ENAM

1063 Kata
Beberapa bulan berlalu, Gea yang bahkan tidak pernah lagi bermasalah dengan dosennya yang satu itu karena tahu jika dia melakukan kesalahan maka tugasnya adalah mengerjakan dengan tulis tangan yang paling menyebalkan bagi Gea dan juga Rangga yang sudah jera dengan kesalahan yang waktu itu pernah menimpa mereka berdua. Tetapi Gea dihukum sudah tiga kali oleh dosennya itu karena telat datang ke kampus. Bagaimana dia tidak terlambat jika dia terus saja begadang mengerjakan tugas-tugasnya. Gea memang tergolong mahasiswi yang rajin karena tidak pernah menunda mengerjakan tugasnya. Tapi waktu itu dia dihukum lagi karena telat datang dan sedikit membuatnya jera. Dia yang mengaktifkan alarm setiap menitnya dipagi hari agar dia tidak terlambat bangun lagi. Bahkan mamanya pun sudah kualahan membangunkannya. Mereka sedang berkumpul di kantin kampus dan berbincang mengenai gosip terbaru yang sudah menjadi santapan mereka. Entah itu kehidupan selebritis hingga kehidupan teman-teman di kampus mereka yang sudah menjadi kebiasaan mereka. Bukan tentang keburukan. Melainkan teman-temannya paling suka dengan artis-artis yang berpenampilan terbaru dan juga gaya hidup mereka yang serba mewah. Teman-temannya memang kebanyakan dari kalangan orang berada. Jadi tidak salah jika mereka bergaya sesuai dengan kemampuan mereka. Tapi tidak ada satupun yang saling merendahkan dan saling pamer. Barangkali orang-orang akan menilai teman-temannya tidak baik karena tidak ada satupun yang bisa dicontoh mengenai kehidupan mereka masing-masing. Ada yang mabuk-mabukan, ada yang main perempuan. Ada pula yang pemalas dan kuliah hanya mencari gelar karena apa yang mereka cari sudah disediakan oleh orang tua mereka sendiri. Tapi Gea, dia berusaha sebisa mungkin untuk bisa menjadi lebih baik dari mereka. Sekalipun kadang dia di cap sebagai perempuan yang tidak baik oleh orang lain karena bergaul dengan teman-temannya yang tidak baik itu. Tapi dia tidak peduli, setiap orang yang terlihat tidak baik dari kehidupannya, tidak ada yang pernah tahu mengenai kehidupan yang paling baik mereka lakukan. Barangkali mereka yang terlihat tidak baik justru melakukan kebaikan yang tidak pernah dilihat oleh manusia yang lainnya. Yang berarti bahwa kebaikan mereka hanya dilihat oleh orang yang mereka bantu dan juga Tuhan yang bisa menilai baik buruknya seseorang. Kadang untuk penilain, banyak orang yang menilai keburukan hanya dari kehidupan sehari-hari orang lain tanpa pernah melihat sisi baiknya. Sisi buruk yang mereka tampilkan kadang hanya sebagai pandangan untuk dikonsumsi public. Tapi mengenai kebaikan, mereka lebih banyak melakukan kebaikan dengan cara diam-diam. Seperti halnya Rangga yang terlihat sangat malas, meskipun dia sebenarnya sering meminta orang lain untuk mengerjakan tugasnya, tetap saja dia merevisi sendiri tugas kuliahnya sebelum diserahkan pada dosen mereka. Itu karena dia ingin melihat orang lain membantunya atau tidak dengan baik. Rangga sendiri adalah anak dari seorang pengusaha batubara yang orang tuanya sangat jarang sekali pulang. Tapi Rangga yang betah hidup sendiri karena apa yang dia punya selalu ada. Gea banyak tahu mengenai kehidupan temannya yang satu itu. Mungkin banyak yang tidak menyadari atau bahkan mengatakan bahwa Rangga adalah seorang brandalan. Dilihat dari penampilannya yang berantakan mungkin orang mengira bahwa dia adalah anak yang tidak baik. Gea justru salut dengan teman-temannya yang lebih menyembunyikan tentang kehidupan pribadi mereka. Gea yang tahu tentang kehidupan Rangga itu karena dia pernah memergoki Rangga bertemu dengan orang tuanya di salah satu restoran yang dia kunjungi bersama dengan kakak iparnya—Felly. Istri kedua dari kakaknya. "Sialan, bengong dari tadi," bentak Rangga yang membuat Gea langsung terkejut dan terlihat sangat bingung dengan apa yang mereka bahas kali ini. "Lo ngomongin apa?" Rangga menggeleng pelan dan justru menggebrak meja, "Nah kan memang si sialan ini nggak enak diajakin ghibah," jawab Rangga sambil merebut minuman Gea yang baru saja datang. Gea cemberut karena tingkah Rangga yang merebut minumannya itu sangat keterlaluan. "Ah, resek banget sih lo!" "Namanya juga haus, Beib," "Mata lo tuh," Gea membiarkan Rangga menghabiskan minumannya dan justru memesan minuman lain lagi. Di kantin suasana riuh seperti sekarang ini memang sudah menjadi kebiasaan. Entah di manapun itu yang jelas jika sudah berkaitan denga kantin. Orang-orang yang kelapran tidak peduli dengan ucapan mereka yang kadang menyebalkan bagi orang lain. "Ntar malam nonton yuk!" ajak Rangga yang berbisik ditelinga Gea. Gea langsung mundur beberapa senti dan mentap Rangga dengan tatapannya yang penasaran. "Apaa?" "Ada film horror terbaru. Kali ini gue yang traktir deh," "Ngomongin apa dah?" Daffa ikut bergabung. "Mau ngajakin ayank mbeb gue nonton," ucap Rangga sambil menyeringai karena dia paling senang menggoda Gea. Bahkan teman-temannya juga tahu jika Gea adalah sasaran paling baik bagi Rangga. "Jangan ajakin nonton yang aneh-aneh nih anak. Takutnya nanti dia ternoda pikiran polosnya," seka Daffa yang langsung menyantap sosis bakar yang dipesan oleh Rangga tadi. Rangga justru menunggu jawaban dari Gea. "Gimana? Mau nggak?" "Tapi lo antarin gue pulang ya!" Rangga berdiri tegap dan langsung mengangkat tangannya yang saat itu sedang dalam posisi hormat kepada Gea. "Siap tuan putri," Jika orang lain menganggap bahwa teman-teman Gea ini adalah orang yang buruk. Tidak dengan Gea yang justru merasa dilindungi oleh Rangga. Kebanyakan orang akan langsung menilai dari apa yang terlihat diluar. Tapi tidak menilai dengan apa yang di dalam hati seseorang. Jika dibandingkan dengan Daffa, mereka memang memiliki sifat yang sedikit aneh. Tapi sifat keduanya yang keras kepala itu memang kenyataan dan juga mereka berdua memang senang bermain perempuan. "Antarin gue pulang dulu baru deh kita pergi," "Oke, tapi kalau lo nggak bisa tidur gue nggak tanggung jawab," "Terserah. Yang penting loh traktir gue makan," "Nggak diet lagi lo?" tanya Rangga yang melihat beberapa kali ini Gea memang jarang makan. "Nggak pernah niat buat diet," Malam hariya ketika mereka berdua sedang dalam perjalanan dan seperti janjinya bahwa Rangga yang menjemput Gea ke rumahnya untuk menonton film yang sudah dijanjikan oleh Rangga. "Gea, lo nggak ngerasa aneh gitu?" "Maksud lo?" "Ya aneh aja gitu kalau selama ini lo nggak tertarik sama cowok, jangan sampai lo dibilang nggak naksir sama cowok," Gea tertawa mendengar ledekan dari Rangga. "Gue bukannya nggak mau pacaran. Bisa aja gue sama siapapun, tapi kalau gue fokus buat pacaran aja. Gue takut hal yang nggak gue inginkan terjadi," "Maksud lo jaga diri?" "Hmm, iya. Gue nggak mau rusak dulu, Ngga. Gue masih pengin begini dulu. Kalau rusak juga nggka semua orang nerima kan?" "Iya sih. Tapi seenggaknya lo kan punya pacar gitu. Biar ada teman curhat," "Lo kan ada," "Nah ini nih yang bikin gue gedek banget sama lo. Tiap kali gue kencan lo telpon gue dan minta tolong dibeliin apalah. Sampai gue berantem, tapi ada manfaatnya juga sih lo. Kalau gue pengin putus terus lo telepon dan cewek gue lihat dan dia cemburu kan ujung-ujungnya minta putus karena ngeras dikhianati," "Kadang otakku dangkal. Kadang lo pintar. Tapi kali ini otak lo ada di dengkul, seenaknya ngomong gitu tanpa mikirin perasaan orang lain." Bukannya merasa bersalah. Akan tetapi justr Rangga tertawa ketika disalahkan oleh Gea. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN