Dzaki memijat pelipisnya, pening. Ia tak habis fikir, bagaimana bisa putri bungsunya ini berlaku seenak jidat diluar rumah? Sampai di cap sebagai siswi bandel pula. Sumpah demi apapun. Mimpi apa Dzaki semalam.
"Pah udah Pah, namanya juga anak remaja" ucap Syafa berusaha menenangkan Calon Mertuanya
Akya yang semenjak tadi duduk di single sofa, menundukan kepalanya takut takut. Mau sebandel apapun Akya, ia tetap takut kepada Papah dan Mamahnya.
"Wajar dia gituin kamu! Wong kamunya aja bandel gak ketulungan gini! Wajar di lecehkan!" Bentak Dzaki frustasi
Akya mengangkat kepalanya, membelakan mata tak percaya "Kok Papi ngomong gitu?"
"Stop panggil Papah dengan sebutan alay itu!" Tegur Dzaki membuat Akya mengerucutkan bibir kesal
Syakila yang baru pertama kali melihat raut wajah kecewa suaminya itu hanya mampu diam dan mengelus lembut pundak Dzaki.
Dzaki melepaskan elusan Syakila pelan, lalu menarik nafasnya dalam dalam dengan memejamkan matanya "Kalo kaya gini. Aku terima tawaran Toha aja Kil"
"Tawaran Om Toha pah? Yakin? Asyam cuma beda sama aku sekitar 4 tahun pah berarti beda sama Akya sekitar 5 sampe 6 tahunan" ucap Musa ikut dalam obrolan
Akya menyeritkan kening bingung. Om Toha? Asyam? Kalo Om Toha si Akya tahu, mantan Mama nya sewaktu muda yang jika di bahas akan membuat Papahnya cemburu berat. Tapi, Asyam siapa?
"Maksud Papi eh Papa apa?" Tanya Akya tak mengerti
"Kamu. Papah jodohkan"
JUDUEERRR!!!
Bagai guntur di siang bolong yang cerah merekah, Akya shok tiada tara.
Di jodohkan?
Di zama modern?
Papahnya ngigau kan?
Akya tertawa besar dengan nada sumbang, lalu berhenti seketika "Akya baru 17 tahun pah, bulan depan Akya baru mau UKK. Papah bercanda kan?" Tanya Akya datar dan serius
Dzaki menggeleng mantap "Gak. Siapa yang bercanda?"
Akya mengigit bibir bawahnya mati matian "Paaahh" panggil Akya lirih
"Gak. Keputusan papah bulat. Kamu itu yah, duh papah gak habis fikir lagi. Gak ada yang bisa membantah papah. Pokoknya" Dzaki berdiri dari duduknya "Akya papah jodohkan"
Akya di jodohkan
Masa depannya di tentukan oleh keluarganya
Tidak akan bisa tebar pesona
Akya.
Di jodohkan.
Akya yang duduk, ikut berdiri dengan air mata yang sudah membanjiri pipi mulusnya. Akya tersenyum miris "Akya bisa berubah jadi baik kalo Pa--"
"Papah sudah bilang. Tidak ada penolakan dan bantahan"
Telak.
Jika Dzaki sudah berbicara datar, bertanda bahwa mereka semua harus menurut. Musa menatap adik bungsunya kasian.
"Hiks. Kakak Aya sama Bang Uca aja hiks gak di jodohin tuh hiks" ucap Akya dengan tangis
Dzaki diam. Berusaha tidak terpengaruh oleh tangisan si bungsu "Emang Kakak sama Abang bandel kaya Dede?" Tanya Dzaki datar
"Dede hiks bisa berubah ko pah hiks" tawar Akya
"Sekali papah biang engga. Ya engga."
Akya mengangkat kepalanya, lalu tersenyum lirih dan mengangguk "Ya udah, Akya ke kamar dulu" pamit Akya
Musa yang melihat adiknya brjalan menuju kamar berjalan, berniat menyusul sang adik.
"Abang di sini. Papah mau ngomong sama kamu" taham Dzaki
Musa menghela nafas lelah "Kamu samperin Yaya dong Fa. Kasian aku liatnya" pinta Musa kepada Syafa yang di jawab anggukan mantap oleh Syafa
~☆~
"Hiks. Hiks. Gila gak tuh Mbak hiks. Gak adil. Hiks. Abang Uca sama Kakak Aya gak di jodohin hiks ko aku di jodohin sih hiks" ucap Akya terbata bata didalam pelukan Syafa
Syafa mengelus pelan puncak kepala Akya, tak dapat berbuat banyak. Syafa tak terlalu tahu menahu tentang keluarga calon suaminya ini.
"Yaya?" Panggil Syakila dari daun pintu
Akya yang melihat sang Mamah membuang mukanya "Mamah kenapa diem aja liat Dede di jodohin si mah hiks"
Syakila diam. Ia pernah merasakan ada di posisi anaknya. Dijodohkan.
"KIL SINI BIARIN ANAK MU SAMA SYAFA. JANGAN DI MANJAIN" teriak Dzaki dari luar kamar
"Hwaaaaaaah papa udah gak sayang Yaya mbaaaaakkk" histeris Akya setelah mendengar teriakan sang Papah