Risman masih terpana di tempatnya, sementara Zia bersandar di pintu kamar dengan jantung berdebar. Bibirnya tersenyum karena sukses mencuri ciuman singkat. Sebagai bekal berpisah selama satu Minggu. Sejak tadi siang ia bayangkan berani atau tidak melakukannya, karena takut Risman marah di beri ciuman. Ternyata Risman terpana tidak percaya. Zia segera masuk ke kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel, memperhatikan wajahnya yang merah padam, karena merasa malu tapi juga senang. Akhirnya bisa mencium pipi Risman. "Ih begini rasanya mencium. Bagaimana rasanya kalau dicium ya. Harus membuat jebakan baru kalau ingin dicium. Ciuman Paman Risman pasti hot. Bibirnya seksi begitu. Bikin gemetar melihatnya. Aduh kapan kita menikah, Paman? Beberapa bulan lagi cukup lama. Aku merasa tidak sabar lag