TAK SADAR DIJEBAK

1246 Kata
“Ibu ini saya belum bisa memastikan, tapi ya sudah pasti juga sih. Kemungkinan anak Ibu tertular cacar air, putri cantik sudah mulai sekolah atau interaksi di luar atau hanya dalam rumah saja Bu?” Tanya dokter tersebut. “Dia sudah mulai masuk sekolah internasional Dok. Seminggu empat hari dia masuk yang jam 08.00 sampai jam 10.00 hari Senin sampai hari Kamis,” jawab Bulan. “Coba Ibu beritahu di grup sekolah, mungkin ada yang kena penyakit ini sebelumnya. Ibu beritahu juga anak Ibu sekarang di rumah sakit karena kena. Jadi untuk yang belum kena sebaiknya hati-hati. Banyak minum air putih dan yang sudah kena mohon jangan langsung masuk sekolah begitu panasnya turun. Atau begitu kulit tak terlihat ada cacar lagi, karena itu masih bisa menulari teman lainnya seperti anak Ibu ini.” “Ketularan dari temannya. Itu diagnosa saya. Sebenarnya sih bisa tidak dirawat, tapi ini panasnya tinggi saya sangat khawatir. Lebih baik kita rawat ya Bu.” “Tapi kalau Ibu mau bawa pulang silakan saja. Yang penting banyak minum dan selalu jaga agar dia tak menggaruk tubuhnya.” “Saya tak berani ambil resiko Dokter. Saya lebih nyaman berada di sini. Di bawah penanganan yang tepat. Saya paling parno dengan sakit anak-anak. Jadi lebih baik biar dia di bawah pengawasan yang tepat.” “Saya tidak mau kehilangan dia apa pun caranya,” Bulan mulai menangis. Dia sangat takut kehilangan Mentari karena Mentari adalah salah satu cahaya dalam hidupnya saat ini. Setelah dia baru saja tahu Rasha menikamnya kemarin. Sekarang hidupnya hanya untuk Mentari seorang. “Sesungguhnya penyakit ini tidak membahayakan kok. Insya Allah bisa di rawat di rumh saja Bu. Ibu tenang, pasti ada jalan,” jelas dokter. “Ada apa Dek?” tanya Hendra yang baru masuk ruang periksa IGD. “Ini papanya?” tanya dokter saat Hendra masuk. “Saya Pakdenya Dokter. Saya kakak mama Mentari,” kata Hendra. “Ada yang bisa saya bantu Dokter?” “Ini saya bilang terserah mau dirawat atau tidak. Tapi mamanya bilang dirawat saja biar lebih intensif,” Hendra langsung memeluk Bulan. Dia tahu adiknya sangat terpukul setelah membongkar kelakuan buruk suaminya dua jam lalu, sekarang Mentari malah harus masuk rumah sakit. Tentu adiknya sangat terluka. Bulan menangis tersedu dipelukan Hendra. Nissa menemani Mentari di ranjang periksa. “Sudah kalau kamu memilih dia dirawat ya enggak apa-apa. Biar dapat yang terbaik. Mas akan mendaftarkan dia di VVIP ya? Atau mau VIP saja?” “Terserah pokoknya aku mau yang terbaik buat Mentari. Cuma dia yang aku punya,” jawab Bulan. “Kamu punya Mas, ada Ririn, mama dan papa. Kamu enggak sendirian,” hibur Hendra. Dokter Langit langsung merekam kata-kata itu cuma dia yang aku punya, berarti ke mana bapaknya? ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Langit Lazuardy Sopaheluwakan, dokter anak dia seorang duda, istrinya dokter Kayshila Tuasikal, meninggal tiga tahun lalu ketika hamil anak pertama, karena terjatuh dari motornya. Entah mengapa siang itu Shila ingin sekali naik motor padahal sudah lama mereka tidak menggunakan motor itu. Itulah nasib yang memang digariskan untuk Shila. Saat itu Shila sedang hamil tiga bulan. Kalau ada mungkin anak dokter Langit dan dokter Shila seusia Mentari, mungkin sedikit lebih muda, selisih beberapa bulan saja. Sekitar tiga tahun lalu itu kejadiannya dan sejak itu dokter Langit Lazuardi tidak pernah ingin menikah lagi. “Baik, ini untuk resep malam ini. Nanti berikan saja sama suster yang ada di ruangan setelah Bapak dapat ruang yang diinginkan. Nanti obatnya akan langsung disuntikkan di infus, sehingga langsung bekerja. Hanya beberapa obat yang saya kasih dengan tetes karena biasanya agak sulit juga mereka minum obat tetes.” “Kalau sedang seperti ini sengaja saya berikan semua lewat infusnya. Saya minta berikan saja pada suster saat sudah ditembus, nanti suster akan langsung aplikasi.” “Baik Dokter akan saya perhatikan,” jawab Hendra. “Ma, Mama di sini dulu ya temani Bulan. Aku daftar ruangannya dulu. Nanti aku telepon Papa biar dia nggak perlu ke sini lah,” ucap Hendra. “Papa sudah berangkat kok sama Ririn, kayaknya sebentar lagi sampai. Sudah Mama suruh dari tadi, bawa baju Bulan buat ganti, buat bajunya Mentari juga. Nggak mungkin mereka nggak datang,” balas Nissa. “Ya sudah aku daftar ruangan dulu. Mama sama Bulan di sini ya,” kata Hendra. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Dua bulan lagi Hendra akan menikah, tadi calon istri dan calon mertuanya datang. Hendra nggak mengantar mereka, tentu karena mereka juga datang bawa mobil sendiri. Calon istri Hendra juga tahu kalau saat ini Hendra harus menemani Bulan yang akan mengajak membawa Mentari ke rumah sakit. Tentu saja calon istrinya mengerti. Terlebih saat ini sedang ada kasus sangat besar seperti itu di keluarga Bulan, calon adik iparnya. Mereka kaget tak percaya. Bulan demikian tegar mengumumkan perselingkuhan suaminya tanpa air mata. “Kenapa kamu membohongi aku Kang?” tanya Galuh pada Rasha. Mereka sama-sama dari Sunda, jadi memang manggilnya Kang. Kalau Bulan itu asli Jawa sehingga dia memanggil suaminya Mas. “Sudahlah enggak usah dibahas tentang dia,” kilah Rasha. “Nggak dibahas tentang dia oke, tapi kan Akang bilang Akang belum punya istri ternyata Akang sudah punya anak,” protes Galuh. “Sudah nggak usah dibahas!” teriak Rasha. “Dia kan sudah mantanku, apalagi yang kurang buatmu?” Rasha sedang berpikir ulang bagaimana dia bisa bangkit kalau di kantor nanti dia hanya menjadi ASN biasa tanpa proyek? dia tentu tidak bisa hidup mewah lagi. Begitu pun untuk memenuhi kebutuhan Ibu dan adiknya. Selama ini semua disuply oleh Bulan. Walau dia sering juga memberi adiknya uang, tapi kan lebih banyak uangnya Bulan. Sedang uang dia dihabiskan untuk dirinya sendiri. Akhirnya bertemu Galuh dia bisa menyalurkan uangnya untuk Galuh. Dengan Galuh, Rasha merasa berguna, karena bisa memberi nafkah. Sedang pada Bulan nafkahnya tak ada artinya sama sekali. Lalu dia bisa mengontrakkan perempuan tersebut sebagai nafkah laki-laki. Itu kebanggan untuk dirinya. Galuh pertama dia temui ketika mengantarkan seorang karyawan proyeknya yang terjatuh dan terluka parah. Galuh yang menolong dengan lembut di rumah sakit. Sejak itulah mereka berkenalan. Galuh menyambut Rasha yang mengaku jarang ke Jakarta dan karena ada kondisi di lapangan dia datang. Sejak itu Rasha selalu bertanya kapan Galuh bisa ditemui, jadi dia bisa meluncur dari Bandung, kota tempat tinggal yang Rasha akui sebagai kota domisilinya. Awal-awal tentu saja Galuh bilang ngantuk harena dia habis kerja malam, jadi Rasha akan janji bertemu siang. Sesudah makan siang mereka kencan. Sesudah itu jam kantor Rasha tentu pulang tepat waktu, kadang telat sedikit tapi selalu pulang, tak pernah menginap. Pernah satu kali Rasha datang pagi-pagi saat Galuh baru keluar dari piket. Saat itu Rasha tiba-tiba pusing sehabis sarapan bersama Galuh. Itulah awal malapetaka rumah tangga Rasya! Walau memang awal adalah perkenalan dengan Galuh, Rasha sering mencari-cari celah untuk keluar dengan Galuh, tapi pagi itu Galuh membawa Rasha ke kamar kostnya, dia rawat Rasha, diberi kompres dan akhirnya kompres terbaik adalah skin to skin mereka melakukannya pertama kali di kamar kost Galuh. Rasha tentu saja kaget karena Galah masih virgin. Sejak itu dia selalu datang untuk mengisi rahim Galuh. Tapi Galuh juga tidak mau ambil resiko. Selama dia belum dinikahi mereka melakukan tapi Galuh sudah suntik anti hamil lebih dulu. Jadi tidak akan jadi anak. Tentu saja Rasha sangat senang mendapat gratisan satu minggu sekali. Seminggu sekali dia inspeksi ke lapangan yaitu kamar kost Galuh. Biasanya sehabis melakukan aktivitas pagi mereka langsung tidur dan jam makan siang mereka langsung keluar makan. Lalu Rasha kembali ke kantor. Sama seperti kejadian ketika bertemu dengan Bulan. Sehabis mereka melakukan aktivitas, tidur baru Rasha langsung ke kantor.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN