Karina tak berani mengatakan apa pun yang ia dengar dari Imel pada siapapun. Ia tak berani melakukan itu. Namun di sisi lain, ia juga ketakutan. Bagaimana kalau kata-kata Imel benar? Hheiish! "Tadi dia ninggalin nomor kontaknya. Siapa tahu kamu butuh gitu, Na. Aku kirim nih nomornya yaa." Begitu kata-kata Imel terakhir sebelum perempuan itu pamit. Karina menarik nafas. Apa yang harus ia lakukan? Ia sama sekali tak berpikir panjang untuk urusan ini. Astaga! Harusnya ia lebih siap. Namun ini? "Na!" Mamanya muncul. "Jadinya nyewa aja kan ya? Tapi kita harus pilih-pilih dulu nih kamu mau yang mana. Meski cuma akad aja," tutur Mamanya. Perempuan itu mengetuk kamar Karina beberapa kali. Sementara Karina masih meringis sendiri. Apa yang harus ia lakukan? "Na!" "I-iya, Ma!" "Buruan kel