Sembilan

689 Kata
"Akya Maryam Mubarak!" Akya berjalan lesu menuju meja makan, niat awalnya malah tak ingin sarapan. Tapi, karena Dzaki memanggilnya lebih dulu, mau tak mau Akya harus ke meja makan. "Duduk" perintah Dzaki lagi yang di turuti oleh Akya "Besok, kita makan malam di sini bersama keluarga calon besan" JUDEEER Secepat ini kah? Akya tersenyum miris, lagi dan lagi. Baru juga kemarin sore dia baru tahu akan di jodohkan. Besok ia akan bertemu jodohnya gitu? Ahh salah, jodoh pilihan orang tuanya. "Emang Papah gak cemburu liat nanti Mami ngobrol sama Om Toha?" Celetuk Akya asal Dzaki memasang wajah menimbang, lalu terkekeh geli "Masih gantengan Papah ini lagian" Akya dan Syakila reflek membelakan mata kaget. Bedanya, Afa memasang wajah ingin muntah, Syakila terkekeh geli setelahnya. "Pokoknya, besok malam kamu harus terlihat manis, elegant, kalem, jangan urak urakan. Ngerti?" Akya menghela nafas lelah. Di bahas lagi, padahal Akya sudah mengalihkannua tadi. Namun, Akya hanya mampu mengangguk saja *** Hari ini, SMA Jaya Nusantara bebas. Tak ada kegiatan belajar mengajar. Tak ada pula bimble tambahan untuk kelas 3 karena hari ini adalah pengumuman kelulusan untuk kelas 3. Akya memutarkan bola matanya malas. Mereka bebas hanya untuk menonton kakak kelasnya ini lulus? Sekolah kurang kerjaan memang. Akya memijat pelipisnya pening, lagi dan lagi ketika ia mengetahui bahwa masa depannya yang seharusnya dengan orang yang ia cinta malah sudah di atur oleh kedua orang tuanya. "Ya?" Landira menepuk pundak sahabatnya itu pelan. Akya yang kaget dengan sentuhan itu mengerjapkan mata cepat "Duh cabe! Kaget gue" kesal Akya Landira terkekeh, tak pernah sakit hati sama sekali dengan perkataan kasar Akya dan Ceasy. Landira menganggap itu panggilan kesayangan malah. "Madol yuu bosen ah gue nonton kaya gini. Gak guna" keluh Ceasy yang membuat Akya tersenyum setan "Yuuuuk" Bukan, itu bukan suara Akya yang seharusnya semangat menjawab. Melainkan bu Jay yang sudah melayangkan tatapan tajam ke arah mereka bertiga "Ehhh si ibuu" sapa Akya sambil meringis pelan "Mau kemana anak anak ku yang manis?" Tanya Bu Jay dengan senyum yang menurut Akya, Landira dan Ceasy sungguh seram. Akya lantas menampilkan senyum anggunnya "Duh bu, gak kemana mana kok. Kita gak mau ibu darah tinggi terus cepet mati terus suami ibu nikah lagi kok. Engga kok bu engga" cerocos Akya asal Bu Jay membelakan mata kaget "KAMU DOAIN SAMA MATI?" teriak Bu Jay tak habis fikir Akya melirik kedua sohibnya, memberikan kode melalui tatapan mata. Landira memutarkan bola matanya malas. Akya sudah membangunkan macan tidur "Lariiiiii" teriak Akya membuat teman teman sekitarnya terkekeh bahkan terbahak melihat kelakuan absrud Akya "AKYAA MARYAAAM MUBARAAAAAAAAAAAAAAK" *** "Tas kita gimana nyet! Kan ada di kelas" keluh Landira yang menunggu Akya dan Ceasy yang sedang menyusun bangku untuk kabur melalui jendela Aula sekolah yang untungnya ada di lantai 1 ini "Ck, udah sih gampang nanti besok pake tas yang lain ini" jawab Akya yang masih sibuk menyusun bangku Akya menepuk nepuk tangannya, membersihkan debu debu di tangannya "Nah kan, selesaiiii" "Yuk lah, bodo amet sama tas" ucap Landira yang sudah duluan memanjat menara kursi yang dibuat oleh Akya dan Ceasy Akua mengangguk mantap, setelah Landira ada di atas jendela dam bersiap untuk lompat, Akya menyusul. "Monyet emang kalian, gue selalu benci kalo bolos harus manjat" keluh Ceasy yang membuat Akya yang siap terjun kebawah terkekeh "Buru Cabe, keburu ibu Jeliku my Jeli dateng" *** "Mampus Ya! Mampus anjiirrrr lo turun itu truk tentara gue tabraaaak" panik Ceasy yang membuat Akya ikutan panik "Duuuh ileh masa gue?" Tanya Akya yang gemetar bukan main "Buru anjing, gemeter kaki gue niiih itu duuh aduuuuh tentaranya turuuun. Muka gue mau di taro dimanaaa mana gue di depan nyet buru" cerocos Ceasy panik Landira diam, sama sama panik dan malu. Tak ingin banyak bicara. Akya mengangguk, lalu turun dari mobil Ceasy dengan menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. Semoga kesan urak urakan Akya tak kelihatan ya tuhan. Semoga. Baru saja Akya berjalan mendekati Truk tentara tempat kesatuan Papa nya berdinas. Semua tentara memasang wajah memicing. s****n. Akya gugup. "Akya?" Panggil semua tentara yang ada di bagian belakang truk heran ketika melihat anak dari komandan mereka ada di hadapan mereka Akya membelakan mata kaget. Semua tentara mengenalnya nih ceritanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN