Dua Garis Merah

1078 Kata
Air mataku berlinang dan tidak bisa berhenti meski aku menginginkannya. Rasanya tanganku yang sedang memegang gelas kecil untuk menampung air seni itu tak memiliki tenaga bahkan seluruh tubuhku rasanya bergetar hebat, jantungku berdebar kencang dan rasanya dunia ku yang selama ini baik-baik saja akan hancur seketika. "Kemana aku harus pergi kalau aku benar-benar hamil?" gumamku. Aku tidak tahan membayangkan bagaimana hancurnya hati Rendy, satu-satunya Keluarga yang aku miliki kalau tahu adiknya yang tidak tahu diri ini hamil di luar nikah dengan Sahabatnya pula. Suara isak tangisku membuat Kalix kembali menggedor-gedor pintu kamar mandi. "Bagaimana Airin? apa hasilnya?" teriak Kalix dari luar. Sejak awal aku tidak sanggup melakukan hal ini, menguji air seni ku dengan testpack. "A-aku tidak sanggup melakukannya Kalix," Hiksss... Menangis adalah satu-satunya caraku untuk bertahan sekarang. "Lakukan Airin! atau aku harus memaksamu," bentak Kalix dari luar. Suara teriakan pria itu hari ini sungguh mengganggu diriku, ia bahkan tak segan-segan memarahi ku sejak tadi karena aku tak mau melakukan test mengerikan itu. Kalix menggedor-gedor pintu membabi buta, pria yang selalu bersikap tenang itu tampak kacau juga saat ini. "Kalau begitu kita ke rumah sakit saja," ujarnya sedikit lembut, kali ini ia tak lagi berteriak padaku. "Ti-tidak! aku akan melakukannya sekarang," ucapku yang sudah menyerah. Akhirnya aku bisa menampung air seni ku di dalam gelas kecil yang aku ambil dari kamar Rendy. Aku mengambil salah satu testpack yang katanya paling akurat di antara testpack lainnya. Keringat mulai membasahi pelipis ku, tanganku juga ikut basah karena keringat. Aku juga mengetahui kalau Kalix yang sedang menungguku di depan pintu kamar mandi juga sama kalutnya seperti diriku. Dengan sekuat tenaga aku mengumpulkan keberanian untuk membuka testpack itu dari bungkusnya. Sebelum mencelupkannya ke dalam gelas kecil yang berisi air seni itu aku merasakan sesak di d**a yang teramat sakit, aku meremas dadaku dengan kepalan kuat tangan mungilku. "Tuhan tolonglah aku kali ini saja, aku berjanji akan menjadi manusia yang lebih baik lagi, aku mohon padamu Tuhan, jangan buat hidupku hancur," ucapku dengan air mata yang terus berlinang. Akhirnya setelah keberanian yang berhasil ku kumpulkan, aku mencelupkan testpack itu kedalam gelas, sebelumnya aku sudah membaca bagaimana cara menggunakan testpack itu dengan benar. Aku menutup kedua mataku dan rasanya tak berani untuk melihat hasil yang mungkin sudah keluar. "Airin!" panggil Kalix membuatku refleks membuka mata. Prang ... Gelas dan testpack yang ada di tanganku terjatuh ke lantai, aku menjatuhkan tubuhku ke lantai lalu menangis sambil menjerit berteriak sekuat tenaga. "Airin! buka pintunya Airin!" Namun Airin tak menjawab dan hanya menangis dan sesekali menjerit histeris membuat Kalix khawatir. Airin yang terduduk di lantai kamar mandi dengan pakaian yang sudah basah kuyup. Sejak tadi air terus mengalir dari bathtub karena kran air yang terus hidup mengisi bak mandi hingga airnya melimpah. Kalix yang panik karena tak kunjung mendapat jawaban dari Airin akhirnya mendobrak pintu dengan punggungnya. "Airin aku mohon bertahanlah, jangan melakukan apapun yang dapat mencelakai dirimu," teriak Kalix hingga akhirnya percobaan ke tiga kali ia berhasil membuka pintu kamar mandi. Matanya membola saat melihat Airin yang sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Pria itu berlari ke arah Airin lalu menggendong tubuh Airin yang sudah basah kuyup, ia tak lagi memikirkan apa hasil dari testpack itu, melihat kondisi Airin, Kalix mengetahui kalau hasilnya pasti sesuatu yang tidak mereka harapkan, namun sebagai seorang Dokter bagi Kalix kini keselamatan Airin adalah yang paling utama. Kalix membaringkan tubuh Airin di ranjang, lalu mengecek denyut nadi gadis itu. "Syukurlah denyut nadinya masih terasa," Kalix melihat baju Airin yang berwarna putih polos dan celana kain selutut berwarna senada yang sudah basah kuyup, bahkan baju putih yang basah itu menciplak di kulitnya hingga Kalix dapat melihat dengan jelas bra Airin yang berwarna pink muda. "Sial!" batinnya menahan hasrat yang tiba-tiba muncul pada seorang gadis yang tengah pingsan. "Airin, sadarlah!" panggilnya menggoyang-goyangkan tubuh Airin. Namun gadis itu tak kunjung merespon, Kalix bahkan dapat melihat air mata di sudut mata Airin yang tertahan. "Aku harus mengganti pakaiannya, kalau di biarkan begini Airin bisa masuk angin," gumamnya. Kalix melompat dari ranjang lalu bergegas ke arah lemari besar itu mencari pakaian Airin, setelah mencari akhirnya Kalix menemukan sebuah kaus oversize berwarna kuning. Kalix bergegas kembali kepada Airin yang masih belum sadarkan diri. Tetapi saat melihat Airin yang terbujur lemah tak berdaya itu akhirnya Kalix sadar kalau tidak ada siapapun yang bisa mengganti pakaian gadis itu kecuali dirinya, ia tak mungkin menghubungi Rendy sekarang karena semuanya pasti akan kacau balau. Kalix menelan salivanya "Tidak masalah aku yang menggantinya kan, lagi pula aku sudah melihat seluruh tubuhnya kan," ucap Kalix. Setelah pergulatan sengit dengan hati dan pikirannya, akhirnya Kalix memberanikan diri untuk melepaskan kaus yang basah kuyup itu dari tubuh Airin. Matanya melotot dan wajahnya memerah melihat tubuh putih mulus Airin yang sedikit mengkilap karena basah, apalagi gumpalan daging yang berukuran cukup besar di bungkus dengan bra berwarna pink muda yang membuat hasratnya semakin bergejolak. Meskipun ia sudah melihat seluruh tubuh Airin tanpa sehelai benang pun, tetap saja saat itu ia juga mabuk dan suasana kamar sedikit gelap. Namun hari ini kamar ini begitu terang hingga Kalix dapat melihat jelas tubuh Airin yang begitu menggoda apalagi tahi lalat berukuran sedang yang ada di bawah p******a Airin yang berada di sebelah kanan yang tidak ia ingat pada malam itu. "Astaga! apa yang sedang aku pikirkan! aku b******n gila yang sudah kehilangan akal," gumamnya. Kalix buru-buru membuka celana kain yang di kenakan oleh Airin dan langsung menunjukkan celana dalam berwarna senada dengan bra yang di pakai, kebetulan Airin memang suka menggunakan pakaian dalam sepasang dengan warna cerah yang menggemaskan. Ia kembali menelan salivanya karena area bagian bawah Airin juga sangat memanjakan mata, bagaimana tidak gadis itu memiliki kulit putih bersih dan mulus tanpa ada bulu-bulu kaki yang mengganggu. Kakinya yang jenjang dengan pinggul yang besar membuat tubuh Airin begitu sangat menggoda. "Sialan!" umpat Kalix meraih kaus berwarna kuning lalu memakaikannya pada Airin tergesa-gesa. "Bagaimana ini, Airin tak kunjung sadar karena ia pasti sangat shock," ujarnya. Kalix juga khawatir karena bisa saja Rendy tiba-tiba pulang dan mendapati mereka yang sedang berduaan di kamar Airin. Kalix beranjak lalu berniat kembali ke kamar mandi untuk melihat hasil testpack yang sempat ia lihat tergeletak, meskipun ia belum melihat jelas hasilnya karena cukup panik melihat keadaan Airin. Kalix memang sudah memiliki firasat buruk tentang hasilnya hanya dengan melihat keadaan Airin, tetapi ia berusaha untuk berpikiran positif. Kalix meraih testpack itu lalu menghela panjang nafasnya melihat dua garis merah di testpack tersebut. Kalix menjambak rambut tebal miliknya "Aku sudah menghancurkan masa depan seorang gadis," lirihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN