“Tidak adakah sedikit rasa di hatimu untuk aku, Zel?” lirih Aksa dengan tangan terkepal menahan emosinya. Zeline hanya menunduk dengan air mata yang tidak bisa disembunyikannya lagi. “Aku harus kembali bekerja,” lirihnya sambil membalikkan badan dan berjalan menuju pintu. “Jangan keluar dari ruangan ini sebelum semuanya selesai,” geram Aksa dengan suara yang bergetar. Aksa seakan kehilangan cara untuk menaklukkan hati Zeline yang seakan sekeras batu itu. “Baiklah jika kamu tidak mau dengan hubungan ini. Maka persiapkan dirimu, bulan depan kita akan menikah,” ucap Aksa yakin. “Hah? Menikah? Kamu pikir menikah itu gampang apa? Semuanya tidak semudah membalikkan telapak tangan Aksa. Aku tidak bisa,” jawab Zeline dengan mata yang melotot menatap Aksa. “Bukankah kamu tadi ingin mengakhir