Zia menghela nafas. "Ya sudah kalau bagi Abang tidak ada, tidak apa-apa. Tapi bagi aku dia adalah yang terpenting. Dia selalu bisa membuat aku bahagia. Ganti topik sekarang Abang sedang apa?" Zia menyerah pada pengakuan abangnya yang merasa tidak ada wanita di dalam hatinya. Bagi Zia perlahan nanti pasti akan ketahuan juga. "Sedang menelpon kamu." Wira menjawab sambil tertawa. Wira ingin membuat adiknya bahagia, walau sekarang sedang merasa kecewa, karena ia menolak mengakui memikirkan seorang gadis. "Ih aku tahu itu. Maksudku Abang sedang belajar apa kapan pulang? Aku sudah rindu sekali." Zia berseru dengan kesal karena jawaban Wira. "Sabar ya. Sebentar lagi aku pulang. Sebelum bulan Ramadan. Aku akan melanjutkan kuliah ku di sana. Di tahun depan, doakan sukses ya." Wira merayu Zia de