10. Tak Lebih Dari Penutup Aib

931 Kata
“Temukan Shanum. Pastikan dia tidak terluka sedikit pun.” Suara Bima Ardelio terdengar sangat tenang dari lorong sebelah. Di kediaman orang tua Bima Ardelio yang megah, Shanum mendengar suara sang suami. Senyum di wajahnya seketika merekah, membuat kecantikannya makin bertambah. Tak kalah dari keindahan bunga bermekaran di musim semi. “Ya ampun ... masih di rumah yang sama saja, suruh dicari. Padahal kan aku cuma ganti kostum buat resepsi,” pikir Shanum yang bergegas memasuki lorong di sebelah. Lorong sumber suara Bima Ardelio berasal. “Katakan padanya, ... aku tidak pernah marah.” “Katakan padanya, meski aku sudah menikahi Shanum saudaranya Hafiz. Aku melakukannya murni hanya untuk menutup aib keluarga, setelah Shanum yang aku cintai, mendadak meninggalkan pernikahan kami.” Ucapan Bima Ardelio yang masih diselimuti ketenangan barusan, sukses membuat langkah Shanum perlahan berhenti. Dunia seorang Shanum mendadak berhenti berputar. Buket pengantin cantik berwarna putih dan ia pegang menggunakan kedua tangan, lolos begitu saja ke lantai. “Karena setelah Shanum-ku kembali, aku tidak akan langsung menceraikan Shanum yang sudah kunikahi.” Sementara untuk ucapan Bima Ardelio barusan, Shanum sudah langsung paham. Bahwa dirinya tak lebih dari pengantin pengganti. Hanya karena namanya dan nama calon istri sang suami, sama. Adanya Shanum di sana tak lebih dari penutup aib keluarga Bima Ardelio. Persis seperti yang sebelumnya Bima Ardelio sampaikan kepada lawan bicara pria itu di sambungan telepon. “Sesakit ini ya Allah. Sebelumnya aku baru saja ditikung oleh kakak kandungku sendiri. Kemudian dalam waktu berdekatan, aku malah dinikahi oleh pria asing dan aku kira hanya preman biasa. Namun, setelah aku tahu bahwa Bima Ardelio justru bukan preman biasa. Sebab seorang Bima Ardelio merupakan bos tajir dari keluarga berada. Ah ... ternyata aku tidak lebih dari penutup aib saja.” Dalam hatinya, Shanum meronta-ronta. Shanum sungguh kecewa lantaran dirinya yang sempat disikapi posesif oleh pria asing berwajah sangat tampan dan juga bukan orang sembarangan, malah dalam sekejap dibanting hingga remuk tak berupa. Air matanya jatuh, tetapi Shanum hanya diam. Mungkin karena sederet luka yang terus ia dapatkan, Shanum jadi terbiasa. Atau malah, Shanum memang sudah telanjur mati rasa pada apa itu yang namanya luka? Bayangkan saja, setelah terbiasa diperlakukan pilih kasih oleh orang tuanya. Sang kakak yang terkenal alim dan selama ini sangat Shanum hormati, justru menikah dengan Ridwan calon suami Shanum. Padahal selain Shanum dan Ridwan telah menjalani LDR selama lima tahun lebih, demi masa depan hidup lebih baik. Hari pernikahan Shanum dan Ridwan hanya kurang enam hari lagi! “Pantas dia takut banget aku minggat. Ternyata bukan karena dia sudah sayang apalagi bucin ke aku. Dia begitu karena sengaja menjadikanku sebagai penutup aibnya!” batin Shanum yang memilih masuk ke kamar Bima Ardelio. Bima Ardelio tidak tahu, bahwa Shanum yang telah ia nikahi, mendengar obrolan rahasianya. Meski ia sengaja melakukannya di tempat sepi, Shanum sang istri masih ada di bawah atap yang sama dengannya. Tentunya, kemungkinan Shanum mendengar obrolan rahasianya dengan orang kepercayaannya, tetap ada meski ia juga melakukannya secara bisik-bisik. Bima berpikir, gadis biasa dari keluarga miskin seperti Shanum, harusnya sudah kegirangan hanya karena sudah ia nikahi. Selain itu, Bima Ardelio juga yakin, bahwa Shanum akan patuh dan mengikuti semua arahannya. Termasuk itu ketika pada akhirnya Shanum calon istrinya kembali. Shanum yang ia nikahi pasti mau-mau saja ia ceraikan. Andai Shanum tidak terima, Bima Ardelio yakin, uang dan apa yang ia miliki bisa membuat gadis miskin itu diam. Bima Ardelio yang melangkah penuh ketenangan sambil memegang ponsel di tangan kanannya, berangsur memasuki lorong sebelah. Sebuah pintu di sudut ruangan hadapannya, menjadi tujuannya. Itu pintu kamarnya. Di tengah suasana yang temaram, Bima Ardelio membuka pintu kamarnya. Bertepatan dengan itu, Shanum melempar mahkota cantik warna putih yang awalnya menghiasi kepalanya. Mahkota tersebut ia lempar sekuat tenaga menggunakan tangan kanan dan tepat mengenai mata kiri Bima Ardelio. “Stttt!” refleks Bima Ardelio sembari memegangi mata kirinya menggunakan tangan kiri. Suara lembut Bima Ardelio mengusik Shanum. Mungkin karena Bima Ardelio selalu melakukan segala sesuatunya dengan tenang, Shanum sampai tak mendengar kedatangannya. Jangankan melakukan tindakan, berucap saja, Bima Ardelio selalu melakukannya dengan pelan. Seolah, pria itu tak memiliki semangat hidup sama sekali. Atau mungkin karena Shanum bukan wanita yang Bima Ardelio cintai, hingga sekadar berurusan bahkan berbicara dengan Shanum, Bima Ardelio enggan melakukannya. “Apa yang kamu lakukan?” Mata tajam Bima Ardelio menghunjam kedua mata Shanum. Shanum balas dengan menatap kedua mata Ardelio tak kalah tajam. Bukannya menjawab, ia malah sengaja melepas hijabnya, kemudian melempar sekaligus membantingnya ke hadapan pria yang telah menikahinya. “Hentikan!” tegas Bima Ardelio. Setik itu juga, Shanum langsung meliriknya tajam. Shanum sungguh tak peduli, dan sengaja melawan meski bibirnya bungkam. Sembari terus menatap tajam kedua mata Bima Ardelio, Shanum sengaja menurunkan ritsleting bagian d**a gaun pengantinnya. Bima Ardelio yang sadar Shanum tengah melakukan pemberontakan kepadanya, sengaja melangkah cepat. Namun dengan cepat pula, Shanum lari kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang masih ada di dalam kamar Bima Ardelio. Terjadi aksi saling dorong pintu kamar mandi antara Bima Ardelio dan Shanum. Karena seperti yang Bima Ardelio yakini. Bahwa alasan Shanum melepas semua atribut untuk resepsi pernikahan mereka, bukanlah untuk menggodanya. Melainkan karena gadis miskin itu tengah melakukan pemberontakan. “Apa yang kamu lakukan? Buka pintunya. Diam, jika kamu tidak mau terluka!” ucap Bima Ardelio sengaja mengancam. “Dasar pria b******n! Pantas kamu ditinggal tepat di hari pernikahan. Kamu pikir aku bodoh? Kamu mau menjadikan aku sebagai penutup aib, kan?” kecam Shanum. Detik itu juga Bima Ardelio terdiam. Tak lama kemudian, ingatannya menariknya pada obrolan rahasia beberapa saat lalu. “Jadi, ... Shanum dengar dan dia tahu bahwa dia tidak lebih dari penutup aib?” pikirnya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN