5. Malam Pertama Kedua

1247 Kata
"Aw!" Bugh! Yusuf menoleh kaget saat melihat Larissa sudah terjerembab di lantai. "Kamu kenapa? Sakit ya?" tanya Yusuf dengan konyol. "Ini saya lagi berenang di empang yang gak ada airnya. Nggak sakit kok, enak malah." Susah payah Larissa bangun dengan berjuta perasaan kesal pada suaminya. Setahu dirinya, mantan calon adik ipar yang kini menjadi suaminya ini adalah orang pintar, sekolahnya saja S2, masa orang jatuh masih ditanya sakit apa nggak? Batin Larissa jengah. "Biar saya bantu," kata Yusuf sambil mengulurkan tangan dan meraih lengan Larissa untuk bangun, tetapi karena menggunakan rok sempit, Larissa susah untuk menggerakkan kedua kakinya. "Loh, loh, mau apa?" tanya Yusuf heran saat Larissa tiba-tiba saja sudah menarik ke atas kain batik dengan cepat, sehingga kedua paha mulus berwarna eksotis itu menyilaukan mata Yusuf. "Ini saya buka saja biar bisa bangun," jawab Larissa sambil terus mengangkat kain itu hingga pinggang. "Tidak! Hentikan! Stop!" teriakan Yusuf membuat semua orang yang ada di ruang tamu menoleh kaget ke arah pintu kamar anaknya. Zaka, Tara, Arle beserta istri, serta anak-anak mereka terdiam sesaat. Bu Erika dan Pak Aditya dengan mulut terbuka merasa begitu kaget dengan teriakan cucu mereka di dalam sana. "Pa, Y-yusuf diapain sama Larissa? Mama takut," cicit Tara pelan, tetapi didengar oleh semua orang yang ada di sana. Sontak tawa menggema di ruang keluarga. "Kalau dapatnya janda emang gitu, Ma, suka ngagetin. Mama ingat gak, waktu kita yang menikah untuk kedua kalinya, siapa yang buka gesper papa terlebih dahulu? Mana'kan?" Tara mencebik, lalu buru-buru menutup mulut Zaka yang membongkar aib rumah tangga yang puluhan tahun sudah ia tutupi. "Papa, ish! Rumpi deh!" omel Tara sambil mencebik. "Tapi itu fakta, Ma. Siapa yang selalu lebih dulu naikin sarung Papa kalau malam Jumat dan malam Selasa, Mama'kan?" tambah Zaka lagi dengan polosnya. Semua orang menunduk menahan tawa. Terlebih Pak Aditya yang hanya bisa mengusap dadanya sabar berada di tengah keluarga m***m bin banget m***m. Justru inilah yang membuatnya panjang umur, semua anak cucu selalu penuh canda dan tawa sehingga ia merasa terhibur dan semangat untuk hidup lebih lama. "Masuk deh, aib ranjang bisa keluar semua kalau Papa tetap duduk di depan pintu kamar pengantin. Ayo, semua bubar! Jangan ada yang duduk di depan kamar pengantin!" Tara mengusir semua anak cucu, ponakan, adik, serta sanak famili yang masih duduk bersantai sambil menikmati aneka makanan yang memang sudah tersedia di meja prasmanan. Walau acara di hotel sudah selesai, tetapi sebagai tuan rumah yang memiliki hajat, tentunya mereka juga harus menyiapkan makanan secukupnya, agar saat ada tamu yang menyusul memberikan doa selamat, mereka memiliki jamuan untuk dinikmati. Kembali lagi ke kamar pengantin. Larissa sudah menurunkan kembali roknya hingga dengkul agar ia tetap bisa bergerak cukup bebas. Yusuf tengah membuka jasnya, lalu baju kemejanya. "Saya mandi dulu," kata Yusuf pada Larissa. "S-saya gak diajak, Mas? Mumpung Hikaru tidur," tanya Larissa sambil tersipu malu. "Nanti saya ajarkan main cepat!" kata Larissa lagi hingga membuat Yusuf mendelik kaget. Lelaki itu menelan ludahnya susah payah, lalu tanpa menjawab pertanyaan istrinya, ia langsung saja masuk ke dalam kamar mandi. Yusuf menepuk keningnya sampai berkali-kali dan menimbulkan warna kemerahan di sana. Larissa sungguh ujian sangat berat baginya. Pesan sang Papa tadi, ia bebas melakukan apa saja pada Larissa karena sudah halal. Malah jika ia tersenyum pada istrinya saja sudah mendapatkan pahala, apalagi jika melakukan lebih. Jika saja wanita itu Mutia, kekasih yang sangat ia cintai sekaligus wanita yang telah sangat menyakiti hatinya dan keluarganya, tentulah pasti ia sudah membawa Mutia pada surga dunia yang memang sudah ia dambakan akan ia lewati bersama kekasihnya itu. Namun ini adalah Larissa, kakak dari Mutia yang sama sekali belum pernah ia temui. Hanya mendengar ceritanya saja dari Mutia, itu pun sangat jarang sekali. Statusnya yang single parent, pendidikan yang jauh berbeda, serta sudah memiliki satu anak, membuat dirinya tidak tahu harus berbuat pada pada Larissa. Yusuf memutuskan menyegarkan kepalanya yang panas dengan mengguyurnya dengan air shower dingin. Setelah segar, ia pun keluar dengan memakai handuk kimono besar berwarna putih bersih. Larissa masih repot dengan kancing baju kebayanya. Wanita itu menunduk dalam waktu lama sampai Yusuf akhirnya bisa berpakaian dengan rapi. Merasa kepalanya pegal menunduk, Larissa menengadah. Melonggarkan otot leher yang kaku karena kelamaan menunduk. "Mas, saya boleh minta tolong gak?" tanya Larissa saat Yusuf baru saja membubuhkan toner penyengat wajah yang biasa ia pakai sehabis mandi. "Tolong apa?" tanya Yusuf tanpa menoleh. "Bukain kancing baju saya." Yusuf sontak menoleh kaget, lalu menggeleng dengan cepat. "Saya udah tebak, pasti anak bujangan gak pandai bukain kancing. Ya sudah, saya minta tolong Mama saja." Larissa bangun dari duduknya untuk berjalan keluar dari kamar, tetapi Yusuf menghalanginya tepat di depan pintu kamar. "Mau ke mana?" tanya Yusuf dengan canggung. "Ke dukun," jawab Larissa santai. "Ya mau minta tolong bukain kancing baju ini sama orang di luar sana," katanya lagi dengan gemas. Yusuf menghela napas kasar, lalu menarik lengan istrinya untuk kembali berjalan menuju tempat tidur yang masih rapi dengan taburan kelopak mawar merah. "Daripada orang di luar sana yang bukain, lebih baik saya yang buka," kata Yusuf akhirnya. Lelaki itu menarik napas panjang, lalu menahannya untuk beberapa saat. Dengan tangan gemetar, Yusuf meletakkan jari-jemarinya di bagian depan baju kebaya. Posisi awalan ada di dekat leher Larissa. Lelaki itu menutup matanya agar ia bisa berkonsentrasi terhadap dua buah gunung yang seperti akan meledak di depan matanya. Ia tidak boleh goyah, ia harus sedikit jual mahal atas pernikahan ini. "Mas, bukain cepat! Saya kebelet ini," rengek Larissa tak sabar. Tubuhnya bergerak ke sana-kemari karena gelisah menahan ingin buang air kecil. "Iya, sabar, kamunya jangan goyang-goyang!" sergah Yusuf tegas berusaha menutupi debaran jantungnya yang berdetak sangat cepat. Dengan hati-hati ia membuka kancing baju itu, tetapi susah. Yusuf mulai berkeringat karena tidak ada kancing baju kebaya yang berhasil i buka. "Mas, masa gak bisa sih? Ini loh, lihat aja kalau gitu, gak usah tutup mata, jadinya lama!" rengek Larissa lagi semakin tak sabar. Tubuhnya masih terus bergerak ke sana-kemari dengan resah. "Bisa, kata siapa gak bisa? Makanya kamu tenang! Jangan bergerak terus, aku jadi susah!" elak Yusuf tak mau kalah. Tepatnya ia tidak boleh kalah apalagi terlihat lemah di depan Larissa. Ia harus bersikap layaknya lelaki CEO dingin yang ada di n****+-n****+ kesukaan Mutia. Yah, dia harus belajar bersikap dingin dan kaku di depan Larissa. Satu kancing terlepas. Yusuf menghela napas lega, lalu ia meraba kembali pada kancing kedua yang jaraknya tidak jauh di atas d**a Larissa. Jantungnya yang sempat tenang, kini kembali berdebar histeris. Larissa sampai terkantuk-kantuk menunggu suaminya selesai membuka kancing baju kebayanya yang tak kunjung usai. "Mas, apa saya pipis di kasur aja ya?" kata Larissa tiba-tiba hingga membuat Yusuf kaget dan malah menarik kesal baju istrinya hingga semua kancing putus dan tubuh Larissa kembali jatuh, namun kali ini jatuh di diatas tubuh suaminya. Bugh "Aw!" pekik Larissa sambil berusaha bangun dari atas tubuh Yusuf. Heek! Napas Yusuf tercekat saat menyadari di balik baju kebaya Larissa, wanita itu memakai bra yang hanya menutupi bagian inti dadanya saja. Persis pakaian bikini yang pernah ia lihat di majalah dewasa. "Kenapa, Mas? Mas kok pucat? Sakit ya ketiban badan saya?" tanya Larissa panik. Ia duduk dengan santainya di atas kedua paha suaminya dengan baju kebaya terbuka lebar. "I-itu ...." tunjuk Yusuf dengan pandangan yang tiba-tiba buram. "Mas, ya ampun pingsan! Toloong!" jerit Larissa panik saat kepala Yusuf terkulai lemas ke kanan. Bersambung Teman-teman saya ada n****+ on going di Innovel dengan judul 'Dinikahi Suami Majikan' mohon bantu tab love juga ya. Terima kasih. Mulai 1 Desember 2021, Yusuf dan Larissa akan saya update setiap hari. Doakan lancar ya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN