Masih Berprasangka

1441 Kata
Dea Pov Aku baru keluar dari koridor kampus menuju mobilnya bersama Mela dan Indah. Kami baru saja menyelesaikan satu jam setengah dengan pak Deta untuk mata kuliah Ekonomi Mikro. "Woe mau kemana?" Panggil Akbar mahasiswa klimis yang selalu rapi dan wangi, sangat berbeda dengan mahasiswa lainnya yang berpenampilan cuek. "Pim... cuci mata," jawab Mela. Aku membuka kunci pintu mobil remote sekaligus menyalakan mesin mobil. "Pada nggak ngerjain tugas?" "Nanti aja pulang dari Pim di rumah Dea." "Bareng ya, ntar gue nyusul ke rumah Dea." "Lo.mau kemana sekarang Bar?" Indah yang bertanya, aku memilih masuk mobil dan duduk dikursi pengemudi. "Pacaran dulu dong." "Owh okee deh... ntar gue khabarin kalo kita - kita udah mau ke rumah Dea," ucap Indah sebelum akhirnya masuk juga ke dalam mobil. "Ok thanks...." sahut Akbar yang mengangkat telapak tangannya dan berlalu. "Si Akbar awet juga sama Tami anak hukum itu." "Padahal kalo lihat Akbar kasihan juga jadi kacungnya Tami," ucapku ketika terbayang perlakuan Tami pada Akbar. "Nah itu dia De.... si Akbar baru pertama kalinya punya pacar ya si Tami, dan Tami memanfaatkan Akbar yang royal itu." "Oya..? Royal kayak apa... lo tau dari mana Mel?" "Gue tau dari Feni temen Tami waktu gue ada acara Hima, si Feni kan ikutan nemenin Rio....gue ngobrol sama Feni pas Akbar lewat dan nyapa sebentar trus pergi lagi. Nah setelah Akbar pergi dia cerita kalo Akbar sering ke tempat mereka, ngajak Tami shopping, traktir temen- temen Tami makan - makan termasuk Feni," jelas Mela. "Ooowh... " "Pacar lo nggak mau kayak Akbar gitu De? Gue sama Indah siap lho.." Dea tertawa. "Ngapain di traktir pacar gue... gue bisa traktir lo berdua." "Ah itu biasa Deee...pengen juga ngerasain di traktir mas dokter." "Dia sibuk kalo hari biasa, cuma Weekend aja bisanya." "Yang waktu kita ketemu itu bisa hari biasa De." "Ooo itu pas dia abis dari Bandung tugas luar, makanya bisa nyamperin kita ke PS. "Eh gimana orangtuanya mas Rezi .... welcome nggak De?" "Tanya tuh sama Mela, gue udah cerita... lo sih dipanggil vidcall dua hari yang lalu nggak nyahut." "Ya gue dah tidur... dari kemaren gue mau nanya tapi nggak sempat sibuk banget di toko bokap gue." "Ceritain Mel," pintaku pada Mela. Aku menempelkan kartu E toll untuk memasuki pintu tol pasar minggu. "Intinya orangtua mas rezi baik - baik aja, nggak ada terlihat nggak suka sama Dea, tapi yang welcome banget juga nggak... mungkin karena baru pertama kali ketemu. Kata mas Rezy bisa aja karena ini pertama kali dia bawa pacar ke rumahnya. Mungkin ortunya juga nggak tau haru bersikap bagaimana. Pokoknya so far nggak ada penolakan dan nggak julid kayak om Nandi ke mas Rezi," jelas Mela lalu terkikik diikuti senyumanku yang membayangkan wajah daddy yang minta ampun julidnya kalo mas Rezi datang mengantarkan pulang. "Angin segar dong De," begitu tanggapan Indah. "Yaaah bisa dikatakan begitu," jawabku sambil mengemudikan mobil yang sudah sampai area Cilandak tepatnya di depan Citos. "Syukur deh, nggak ada alasan juga buat orangtuanya julid ke elo, wajah cantik, pintar dan nggak macem - macem," kata Indah lagi dengan kalimat pujiannya untukku. "Dea sekalinya pacaran dapat pacar baek, calon mertua baek...lempeng banget jalannya De, nggak kayak gue... pacaran cuma itungan per semester." "Tapi sama Andri udah lumayan lama juga lo Mel." "Seminggu lagi enam bulan De....kalo ini terlewati mungkin gue terlepas dari kutukan pacaran satu semester," jawab Mela lalu tertawa. "Yaudah, lewatin seminggu nggak usah ketemu Andri biar nggak ada perselisihan dan buat berantem...aman tuh satu semester." "Namanya takdir ya, itu nggak bisa di ubah. Ibarat gue mau piknik ke kutub utara sekalipun selama seminggu biar nggak putus sama Andri... tapi kalo takdirnya putus, ntar ada aja tuh penyebabnya ... ntah gue jatuh cinta sama penduduk kutub utara atau Andri yang berselingkuh disini ... kan bisa banyak sebab." "Iya sih... berdoa aja supaya takdir lo baek Mel, atau paling nggak kalo takdir lo putus sama Andri, lo nya di beri kekuatan supaya mental nggak down," ucapku menghiburnya. "Tapi ada satu kejadian yang lo belum tau juga Ndah," tambah Mela lagi. "Apaan?" "Sehari sebelumnya, mas Azki nembak Dea." "Mas Azki mana, Azkiasa maksudnya?" "Ya yang mana lagiii?" "Kok bisa De?" tanya Indah langsung padaku dan itu membuatku tersenyum. Entah mengapa mendengar nama mas Azki itu bisa bikin senyum atau memberikan tonjokan pada saat bersamaan. "Nge prank gue lah... apalagi, itu kan hobby nya dari dulu." "Yakin nge prank? Kalo beneran gimana?" tanya Indah yang membuatku menoleh, untung sudah di simpang lampu merah poin square. "Sejak kapan mas Azki serius?" "Mungkin sejak dia nembak elo. Kan dia nggak pernah sampe segitunya apalagi nge prank elo De." "Lo belum pernah ketemu mas Azki sih Ndah, kalo udah ketemu baru tahu dan berkomentar...'eh iya sih De'," ucapku. "Hmmm... kok gue jadi penasaran," sahut Indah lagi, Nggak percayaan banget sih nih anak. Kami tiba di Pim satu sudah hampir jam dua belas siang. Ini ke pim juga iseng saja sebenarnya karena ingin mencari makan siang, setelah itu kami mau mengerjakan tugas dirumahku. Sebenarnya bisa saja kami memesan makanan secara online, atau makan masakan buatan mami dan mbak di rumah, tapi paham kan cewek - cewek.....? Kalo nggak ngemall nggak puas! "Foodcourt aja ya, abis makan gue pengen auntie Anne's," ucap Mela. "Ya boleh," jawabku. Kami memasuki Pim satu dari arah Metro karena parkir tidak jauh dari pintu samping mal, tadi kami tidak dapat tempat di area ladies parking. Ternyata foodcourt cukup ramai siang ini, mungkin karena bersamaan dengan jam istirahat pegawai kantoran. Tapi kami masih mendapatkan tempat duduk di depan outlet yang menjual minuman bubble tea. "Kalian duluan deh, gue jaga meja." "Lo mau makan apa De, mau sekalian gue pesenin?" "Nggak usah Mel, ntar gue cari sendiri, gantian aja. Udah sana kalian duluan deh." Mela dan Indah akhirnya berkeliling dulu mencari makanan yang mereka mau, aku duduk sendiri sambil membuka layar hape untuk melihat siapa tahu ada pesan yang masuk. Ada beberapa pesan yang masuk salah satunya dari mas Rezi yang memberi tahu kalau dia sedang meeting diluar dan mengingatkanku untuk makan siang, aku balas pesannya itu sekalian mengabarkan kalau aku sekarang sedang di Pim. Mela datang duluan, sedangkan Indah masih antri di Yoshinoya katanya. Aku gantian sama Mela untuk berkeliling memilih makanan yang akan aku santap siang ini. Kini kami duduk bertiga menikmati makanan masing - masing. Tadi aku hanya memesan pepper lunch dan air mineral saja. "Kapan pengumuman beasiswanya De?" tanya Mela. Aku memang mendaftar program beasiswa satu semester di luar Negri program dari Diknas. "Besok katanya, kalo nggak berubah." "Semoga lo sama Dian dan Bagus diterima ya." "Aamiin." "Eh De... ada gosip katanya Ina anak komunikasi pacaran sama Dio ya?" "Nggak tahu gue, nggak pernah dengar Dio pacaran sama siapa." "Lo nggak pernah nanya?" "Nggak, lagian cuma ngeliat dia asyik nge band aja. Ina itu siapa?" "Setahu gue dia model juga, bukannya di manajemen bokap lo ya?" "Wah nggak hafal gue siapa aja yang ada dibawah manajemen bokap." "Lo nggak kenal artis - artis bokap?" "Hampir nggak." "Hampir nggak berarti ada dong yang lo kenal." "Ada, sepupu mas Azki kan artis bokap juga... Oriana pernah dengar nggak?" "Penyanyi yang main film juga ya?" tanya Mela. "Iya itu. seluruh keluarga mas Azki kalo mau pasti udah dijadiin artis semua sama bokap gue, tapi cuma Oriana yang mau karena dia penyanyi juga, panggilannya Ririn." "Ooowh...Dio kan nge band, sama bokap juga ya?" Mela mulai kepo. "Nggak deh kayaknya. Eh nggak tahu juga ya.... gue nggak pernah nanya juga soalnya." "Gimana sih lo anak kembar serba nggak tahu." "Gue males nanya, Dio sering di studio ... kalo ada temen- temennya suka rusuh... males gue nanya - nanya." "Tapi sama pacar lo, Dio kenal dooong De?" tanya indah. "Oo tahu dan kenal ... tapi nggak pernah ngobrol. Dio tuh lebih akrab sama mas Azki, sering maen ps bareng, Mas Azki sering ke studio juga," jelasku pada mereka berdua yang sedang dihadapanku. "Memang harusnya lo sama mas Azki ya De, baru ceritanya jadi sempurna" ucap Indah tiba - tiba. Sepertinya Indah masih penasaran sama mas Azki. "Cerita apaan sih Ndah, lagian walau suka tapi kan nggak harus memiliki Ndah." "Kalo bisa saling memiliki kenapa nggak?" Ribet deh Indah! * Author Pov Keesokan harinya.... "Daddyyyyyyy....mamiiii," teriak Dea dan membuat Nandi dan Ayu terkaget ketika sudah selesai sholat Maghrib di kamar mereka. "Kenapa tuh Dea?" Nandi langsung berdiri membuka pintu kamarnya. "Kenapa De?" tanya Nandi yang membuka pintu kamar dan Dea langsung menghambur dalam pelukan daddy nya sambil menangis. "Kenapa De....?" Nandi mulai naik tensi. "Daddyyyyy...." "Eh kenapa sih De ... ada apa, siapa yang buat kamu begini? Bilang sama daddy," suara Nandi mulai meninggi dan pikirannya sudah mengarah ke satu orang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN