Bab 6

1000 Kata
Di ruangan bayi Pitha sedang membaca artikel yang di kirim oleh Galang dengan ragu dan gelisa dia membaca artikel itu. Dia memutuskan untuk menelpon Galang kembali. "Hallo Lang, kalua memang dia kembali ke Amerika dan menganggap anaknya juga meninggal. Lalu bagaimana nasipnya baby girl ini?" Tanya Pitha dengan bingung sambil menatap bayi mungil nan cantik di depannya. "Menurut gue lebih baik kita urus saja bayi itu. Di kota ini hanya kita saja yang tau kalau anak dari Kalandra Galant Prasetya masih hidup." Setelah sambungan teleponnya terputus, Pitha bergumam dalam hatinya. "Entah bagaimana pola fikir Kalandra itu sampai tega meninggalkan bayi secantik kamu hanya karena ibumu meninggal saat melahirkanmu." Karena Pitha hari ini tidak memiliki jam kerja, dia memutuskan untuk pulang dan juga membawa baby girl ikut serta. "Hay cantik, kamu ikut Aunty ya!" Katanya sambil mengambil beberapa popok di ruang bayi yang memang disediakan untuk bayi yang baru lahir. "Aku akan ambil beberapa pakaian juga, aku tidak akan sempat ke toko baju bayi dengan membawa baby girl." Sahut Pitha sambil memasukkan semuanya ke dalam tas dan dia memutuskan untuk membawa kasur bayi juga. Karena sangat beresiko kalau harus menaruhnya di jok belakang. Pitha dan baby girl memasuki mobik Pitha, di jalan Pitha selalu melihat bayi yang sldi taruh samping kursi kemudi dengan kasur bayinya. "Kamu sangat cantik dan mungil sayang, bagaimana bisa Ayah kamu meninggalkanmu sebelum melihat wajahmu?" Gumam Pitha. Pitha melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang karena dia sadar sedang membawa baby girl. Saat melewati supermarket Pitha memutuskan untuk menepi lalu menggendong baby girl masuk ke dalam supermarket. "Ayo sayang! Kita akan membeli beberapa kebutuhanmu." Pitha menggendong baby girl dan langsung masuk ke dalam supermarket dan dia mengambil alat mandi dan beberapa popok serta handuk. Karena Pitha seorang dokter, dia memutuskan untuk tidak membeli s**u formul. Dia akan ke bank ASI untuk membeli beberapa ASI di sana. Setelah selesai dia mengantri di kasir yang saat itu ada tiga orang yang berada di depannya. Dia tidak keberatan untuk mengantri sesekali dia memandang baby girl dengan gemas dan senyum. Setelah dua orang selesai mengantri kini tinggal dirinya dan satu orang di depannya. "Mas boleh saya minta tolong bawakan itu semua ke mobil saya." Pintah Pitha pada pegawai kasir itu. "Boleh mbak, saya akan bantu bawakan." Sambil mengikuti Pitha menuju mobilnya. Tidak lupa Pitha mengucapkan terima kasih dan mulai menggendarai mobilnya lagi. "Kamu sangat pintar sayang, bahkan kamu tidak menangis." Saat melihat baby girl tertidur. Saat sampai di rumah dua lantai dan hanya memiliki tiga kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga dan halaman belakang. Rumah itu di beli Pitha dengan hasil kerja kelasnya menjadi seorang dokter selama 5 tahun. Sekarang dia berumur 28 tahun bahkan dia sudah menjadi dokter yang hebat. "Assalamuallaikum Ayah." "Walaikumsalam Nak, siapa yang kamu bawa ini?" Tanya Ayah Pitha dengan wajah bingung. "Sebentar Ayah, Pitha tidurkan dia di kamar Pitha dulu. Habis itu Pitha turun dan menceritakan semuanya pada Ayah." Jelas Pitha sambil membawa baby girl ke kamarnya di lantai dua. Pitha kembali ke bawah untuk menjelaskan pada Ayahnya di ruang keluarga. "Pitha cepat jelaskan dari mana kamu mendapatkan bayi itu Nak?" Tanya Pak Rahman yang takut kalau anaknya membawa anak orang. "Yah, sebenarnya dia anak dari pasien Pitha dan ibunya meninggal sesaat habis melahirkannya. Suaminya tidak terima bahwa istrinya meninggal dan dia meninggalkan baby girl di rumah sakit Pitha. Pitha sudah menunggu sampai siang tapi belum ada pihak keluarga yang mengambilnya. Maka dari itu Pitha membawanya pulang Yah." Jelas Pitha dengan lesu, dia takut sang Ayah tidak mengizinkan baby girl tinggal bersamanya. "Bagaimana kalau keluarganya mencarinya kembali Pith?" Tanya Pak Rahman. "Aku sudah menyuruh pihak rumah sakit menghubungiku jika ada keluarganya yang akan mengambilnya Yah. Tapi aku yakin mereka tidak akan mengambilnya karena merekavtelah pergi ke Amerika." Tegas Pitha pada Ayahnya. "Maksud kamu bagaimana Nak, Ayah tidak mengerti?" Tanya Pak Rahman bingung. "Ayah tahu Kalandra Galant Prasetya yanh memiliki perusahaan ternama di kota ini." Tanya Pitha. "Ya, Ayah tahu Nak." "Dialah Yah orang tua yang tega meninggalkan bayinya di rumah sakit. Bahkan dia membuat berita kalau bayinya meninggal bersama ibunya. Bahkan saat du rumah sakit dia mengatakan anak sialan pada baby girl." Jelas Pitha pada sang Ayah dengan menunjukkan artikelnya pada Ayah. Sebenarnya Pak Rahman sudah melihat beritanya di televisi. Dia mengerti isi hati putrinya, mungkin dia memikirkan jika bayi itu memiliki nasib yang sama dengan dirinya. "Baiklah Nak, Ayah mengerti. Tapi bagaimana dengan kerjaanmu? Apa bayi itu tidak akan mengganggu." Tanya Pak Rahman. "Tidak Yah, aky akan membawanya kalau memang harus membawanya. Aku sangat sedih melihat bayi itu. Pitha lahir dan ibu meninggal saat itu juga. Tapi Ayah tetap menyayangi Pitha tidak seperti Kalandra yang malah meninggalkan anaknya." Jelas Pitha sambil memeluk Ayahnya. "Ayah sudah menebaknya Nak, kamu pasti memikirkan itu semua." Gumam Pak Rahman dalam hati. "Ayah sangat menyayangimu Nak! Ayah bahagia kamu membawa bayu itu ke sini. Kita akan merawatnya bersama, dia akan menjadi teman Ayah di rumah saat Ayah kesepian menunggumu pulang kerja." Pak Rahman mencoba menghibur anaknya. "Ayah betul, Ayah bisakah Ayah menjaga baby girl sebentar. Pitha mau keluar, ada beberapa urusan." Tanya Pitha. "Bisa Nak, bahkan dulu Ayah yang merawatmu sendirian samapai kamu sebesar ini." Jawab Pak Rahman, dia merawat Pitha sendirian semenjak kepergian sang istri. "Terima kasih Ayah Pitha akan menaruh beberapa keperluan baby girl di kamar Pitha." Katanya sambil membawa beberapa keresek yang dia beli di supermarket tadi. Pitha menaruh perlengkapan baby girl di lemarinya yang masih kosong. "Hay sayang, Aunty pergi dulu ya! Menangislah saat kamu bangun maka Ayah Aunty akan menghampirimu." Pitha mengatakan itu karena baby girl sangat pendiam. Mungkin sikap dingin Kalandra menurun ke anaknya. "Ayah Pitha pergi! Oh iya Ayah baby girl jarang menangis. Ayah bisa mengecek atau tidur di kamar Pitha saja supaya tidak lelah naik turun tangga." Jelas Pitha pada Ayahnya dengan nada menggoda. "Hey dasar anak nakal! Kua pikir Ayahmu setua itu sampai tidak mampu naik turun tangga begitu?" Balas Pak Rahman yang sering jadi bahan jahilan putrinya. "Tidak ayah, ya sudah Pitha pamit dulu ya. Assalamuallaikum Ayah!" Pitha pun pergi memasuki mobilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN