Kami mengunjungi Mama entah untuk ke berapa kali. Kali ini Mama tidak melihatku bermain piano, malah asyik dengan boneka Idan-nya. Idan bilang, Mama tidak bisa dipaksa. Bisa mengamuk dan melukai dirinya sendiri jika tertekan atau merasa terancam dengan orang di sekitarnya. Hormon kehamilan menguasaiku. Aku yang dasarnya cengeng, menjadi cengeng kuadrat kali ini. Tatapan sinis Mama saja bisa membuatku terisak - isak di bahu Elang. Elang tidak habis akal, dia mengumpulkan semua informasi tentang kesukaan Mama dan ketidaksukaan Mama dari Maminya. Aku enggak tahu gimana cara dia minta, yang jelas kita sepakat enggak kasih tahu orang lain dulu kalau Mama masih ada. Elang membawa proyektor dan memasangnya di kamar Mama. Menembakkan lampunya ke dinding dan menyalakan musik dari laptopnya. D