Testpack

1061 Kata
Sebulan telah berlalu setelah kejadian mengerikan itu. Airin seperti biasa mulai melakukan aktivitasnya di Kampus, begitu juga dengan Kalix dengan rutinitas yang padat beberapa minggu terakhir karena kerja sama dengan Dokter dari Rumah sakit Malaysia. Rendy juga jarang berada di Apartemen karena akhir-akhir ini banyak sekali Pasien. Airin tengah bersantai di ruang tamu sambil menonton Televisi. Semenjak ia bertekad untuk tidak membaca n****+ lagi, gadis itu lebih sering menghabiskan waktunya menonton Televisi. Suara ketukan pintu membuyarkan fokus gadis yang tengah menonton sinetron malam itu. "Rendy?" gumamnya. Tetapi kalau Rendy, mana mungkin pria itu mengetuk pintu, ia pasti akan langsung masuk saja. Airin bangkit lalu bergegas membuka pintu. Ceklek ... Mata Airin membulat saat mendapati Kalix yang sedang berkacak pinggang. "Airin? mana Rendy?" tanya pria itu tanpa basa-basi. "Ma-mana aku tahu, harusnya dia di Rumah sakit kan?" jawab Airin ketus. Semenjak kejadian malam itu, Airin memang sudah bertekad untuk menjauhi Kalix sebisa mungkin, ia selalu berdoa agar tidak bertemu dengan pria itu. Begitu pula dengan Kalix, ia juga sudah bertekad untuk menghindari Airin sebisa mungkin, apalagi Tunangannya akan segera tiba di Indonesia beberapa hari lagi. Karena jarak mereka yang cukup dekat, Airin dapat mencium aroma parfum Kalix yang khas menyeruak membuat ia merasa mual. Airin menutup mulutnya dengan telapak tangannya lalu berlari ke kamar mandi. "Airin!" panggil Kalix. Namun gadis itu terus saja berlari ke arah kamar mandi. Karena penasaran dengan keadaan Airin, Kalix masuk begitu saja mengikuti kemana Airin pergi. Uek... uek... Airin juga terbatuk-batuk setelah memuntahkan isi perutnya. Kalix yang tengah berdiri di depan pintu yang masih terbuka mematung melihat kondisi Airin. Airin mencuci mulut lalu wajahnya. "Ada apa denganku?" gumamnya sambil mengelus d**a. "Airin," panggil Kalix. Karena kaget, Airin langsung membalikkan tubuhnya ke belakang dan melihat sosok Kalix yang tengah berdiri di depan pintu kamar mandi dengan mulut melongo. "Hei! apa yang kau lakukan? kenapa mengikuti ku ke kamar mandi! gak sopan!" bentak Airin. "Ada apa denganmu?" tanya Kalix. "Entahlah, aku mual mencium aroma parfum mu, pergi dari sini dan cari Rendy di tempat lain," ketus gadis yang hanya menggunakan daster bergambar Hello kitty itu. "Kau kenapa sih? dulu kau tidak seketus ini padaku?" "Tentu saja, wanita mana yang tidak ketus pada pria yang sudah merenggut paksa mahkotanya!" Ups... Airin menutup mulutnya, ntah kenapa kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya mengingatkan sesuatu yang seharusnya sudah mereka lupakan. Hemp... Uek... uek... Airin berbalik lagi ke westafel lalu memuntahkan isi perutnya. Kalix yang khawatir masuk ke dalam kamar mandi lalu mengusap-usap punggung Airin. "Ada apa denganku? perasaan aku baik-baik aja dari tadi," gerutunya yang dapat di dengar jelas oleh Kalix, gadis itu bahkan belum sadar kalau Kalix sedang mengusap-usap punggungnya. "Apa kau telat makan?" tanya Kalix menyadarkan Airin dari ketidaksadarannya. Airin langsung melompat ke samping saat menyadari Kalix berada di belakangnya. "Kenapa kau masuk ke kamar mandi?" ucap Airin sambil melotot. Kalix merasa ada yang tidak beres, gejala yang sedang Airin rasakan ini biasanya adalah gejala wanita ha- "Airin! apa kau sudah menstruasi?" tanya Kalix panik. Tubuh Airin langsung membeku. Setelah sadar sepenuhnya dengan keadaan, Airin langsung berlari ke kamarnya hendak melihat kalender yang selalu ia tandai saat menstruasi, Kalix yang gelisah juga mengikuti langkah gadis itu sampai ke kamarnya. Mata Airin membola saat menyadari kalau ia sudah telat 5 hari dari tanggal seharusnya. Airin mengacak-acak rambut panjangnya, keringat mulai membasahi tubuh gadis itu padahal suhu AC di kamar di setel sedingin mungkin. "Bagaimana?" tanya Kalix, pria itu berusaha untuk tetap terlihat tenang di depan Airin. "A-aku te-lat Kalix," jawab Airin yang sudah berlinangan air mata. Kalix menelan salivanya, apa yang ia takutkan akhirnya terjadi. "Be-rapa hari?" tanyanya terbata-bata. "Kurang lebih 5 hari," jawabnya terduduk lesu di ranjangnya. Kalix melihat ranjang Airin yang berdecit karena Airin yang tiba-tiba menjatuhkan bokongnya ke ranjang, masih teringat jelas bagaimana malam panas yang mereka lalui dan ranjang itu menjadi saksi bisu atas apa yang telah terjadi di antara keduanya. "Aku akan ke Minimarket yang ada di lantai 1, tunggu lah di sini dulu," ujarnya berlari keluar dari kamar Airin. Sedangkan Airin, gadis itu hanya bisa meratapi nasibnya yang malang, meskipun kehamilan belum tentu terjadi namun rasa was-was mulai menghantui dirinya. Tubuh Airin bahkan bergetar hebat sangking takutnya. Kalix berlari terbirit-b***t, pria itu bahkan bolak balik menekan tombol lift agar lift segera terbuka, kebetulan di Apartemen ini ada Minimarket di lantai 1 tempat Kalix dan Rendy biasanya singgah untuk membeli beberapa minuman kaleng. Kalix yang ngos-ngosan masuk ke dalam Minimarket, kebetulan Kasir yang berjaga merupakan Penggemar Rendy dan Kalix. "Selamat datang Dr. Kalix," sapa sang Pegawai Minimarket yang sedang bersikap manja dengan suaranya yang agak di serak-serakin. "Ya, Lisa apakah disini ada jual Testpack?" tanya Kalix tanpa pikir panjang, yang ada di otaknya kini adalah memastikan apa yang sedang terjadi pada Airin. Lisa yang kaget sampai menjatuhkan kemoceng yang sedang ia pegang. "Eh, iya Dokter ada beberapa jenis Testpack yang kami jual," jawabnya. "Tolong bewakan satu Testpack setiap jenisnya," pinta Kalix. Pria yang biasanya tampak dingin dan cuek kini terlihat gugup dan gelisah. Lisa mengangguk dan dengan cepat mempersiapkan pesanan Kalix. "I-ini Dokter, ternyata kami memiliki 4 jenis Testpack," ujar Lisa. "Berapa?" "150 ribu Dok," Kalix merogo sakunya dan memberikan uang 200 ribu pada Lisa. Lisa membungkus pesanan Kalix lalu menerima uang dari Kalix. "Kembaliannya untuk kamu aja," Kalix langsung berlari tergesa-gesa keluar dari Minimarket. Lisa menghela nafasnya "Sayang sekali Dokter itu sepertinya sudah punya Kekasih, atau jangan-jangan Istri, tapi kenapa beli Testpack disini, ini kan bukan Apartemen beliau," batin Lisa sebelum mengantongi sisa uang belanja Kalix. Hiks... "Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan kalau aku hamil," Kata-kata itu terdengar oleh Kalix saat ia sudah berada di depan pintu kamar Airin yang terbuka lebar. Kalix mengepalkan kedua tangannya berharap kalau semua itu tidak akan terjadi. "Airin," "Kenapa kau kembali lagi?" Tangis Airin semakin pecah saat Kalix kembali masuk ke kamarnya. Kalix menyerahkan kantong plastik berisi berbagai macam dan jenis Testpack yang tadi ia beli di Minimarket. "A-apa ini?" tanya Airin bingung. "Ki-kita harus memastikannya," Airin meraih kantong plastik itu lalu melihat isinya, matanya membola sempurna. "Aku tidak mau melakukan ini Kalix," "Test sekarang juga! kita harus memastikannya Airin," kali ini suara Kalix sedikit meninggi. Ia tahu Airin gadis muda yang masih berusia 19 tahun, wajar gadis itu masih labil dan ketakutan menghadapi situasi semacam ini, itu sebabnya ia harus tenang dan tetap stabil karena dia lah pria dewasa yang sudah melakukan hal bodoh itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN