Dua Puluh Tujuh

1911 Kata

Aku memandangi wajah Elang yang tertidur. Dia pasti kecapekan setelah menghadapiku kemarin - kemarin. Tapi dia enggak pernah ngeluh. Bu Ami bilang, Elang enggak pernah kemana - mana, dia selalu menemaniku. Arya yang membawakan pekerjaannya ke rumah sakit. "Kamu kenapa baik banget sih, Mas?" Aku berbisik. Rambutnya mulai memanjang, beberapa helai jatuh menutupi dahinya. Napasnya teratur. Mungkin tidur ternyenyak setelah beberapa Minggu kemarin, yang membuatnya harus tidur di sofa rumah sakit. Tadi siang aku melihat beberapa luka di tangannya. Goresan panjang di telapak tangan kiri, bekas cakaran di d**a, pelipis dan lengan atasnya. Semua karena aku yang tidak terkendali. "Maaf." Aku mengecup telapak tangan kirinya yang masih terbalut perban tipis. Apa yang membuatku ragu pada Elang? Ku

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN