Bab 5

1116 Kata
Sudah tiga bulan mereka menjalani pernikahan dengan bahagia. Walaupun ada beberapa masalah kecil, tapi mereka bisa menghadapinya dengan tenang. Sampai ketika Gita merasakan mual. Hoekkk... hoekkk.. Gita langsung berlari ke kamar mandi. Saat itu di rumah hanya ada dirinya sendiri. Jadi dia memutuskan untuk ke rumah sakit dengan sopir saja. "Pak antar saya ke rumah sakit." Pintah Gita. "Baik nyonya." Sahut sopir yang bernama Adi. Di dalam perjalanan Gita hanya memandangi jendela. Dia memutuskan ke dokter karena sudah seminggu dia mengalami mual dan pusing, bahkan sangat lemas. Akhirnya mereka sampai di sumah sakit. Hampir setengah jam perjalanan menuju rumah sakitnya. "Pak tunggu di sini saja ya saya hanya sebentar." Pintah Gita pada sopirnya. "Baik nyonya." Jawab pak sopir. Setelah Gita masuk, Pak Adi menelpon Tuan mudanya. Dia ingin memberi tahu kalau nyonya minta di antar ke rumah sakit. Sesampai di dalam Gita mulai mengecek ke adaannya dan ternyata dia positif hamil. Di satu sisi dia bahagia, tapi di sisi lainnya dia sedih. Karena sebuah penyakit yang dia derita. "Nyonya selamat atas kehamilannya. Tapi nyonya, saya ingin memberi tau tentang darah tinggi nyonya alami selama ini. Jika nyonya ingin membiarkan janin di perut nyonya berkembang maka resikonya amat berbahaya buat nyawa nyonya." Ucap sang dokter dengan wajah penuh arti. "Apakah ada cara lain dok supaya saya dan bayi saya bisa bertahan?" Tany Gita penuh harapan. "Maaf nyonya, jalan satu- satunya hanya harus menggugurkan bayi itu agar nyonya tetap selamat." Ucap dokter Rizal dengan prihatin. "Baiklah dok saya akan memikirkan kembali. Dan dokter apa saya bisa minta tolong?" Tanya Gita. "Sebisa mungkin saya akan membantu nyonya." Ucap Rizal yang merupakan dokter pribadi keluarga Prasetya. "Saya mohon dokter jangan cerita penyakit saya terhadap suami saya dan keluarga suami saya tentang nyawa saya yang terancam jika mempertahankan janin ini. Saya mohon rahasiakan ini semua dok." Kata Gita memohon sambil menangis. Belum sempat Rizal menjawab Kalandra sudah darang dan menghampiri sang istri yang sedang menangis. "Apa yang terjadi? Anda apakan istri saya?" Kata Kalandra emosi karena mendapati istrinya menangis. "Tidak Tuan, saya hanya menyampaikan kabar bahagia pada Nyonya Gita. Selamat sebentar lagi Tuan akan menjadi seorang ayah." Kata Rizal lalu menatap Gita. Gita tersenyum dan mengangguk. "Apa yang di katakan dokter Rizal itu benar sayang? Apa aku akan menjadi seorang ayah?" Tanya Kalandra sambil melihat perut Gita. "Iya sayang, di dalam sini ada malaikat kecil kita. Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah." Kata Gita sambil menaruh tangan Kalandra di perut ratanya. Riza mulai menulis resep dan vitamin untuk Gita. Rizal mengerti kalau sebenarnya Gita ingin mempertahankan kandungannya walaupun nyawanya yang jadi taruhannya. Maka saat itu Rizal sebisa mungkin meresepkan beberapa vitamin, kekebalan tubuh dan obat lainnya. "Tuan, nyonya maaf ini resep untuk kesehatan nyonya dan calon anak nyonya. Tolong di minum sesuai anjurannya ya nyonya. Dan tolong jangan banyak bergerak dan perbanyak istirahat ya nyonya." Jelas Rizal pada Gita dan Kalandra. "Berapa umur kandungan istri ku?" Tanya Kalandra. "Lima minggu Tuan." Gita lega karena pada akhirnya dokter Rizal tidak memberi tahu tentang penyakitnya pada Kalandra. Dan dia bergumam dalam hati, "aku tidak peduli kalau memang harus kehilangan nyawa ku demi buah hatiku. Maafkan aku sayang yang telah menyembunyikan kesehatan ku darimu. Aku tidak ingin kau lebih memilihku di banding anak ini yang belum lahir. Aku tidak ingin merenggut haknya untuk melihat dunia. Maaf, maafkan aku sayang aku mencintaimu!" Selesai menebus obat mereka kembali ke mansionnya. Tak lupa Kalandra dan Gita memberikan kabar bahagia ini kepada bu Sofi dan pak Aji. Mereka sangat bahagia dan antusias atas ke hamilan Gita. Mereka saat ini masih ada di Amerika dan akan pulang tiga bulan lagi setelah pekerjaan sang pakAji selesai. "Kalanbdengarkan ibu, jaga baik- baik istri dan cucu ibu. Lihat saja kalau sampai tidak, ibu tidak akan segan- segan untuk menghukum kamu." Peringat Sofi. Gita yang mendengar itu semakin yakin akan mempertahankan kehamilan demi kebahagaian suami dan mertuanya. # # # Tujuh bulan berlalu, semakin besar kandungan Gita semakin melemah pula kesehatannya. Gita memutuskan untuk tinggal bersama ibu mertuanya dan Kalandra menyetujuinya karena dia tidak bisa menjaga Gita setiap saat. "Bu, perut Gita sakit banget bu." Teriak Gita yang beradadi kamar. Ibu, bapak dan Kalandra yang sedang berada di meja makan langsung menghampiri Gita. Dan betapa terkejutnya mereka melihat Gita tergeletak di lantai. "Sayang bangun.. sayang bangun.. kamu kenapa?" Kalandra panik dan langsung menggendong tubuh Gita ke kasur. "Bu cepat telepon dokter Rizal!" Suruh Aji pada istrinya. 30 menit kemudian Rizal datang dan memeriksa kondisi Gita yang semakin memburuk. "Tuan, nyonya saya ingin menjelaskan sesuatu, mari kita keluar." Ajak Rizal keluar kamar Gita. "Sebenarnya saya sudah mengatakan pada nyonya Gita bahwa dia menderita tekan darah tinggi. Dan itu sangat berbahaya jika nyonya Gita tetap mempertahankan kandungannya. Saya sudah menyuruh nyonya Gita untuk merelakan janinnya waktu berumur lima minggu, namun nyonya Gita menolaknya. Sekarang usia kandungannya sudah memasuki 9 bulan dan kondisi banyinya sangat aktif dan sehat. Lain dengan kondisi ibunya yang mulai melemah dan tekanan darah tinggi bisa membuat pembulu darah pecah di bagian kepala. Saya sangat prihatin dengan kondisi ini tuan." Jelas dokter Rizal menunduk karena takut. Sofi dan Aji sangat terkejut mendengar apa yang di sampaikan dokter Rizal. Meraka juga terkejut atas tindakan yang di ambil oleh menatunya itu. Yang meraka simpulkan saat ini Gita melakukan semua ini demi anak yang ada di dalam kandungannya. Lain halnya dengan Kalandra yang malah benci tentang kehamilan Gita setelah mengetahui cerita itu. "Apa ada cara lain untuk menolong istri saya dok?" Tanya Kalandra dengan nada marah. "Maaf tuan ini sudah terlambat, cara satu- satunya hanya memilih bayi atau ibunya yang akan selamat, tidak bisa memilih keduanya." Jawab Rizal dengan cemas. "Baik kalau begitu selamatkan istri saya dan biarkan anak sialan yang akan membunuh istri saya dari saya. Saya tidak menginginkan anak itu. Saya hanya ingin hidup bersama istri saya dok. Saya mohon!" Kata Kalandra sambil menangis sejadi- jadinya. Sofi dan Aji kaget dengan peryataan yang Kalandra berikan. Mereka mencoba menjelaskan tapi Kalandra ingin banyi di kandungan Gita meninggal. "Jika istriku tidak selamat maka bayi itu juga harus mati." Ucap Kalandra. Karena usia kandungan Gita memasuki usia sembilan bulan, maka sulit untuk mengugurkannya. Bahkan setelah mendengar keterangan dokter Kalandra meminta agar Gita melakukan aborsi. Tapi Gita menolak dan membuat Kalandra marah dan meninggalkannya ke Amerika menyelesaikan bisnis dengan pak Aji. Sudah dua minggu Gita di tinggal Kalandra. Dan benar saja Gita merasakan sakit yang amat sangat seperti ingin melahirkan. "Bu aarrgghhh... perut Gita sakit Bu." Teriak Gita. Sofi langsung membawa Gita ke rumah sakit dan menghubungi anak serta suaminya. Sampai di rumah sakit Alan yang sengaja Kalandra tinggal untuk mengurus perusahan yang berada di sini dan juga menjaga istrinya. Dia meminta agar Gita langsung di masuk ruang operasi tanpa harus menunggu di UGD. Flasback off
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN