Zia di sini saja ya menemani Dila." Risman bicara pada Zia.
"Dila aja bawa ke sana, jadi aku bisa sambil kerja." Zia minta pada Risman agar bisa tetap bekerja.
"Dila mau ke sana?" Tanya Risman pada Dila.
"Mau, Paman." Dila menganggukkan kepalanya.
"Ayo kalau begitu." Risman mengajak Dila ke pondok kebunnya.
Mereka bertiga melangkah menuju pondok di tanah kebun Risman.
"Kalian berdua duduklah disini. Aku masih ada pekerjaan dulu. Aku tinggal ya Dila." Risman bicara pada Dila.
"Iya, Paman. Terima kasih banyak." Dila mengucapkan terima kasih banyak pada Risman.
"Zia." Risman menatap Zia.
"Iya." Zia menganggukkan kepala.
Setelah Risman meninggalkan tempat itu.
"Dila apa rencanamu nanti?" Tanya Zia pada Dila.
"Aku belum bisa mikir, Zia." Dila menyapu air mata di pipi dengan jemarinya.
"Semoga hidupmu bisa lebih baik ya, Dila." Zia merasa kasihan melihat Dila yang menyedihkan.
"Semoga ayahku cepat tiba." Dila bergumam tentang ayahnya.
"Aamiin."
Mereka berdua terdiam. Zia merasa penasaran dengan istri Pak Tandi.
"Sabar ya Dila. Allah pasti akan memberi jalan yang baik, aamiin." Zia masih berusaha berbuat baik untuk Dila.
"Terima kasih, Zia." Dila mengucapkan terima kasih pada Dila.
Risman datang.
"Dila, ada orang tuamu datang." Risman bicara dengan Dila.
"Alhamdulillah." Dila langsung berdiri dan berlari mengejar ayahnya. Zia menatap Risman.
"Ayo mau ke sana?" Risman menggapai tangan Zia.
"Iya."
Zia menganggukkan kepalanya dengan perasaan lega.
Risman dan Zia menyusul Dila ke luar dari pondok. Mereka berjalan melewati tanaman yang sudah akan diambil nanti.
Tiba di sana betapa terkejut Zia dan Risman karena tenyata ada ayah tiri Dila dan ada Pak Tandi juga.
"Kami sudah sepakat didepan orang tua Dila, Dila akan menikah dengan Pak Tandi." Ayah tiri Dila bicara dengan suara gamblang.
"Kalau Dila sudah setuju, tidak mungkin Dila menelepon aku. Bahkan minta dijemput ke sini secepatnya." Ayah kandung Dila bicara pelan tapi jelas pada ayah tirinya.
"Dila sudah setuju, kamu bisa tanyakan pada Pak RT." Ayah tiri memastikan kalau Dila sudah setuju.
"Sebelumnya tidak pernah ada pembicaraan tentang pernikahan, Ayah. Kenapa tiba-tiba ada dipaksakan. Aku tidak pernah mau menikah dengan Pak Tandi." Dila menolak mengakui sengaja setuju pernikahan itu.
"Kamu tidak bisa menolak sesuatu yang sudah kamu terima, Dila." Pak Suro marah atas penolakan Dila.
"Tapi aku tidak ada setuju untuk menikah dengan Pak Tandi. Aku pernah berkata ya, itu bukan tentang sangkut paut dengan menikah dengan Pak Tandi." Dila berkata tajam pada ayah tirinya, yang ingin memaksa pernikahannya dengan Pak Tandi. Dila tidak mau dipaksa menikah dengan pria tua yang hampir sama usianya dengan ayah tirinya itu.
"Tidak bisa begitu, Dila. Ini bukan hanya tentang pernikahan kamu, tapi juga tentang niat baik almarhumah ibumu." Pak Suro berkata tegas.
"Pak Suro begini saja. Dila tidak mau menikah dengan Pak Tandi, jadi saya harap janji tersebut bisa dibatalkan. Karena Dila tidak menerima apapun dalam janji pernikahan tersebut." Pak Daud, ayah Dila meminta tidak dipermasalahkan pembatalan janji itu. Tapi ayah tiri Dila ingin perjanjian dilakukan sesuai janji.
"Tidak bisa semua harus sesuai janji."
"Maaf, Pak. Seandainya dibatalkan janji itu apa masalahnya?" Tanya Risman pada Pak Suro.
"Janji itu tidak bisa dibatalkan, TITIK!" Ayah tiri Dila tegas memberikan penolakan.
"Yang dipaksa menikah Dila, tapi apa alasannya tidak bisa dipaksa menolak?" Risman tetap ingin tahu apa alasannya.
"Dila harus menikah dengan Pak Tandi, TITIK!" Ayah tiri Dila tetap keras pada keputusannya.
"Tidak bisa begitu, Pak Suro. Semuanya harus jelas. Pernikahan harus didasari oleh rasa cinta dari kedua belah pihak, tidak bisa hanya karena kehendak satu orang saja." Risman mengatakan dengan sangat jelas kenyataannya.
"Pak Suro, anda tidak bisa memaksakan sesuatu kepada seseorang. Aku tidak akan mengijinkan anakku dengan Pak Tandi. Kalau anda memaksa ke kantor polisi, ayo kita pergi ke sana sekarang juga." Ayah kandung Dila menantang Pak Suro dan Pak Tandi ke kantor polisi.
"Tidak bisa begitu, Pak. Pernikahan ini harus dilakukan." Ayah tiri Dila tetap pada pendiriannya.
"Kalau begitu sebaiknya diselesaikan di kantor polisi saja, supaya jelas." Ayah kandung Dila tidak ingin semuanya selesai dengan tidak jelas.
"Tidak bisa, masalah ini sudah selesai. Dila harus dinikahkan dengan Pak Tandi." Pak Suro memastikan kalau masalah ini sudah jelas.
"Saya tidak setuju anak saya menikah dengan Pak Tandi. Titik! Anda jangan memaksakan kehendak orang." Ayah kandung Dila maju mendekati Pak Suro.
"Jika anda tetap ingin memaksa, maka saya minta kita ke kantor polisi sekarang juga." Ayah kandung Dila menatap tajam Pak Suro.
"Oke, kita ke kantor polisi sekarang juga." Pak Suro menerima tantangan Pak Daud.
"Kami berangkat lebih dulu."
"Silakan," sahut Pak Daud.
Pak Suro dan Pak Tandi serta satu orang lagi pergi lebih dulu meninggalkan tempat itu.
"Maaf, Mas ...."
"Saya Risman, Pak."
"Maaf, Mas Risman. Bisakah Mas Risman ikut ke kantor polisi?" Tanya Ayah kandung Dila pada Risman.
"Oh tentu, Pak. Saya dan Zia akan ikut ke kantor Polisi." Risman memberikan kepastian ia akan ikut sebagai saksi ke kantor polisi.
"Kami akan naik motor saja, Pak. Kami minta ijin menjemput ketua RT dulu. Bapak silahkan saja lebih dulu, nanti kami menyusul." Risman memberi kesempatan Dila dan ayah nya berangkat lebih dulu, karena Risman mau menjemput Pak RT dulu.
"Baiklah. Terima kasih banyak Risman. Kalau begitu kami berangkat lebih dulu."
"Silakan, Pak." Risman mengangguk setuju.
"Zia, aku duluan ya." Dila pamit pada Zia.
"Iya."
Orang tua Dila berdua dengan orang lain ditambah Dila jadi bertiga.
Setelah mobil pergi.
"Pakai helm, Sayang. Kita naik motorku saja ya." Risman bicara pada Zia.
"Iya." Zia mencari helm dan memasang di kepalanya.
"Aku pergi dulu sebentar."
"Ya, Bos."
Zia naik di boncengan belakang.
"Aku pergi dulu."
"Iya, Bos."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Risman langsung membawa motornya ke rumah Pak RT. Untung Pak RT ada di rumah dengan wakil RT sehingga bisa langsung dibawa ke kantor polisi.
Mereka tiba di kantor polisi saat yang lain sudah tiba semua.
"Mari, Pak." Kata Risman mengingatkan Pak RT. Mereka melangkah masuk ke dalam kantor polisi. Pak Suro dan Pak Tandi jelas terkejut melihat Pak RT datang juga atas undangan Risman.
"Pak RT kenapa datang juga?" Tanya Pak Suro.
"Pak RT jelas tahu arah tujuannya pernikahan Pak Tandi dan Dila, Pak. Karena itu kami bawa ke sini." Risman mengatakan pada Pak Suro. Pak Suro tidak terpikir akan hal itu. Dalam bayangannya hanya ada pernikahan bawah tangan saja. Tidak terpikir akan ada nikah resmi seperti ini.
*