Kiren sedang sibuk di ruang kerjanya, ia sedang mengerjakan desain iklan untuk produk terbaru dari salah satu perusahaan makanan. Lebih baik ia fokus mengerjakan semua pekerjaannya hingga tak ada waktu lagi untuknya memikirkan pernikahan Tian.
“Ren, makan siang dulu yuk,” ajak Aurel yang kepalanya muncul di depan ruangannya.
Kiren menengadahkan kepalanya dari layar komputer untuk sesaat lalu kembali fokus. “Nanti saja aku belum selesai.”
Aurel mendengus melihat Kiren yang mulai gila bekerja lagi. Dulu selama 2 bulan sahabatnya itu melakukan hal yang sama saat pertunangan dengan Tian gagal dan berakhir masuk rumah sakit, tapi sekarang Kiren melakukan hal yang sama lagi. Tanpa memperdulikan Kiren yang sibuk dengan mouse komputer Aurel mendekati sahabatnya.
“Ayolah Ren, temani aku makan siang,” ucap Aurel menarik lengan Kiren.
“Nanti saja Rel. Aku lagi nanggung,” ujar Kiren berusaha melepaskan lengannya dari tarikan Aurel.
“Aku ga mau tau, kamu harus makan siang bareng aku.” Aurel masih terus menarik-narik Kiren.
Tarik menarik terjadi di depan meja kerja Kiren sampai tanpa sengaja Aurel menyenggol segelas kopi yang ada di sana dan tumpah di atas tumpukan-tumpukan berkas-berkas penting.
“Aurel!” Kiren membentak Aurel dengan keras. “Sudah aku bilang jangan ganggu aku! Apa kamu ga bisa mendengar perkataanku!”
Aurel sangat terkejut. Matanya berkaca-kaca menatap tak percaya Kiren membentaknya. Baru kali ini Kiren memperlakukannya secara kasar. Suara Kiren yang keras terdengar sampai ke ruangan Fabian dan beberapa pekerja yang ada di sana.
“A–aku… ma–af Ren. Aku ga sengaja,” ucap Aurel terbata-bata dan menundukan wajahnya.
Kiren menutup matanya sambil memegang keningnya yang mendadak pusing. Ia tak bermaksud untuk membentak Aurel, tapi ia merasa sangat terganggu dengan tindakan Aurel yang merusak moodnya. Fabian langsung masuk ke ruangan Kiren.
“Kamu baik-baik saja Sayang?” tanya Fabian melihat wajah Aurel yang tampak pucat.
Kiren melirik tajam ke arah Fabian. Terbesit rasa cemburu dalam hatinya saat laki-laki yang baru tadi malam berhubungan intim dengannya mengucapkan kata SAYANG ke Aurel. Fabian tidak memperdulikan tatapan Kiren, ia merangkul pundak Aurel dan membawanya keluar dari ruangan Kiren.
Tangan Kiren mengepal. “Dasar anak manja!” gumamnya pelan sambil menatap Aurel dan Fabian yang keluar dari ruangannya.
Ia memanggil office boy untuk membereskan semua kekacauan yang dibuat Aurel dan keluar dari ruangannya untuk menenangkan diri sejenak. Saat berjalan keluar dari kantor ia melirik Aurel yang menangis dan sedang ditenangkan oleh Fabian.
Selalu saja kamu memproritaskan Aurel, Bi. Hanya ada dia di matamu sedangkan aku hanya kamu butuhkan saat untuk menyalurkan napsu liarmu. Kiren berkata dalam hatinya.
Di atas atap gedung perusahaannya untuk menenangkan diri sejenak. Kiren mengambil vape dari jas kuning yang dikenakannya. Menghisap cairan nikotin mentol dengan rasa melon dan menghembuskan asapnya keluar dari bibirnya.
“Kamu kenapa melampiaskan kekesalanmu ke Aurel, Ren?” tanya Rio yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
Kiren mendongakan kepalanya. “Kamu mau jadi pahlawan lagi untuk Aurel, Rio.” Suaranya terdengar mengejek Rio.
Rio menghela napasnya. “Bukan begitu maksudku, Ren. Aku ga mau jadi pahlawan untuk Aurel sudah ada si Bian si pahlawan yang dibutuhkan Aurel.”
“Lalu ngapain kamu ke sini. Ga ikut sekalian menghibur si anak manja tak berguna itu,” ucap Kiren ketus.
“Ren, kita kan berteman bertiga dari dulu dan tau pasti sifat Aurel yang memang manja bukan seperti kamu yang selalu tegas dan periang.”
“Lalu memangnya aku juga ga berhak untuk manja? Memangnya hanya dia saja yang selalu mendapatkan semua keuntungan dari hasil kerja keras. Ia cuman jadi adminitrasi mengurus hal-hal yang tak begitu penting dibandingkan aku harus mengurus desain klien yang ada masa tenggang waktunya.”
“Aku tau kamu kesal, jengkel, marah, tapi apa bisa dibenarkan sikapmu yang membentaknya kasar seperti itu?”
“Lalu apa bisa dibenarkan dengan kekacauan yang dibuatnya? Berkas-bekas penting dia buat berantakan dalam sedetik sedangkan aku yang mengerjakan semuanya berjam-jam.”
“Perbuatan Aurel juga ga bisa dibenarkan, tapi agensi yang kita dirikan ini milik bersama Ren.”
“Milik bersama katamu? Hei Rio, agensi ini kita berdua yang dirikan dan dalam surat-surat PT hanya ada nama kita bukan nama Aurel. Kenapa kamu bisa bilang ini agensi milik bersama Aurel?”
“Ren bukan begitu maksudku. Kamu jangan salah paham dulu.”
“Stop!” Kiren berdiri dari tempat duduknya. “Kamu ga usah mengaturku, apapun yang aku lakukan bukan tanpa alasan.”
“Apa alasannya Ren?”
“Kamu ga perlu tau apa alasanku.” Kiren beranjak pergi meninggalkan Rio.
Alasanku karena aku cemburu Fabian selalu mementingkan Aurel. Kiren berkata dalam hatinya sambil berjalan keluar dari gedung.
Kiren, Aurel, dan Rio bersahabat semenjak mereka kuliah. Tak ada rahasia diantara mereka bertiga sampai Aurel berpacaran dengan Fabian dan sibuk bersama kekasihnya. Setelah lulus kuliah Kiren dan Rio, akhirnya memutuskan untuk berkerjasama membuka agensi periklanan atau advertising, Next Digital Media.
Next Digital Media sendiri merupakan bisnis yang bergerak dalam menyediakan jasa periklanan bagi klien untuk membantu perusahaan-perusahaan baik dari mikro besar dan kecil untuk meningkatkan penjualan.
Rudi, ayah Kiren yang berprofesi sebagai pengacara banyak mengenal pimpinan dari beberapa perusahaan. Berkat Rudi, perusahaan yang didirikan Kiren dan Rio banyak mendapatkan klien yang membutukan tenaga agensi periklanan. Sehingga banyak klien-klien yang mereka tangani sehingga membuat agensi mereka dikenal banyak kalangan.
Aurel yang lulus setahun setelah Rio dan Kiren ikut bekerja bersama Kiren dan Rio dengan membawa Fabian. Fabian yang dulu bekerja di salah satu perusahaan televisi swasta ikut bergabung di Next Digital Media menjadikan agensi mereka merambah promosi lewat televisi, radio, internet atau media sosial lainnya.
Lama-lama Kiren mulai dekat dengan Fabian. Dulu dikiranya Fabian orang yang angkuh, tapi ternyata ia salah. Fabian begitu hangat dan terbuka walau tidak banyak bicara mirip seperti sifat Tian. Mereka berempat pun menjalan agensi periklanan dengan posisi di bidangnya masing-masing untuk membesarkan perusahaan.
Rio, sebagai direktur mengambil setiap keputusan untuk perusahaan dan terkadang juga datang untuk bertemu klien. Kiren, sebagai penata konsep dan desain promosi dan terkadang juga bertemu dengan klien. Fabian, sebagai pihak yang akan mempresentasikan cara-cara untuk membuat klien tertarik dengan ide-ide promosi peningkatan penjualan. Sedangkan Aurel, sebagai administrasi pengelolaan anggaran. Mereka semua berperan penting dalam jalannya perusahaan.
Setelah 3 tahun agensi berjalan semuanya berubah saat batalnya pertunangan Kiren dan Tian. Hidup Kiren menjadi berantakan dan semakin berubah saat ia menjalin hubungan terlarang dengan Fabian. Mungkin inilah cara Kiren menghancurkan dirinya sendiri seperti hatinya yang sudah hancur.