Amel terkejut ketika dia tiba-tiba dipeluk oleh Hansel saat keduanya keluar dari dalam perusahaan. Pernikahan keduanya sudah tersebar keseluruh media dan orang-orang di perusahaan juga sudah tahu kalau Amel akan menikah dengan Hansel— atasan mereka. Sebagian karyawan tidak percaya dengan Amel yang akan menikah. Diantara mereka ada yang terang-terangan mengatakan Amel menjual diri pada atasan mereka.
“Bersikap baik. Di depan sana ada wartawan.”
Amel menatap ke depan memang benar di depan sana banyak wartawan yang berlari mendekati mereka. Hansel tersenyum tipis masih memeluk pinggang Amel. “Bekerja dengan baik Amel.” Bisik Hansel, diangguki oleh Amel.
“Tuan Hansel, katanya anda akan menikah sebentar lagi. Apakah bentar? Apakah pernikahan ini untuk menutupi skandal anda? Siapa calon istri anda? Apakah yang anda peluk sekarang?”
Pertanyaan bertubi itu membuat Hansel muak. Dia malas untuk menjawab pertanyaan yang sangat memuakkan dari para wartawan yang ingin tahu sekali dirinya mau menikah dengan siapa dan siapa calon istrinya. Mereka seharusnya diam dan bungkam.
“Ya, saya akan menikah sebentar lagi. Ini calon istri saya Amelia. Dan untuk menutupi skandal? Saya tidak pernah berniat melakukan hal itu. Saya memang mencintai calon istri saya. Kami menikah memang karena sudah lama menjalin hubungan dan saling mencintai. Skandal tersebut bukanlah hal benar, untuk apa saya tutupi yang tidak benar.” Ucap Hansel tersenyum mengecup pipi Amel. Seolah memang Hansel mencintai Amel.
“Jadi, anda memang akan menikah? Terus bagaimana dengan para wanita yang mengaku kalau dia hamil anak anda dan anda menyuruh mereka menggugurkan kandungannya? Apakah anda tidak mau menyelesaikan itu dulu baru menikah?”
Hansel mendengkus. Lalu setelahnya tersenyum. “Untuk apa? Saya tidak pernah bermalam dengan mereka semuanya. Ya. Memang saya pernah jalan dengan beberapa dari mereka. Tapi untuk melakukan itu? Saya tidak pernah. Saya dari dulu hanya mencintai kekasih saya— Amelia. Dia itu wanita hebat, mampu membuat saya mencintainya begitu dalam.” Jawab Hansel, mencium bibir Amelia di depan semuanya.
“Saya dan kekasih saya mau pergi dulu. Kalian bisa minggir?” tanya Hansel, membawa Amel untuk masuk ke dalam mobilnya.
Amel yang dari tadi hanya bungkam. Pura-pura menaruh perasaan pada Hansel, menatap pada atasannya itu yang mengeram memegang stir mobil dengan erat. “Mereka memang sialan sekali. Beraninya bertanya banyak hal dan membahas para wanita sialan itu, yang telah merusak nama baiknya.
“Pak!” Amel memberanikan diri memanggil pria itu. Dia tidak suka dengan suasana hening dan rasa tegang yang diberikan oleh Hansel sekarang pada dirinya.
Hansel menatap Amel. “Kenapa?” tanya Hansel tajam.
Amel menggeleng sambil menelan salivanya kasar. Amel semakin takut. “Tidak ada. Kita terus di sini? Tidak pergi Pak?” tanya Amel.
Hansel mendengkus mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu padanya. “Kau sama berisiknya dengan mereka semua! Aku sudah bilang padamu untuk diam.” Hansel menatap tajam penuh amarah pada Amel.
Amel mengangguk kaku. Seharusnya Amel tidak mencari masalah dengan atasannya ini, kalau Amel tidak mau Hansel yang akan melakukan sesuatu pada dirinya sekarang. Amel memilin jarinya, dia merasa gugup sekarang.
Hansel menatap pada Amel yang kelihatan takut. “Kau harus ke apartemenku Amel.”
Amel terkejut. “Untuk apa Pak?” tanyanya, tidak mau ke apartemen lelaki itu. Karena Amel takut Hansel akan melakukan sesuatu pada dirinya. Ketika berdua saja di apartemen lelaki itu.
“Kau masih mau bertanya hah?!” Hansel mencengkeram rahang Amel. Lalu menatap gadis itu dengan tatapan tajam seolah dia ingin menelanjangi Amel sekarang juga. Moodnya hancur ketika para tikues i***t itu datang ke perusahaannya lalu bertanya banyak hal.
“Kau hanya perlu menurut saja Amel. Pesankan dua orang wanita sekarang dan beri alamat salah satu hotel terdekat di sini. Kita tidak jadi ke apartemen.” Perintah Hansel, melepaskan cengkeramannya pada Amel.
Amel mengangguk memesan dua orang wanita untuk Hansel, menyebutkan alamat hotel yang di dekat sini. Kamar VVIP. Amel menatap kembali pada Hansel.
“Pak, kalau Bapak bermain dengan dua wanita itu. Saya boleh pulang?” tanyanya, berharap Hansel mengizinkan dia untuk pulang dan tidak ikut dengan lelaki itu ke hotel.
Hansel tersenyum sini. “Pulang? Dalam mimpimu Amel. Kau ikut!” ucap Hansel.
Amel ingin membantah apa yang dikatakan oleh Hansel kembali padanya. Tapi melihat lelaki itu yang tidak mau dibantah. Amel seketika bungkam. “Jangan pernah berani membantah Amel! Aku tidak suka dengan kau yang membantah dan ingin pulang. Atau kau mau saya menelanjangimu sekarang dan memberikan tubuhmu pada p****************g di jalanan?” ancam Hansel.
Amel menggeleng. Ancaman Hansel sungguh menakutkan sekali untuknya sekarang. Amel tidak mau hal itu terjadi. Lagian Hansel tidak akan main-main dengan apa yang akan dilakukan olehnya pada Amel. Amel sudah mengenal pria itu selama ini, yang selalu menepati apa yang dikatakan olehnya. Dia akan menyiksa orang yang tidak patuh padanya.
“Jangan takut Amel. Lagian aku tidak akan melakukannya denganmu, jadi, kau tenang saja.” Ucap Hansel, membelokkan mobilnya menuju hotel terdekat di sini. Amel menelan salivanya, gugup rasanya. Harus ikut dengan Hansel bermain dengan dua wanita yang telah Amel pesankan untuk Hansel.
“Ayo, turun!” ucap Hansel, menatap tajam pada Amel.
Amel mendengar apa yang dikatakan oleh Hansel padanya mengangguk. Amel turun dari dalam mobil Hansel. Menatap pada hotel di depannya. Amel berjalan mengikuti Hansel dari belakang. Pria itu berjalan tegap dan gagahnya masuk ke dalam hotel.
Hansel membuka pintu kamar VIP. Matanya menatap pada dua wanita yang sudah menunggunya. Hansel menyeringai. Masuk ke dalam. “Kalian sudah datang ternyata?” tanya Hansel tertawa kecil.
Kedua wanita itu mengangguk, berjalan mendekati Hansel. Mengusap d**a bidang Hansel. “Ya, kami sudah datang, anda mau dilayani seperti sayang?” tanya salah satu wanita memakai pakaian seksi dan tampak masih muda.
Amel yang berdiri di belakang Hansel. Bulu kuduknya meremang. Ingin kabur dari tempat ini.
“Kau bisa memuaskan bagian bawahku dulu,” ucap Hansel, melirik ke belakang. Amel sudah berkeringat dan tampak sangat takut sekali. Hansel tertawa kecil. “Amel, kau bisa duduk di sini. Saya akan ke kamar.” Ucap Hansel, lalu menarik dua wanita itu menuju kamar.
Kamar hotel di pesan oleh Amel. Memang kamar hotel yang memiliki sekat antara ruang tamu dan kamarnya. Tapi tetap saja. Kegiatan di dalam kamar itu dapat di dengar oleh Amel. Apalagi pintu kamar itu dibuka begitu lebar oleh Hansel. Pria itu sengaja.