang tidak melihatnya sontak mengangkat wajahnya terkejut dan mendapati sosok tinggi Gio sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum.
“Aduh Gio, Miss sampai kaget.” Ucapnya sambil memegangi dadanya. Gio terkekeh, entah kenapa akhir-akhir ini dia merasa senang menggoda gurunya ini.
“Siapa suruh jalannya nunduk, Miss. Jadinya saya yang tampan ini pun gak terlihat. Untung gak nambrak terus jatuh, terus guling-guling berdua. Kayak di film-film.” Seloroh Gio sambil menahan senyum. Sontak saja Diana hanya bisa menganga mendengar ucapan ngawur Gio. Diana tanpa sadar mengulurkan tangannya dan mencubit lengan Gio dengan sedikit keras.
“Aw..aw...Miss sakit. Ampun.” Gio meringis kesakitan meskipun hatinya senang bisa seakrab itu dengan Diana.
“Siapa suruh ngomongnya ngawur.” Ucap Diana.