Hansel menatap orang tua Amel yang menatapnya dengan tatapan penuh harapan mereka. Ya. Hansel tahu orang tua gadis ini mau dia membahagiakan Amel. Hansel akan membahagiakan Amel dalam sebuah kekayaan yang dimiliki olehnya dan tidak akan membuat hidup Amel sengsara.
“Saya akan membahagiakan Amel. Saya mencukupi hidup Amel dengan baik. Pernikahan ini sudah diatur oleh ibu saya. Dan akan dilaksanakan dua minggu lagi.” Ucap Hansel.
Ibu Amel menatap pada Amel. “Mel, cepat banget. Kamu nggak mau pacaran lebih lama dulu? Bisa nikah dua atau tiga bulan lagi,” ucap Ibu menentang pernikahan yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.
Amel merasa gemetar ketika ibunya berkata seperti itu padanya sekarang. Apalagi sekarang Amel melihat pada Hansel yang diam dan menatap ke depan dengan tatapan sinisnya. Amel memegang tangan Hansel, berharap pria itu tidak akan melakukan sesuatu yang buruk pada keluarganya sekarang.
“Nggak cepat Bu. Malah pas kok. Lagian Amel dan Pak Hansel sudah bicara tentang ini. Kami mau cepat meresmikan hubungan kami. Nggak baik Bu, kami ketemu tiap hari dan bisa saja melakukan hal buruk. Lebih baik menikah dan resmikan hubungan ini.” Amel tersenyum untuk kesekian kalinya dia berbohong. Tapi untuk bertemu tiap hari dan melakukan hal yang tak diinginkan dia tidak berbohong.
Tentang pernikahan ini. Ya. Semuanya sudah diatur oleh Hansel dan keluarga pria itu. Semakin cepat pernikahan ini dilaksanakan. Maka semakin cepat juga nama baik keluarga Hansel kembali pulih karena apa yang dilakukan oleh Hansel.
“Benar apa kata Amel, Bu. Amel itu bekerja bersama dengan Nak Hansel. Mereka bertemu setiap hari, bisa saja keduanya melakukan sebuah kesalahan. Dan Bapak nggak mau Amel hamil sebelum menikah,” ucap Bapak.
Hansel tersenyum sinis dalam hatinya mendengar apa yang dikatakan oleh lelaki rentah dan sakit-sakitan di depannya sekarang. Amel tidak akan pernah hamil. Kalaupun gadis itu hamil, maka Hansel akan membuat Amel menggugurkan anaknya itu. Tidak pernah bersedia untuk memiliki anak yang menjadi beban hidupnya.
“Mel, kamu belum hamilkan?” tanya Ibu, takut putrinya hamil sekarang.
Amel menggeleng mendengar apa yang di tanyakan oleh ibu padanya sekarang tentang Amel hamil atau tidaknya.
“Amel nggak hamil Bu. Amel memang mau menikah cepat dengan Hansel. Karena menghindari itu,” jawab Amel. Ibu mendengar apa yang dikatakan oleh Amel tersenyum legah.
"Amel, Ibu harap kamu tidak melakukan itu sebelum menikah. Ibu sudah mendidik kamu dengan baik. Menikah sekali seumur hidup. Dan kamu saling mencintai dengan pria yang akan menjadi suami kamu."
Amel terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Ibu. Menikah sekali seumur hidup? Amel juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tapi, kalau dia tidak dalam posisi ini.
Dimana Amel harus membayar semua uang yang telah diambilnya pada Hansel. Pria yang menjadi atasannya. Duduk dengan tenang di sampingnya tanpa mengatakan apapun.
"Nak Hansel. Ibu mau tanya. Kamu memang mencintai Amel?" Tanya Ibu, masih ragu dengan pernikahan yang akan dilaksanakan oleh Amel dan Hansel.
Hansel merubah ekspresinya lebih lembut. Meyakinkan Ibu Amel. "Iya, saya mencintai Amel, Bu. Memangnya saya kelihatan tidak mencintai Amel? Saya itu jatuh cinta pada pandangan pertama pada Amel. Saya susah dapatkan dia." Kebohongan Hansel, membuat keluarga Amel percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu pada keluarga Amel.
"Bapak bisa melihatnya Bu. Amel beruntung mendapatkan Nak Hansel. Nak Hansel, bisa menjaga Amel dengan baik. Mencukupi semua kebutuhan Amel. Bapak nggak sanggup lihat Amel berjuang bekerja dari pagi sampai malam. Bahkan, Amel juga mengambil pekerjaan di hari libur."
Ucapan pria paruh baya barusan. Hansel terkejut, lalu menatap pada Amel. Gaji sebagai sekretaris di perusahaannya tidaklah sedikit. Hampir lima belas juta satu bulan. Kenapa Amel masih mengambil pekerjaan di hari libur?
"Kau ambil pekerjaan di hari libur?" Tanya Hansel.
Amel mengangguk. "Iya, saya ambil pekerjaan di hari libur. Tapi tak sering." Jawab Amel tidak berani menatap pada mata tajam Hansel.
"Loh, Nak Hansel tidak tahu?" Tanya Bapak, di gelengi oleh Hansel.
"Saya tidak tahu Pak. Amel ini memang tidak pernah bilang sama saya, apa yang dia lakukan. Apa yang dia kerjakan. Padahal kalau saya tahu dia mengambil pekerjaan di hari libur. Saya akan melarang." Jawab Hansel, tersenyum manis.
Berbeda saat bersama Amel. Lelaki itu akan berkata kasar pada Amel. Lalu mulai menyentuh Amel sesuka hati lelaki itu.
Amel menatap Hansel yang begitu pandai sekali berbohong. Kalau pria itu aktor, Amel sudah tidak akan heran pria itu mendapatkan piala dalam acara awards.
"Amel memang tertutup. Tidak pernah mau membagi masalahnya pada orang lain. Amel bekerja sangat keras sekali, hanya demi Bapak, Ibu, dan adiknya. Kami beruntung memiliki Amel. Kami juga senang, Amel mendapatkan suami yang berada. Bisa memberikan dia kebahagiaan secara materi."
Ucapan Bapak diangguki oleh Hansel. So? Orang miskin memang seperti ini bukan? Mereka mau kehidupan berkecukupan dan menginginkan menantu kaya raya punya segalanya.
"Iya, Pak. Saya tidak biarkan Amel bekerja keras lagi. Saya memenuhi semua yang Amel butuhkan. Kecuali, kalau Amel masih mau jadi sekretaris saya di perusahaan. Tapi pekerjaannya tidak akan seperti dulu. Dia akan dikurangi untuk bekerja. Saya juga akan mencari sekretaris baru untuk menemani Amel."
Amel kembali dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh atasannya barusan. Hansel akan mencari sekretaris baru untuk menemaninya? Agar tidak bekerja terlalu berat?
Pria itu kembali mengambil keputusan sesuka hatinya. Tanpa mengatakan pada Amel lebih dulu.
"Nak Hansel memang lelaki yang pengertian sekali. Amel, kamu jadi istri yang baik ya Nak. Bapak tidak mau kamu menjadi istri yang tak menurut apa yang dikatakan oleh suami."
Amel tersenyum kecut dalam hatinya. Ya. Amel bakalan menjadi istri yang baik. Tapi Hansel tidak pernah bisa menjadi suami yang baik untuk Amel?
Pria itu hanya mau pernikahan ini dalam sebuah kebohongan. Dan nafsu yang tersalurkan pada Amel sendiri. Memang sudah kewajiban Amel juga melayani suaminya kelak, walau suaminya tak pernah melakukannya dengan rasa cinta.
"Iya, Pak. Amel menjadi istri yang baik untuk Hansel." Amel menggenggam tangan Hansel, mencium punggung tangan atasannya itu. Agar keluarga Amel percaya dengan apa yang dikatakan oleh Amel sekarang.
"Bagus itu Nak. Jangan membantah apa yang dikatakan Nak Hansel nantinya. Nak Hansel, cintai dan bahagiakan Amel." Ucap Bapak, berharap penuh pada Hansel.
Hansel mengangguk mantap. "Pasti Pak."
Amel semakin meringis di dalam hatinya mendengar percakapan hari ini yang membuat dirinya semakin merasa berdosa karena telah membohongi keluarganya.