[26] Hari Rindu makin pahit

1941 Kata

Marta dengan senyumnya yang lebar mengetuk pintu ruangan sang pujaan hati. Tapi jangan salah, hatinya sendiri menabuh bendera kekalahan meski tak ia benarkan. Dirinya belum kalah, kok. Hanya sering mendapatkan penolakan. Saking seringnya, ia sampai hapal kalau senyum Bujang itu kebanyakan kamuflase. Bujang hanya mau makan di mana stu frame bersama Marta kalau ada anak buah lainnya. Jangan harap dirinya bisa mendapatkan moment bersama Bujang hanya berdua. Oh … kecuali malam di mana ia diantar lantaran Marta tak membawa kendaraan sendiri. Itu juga, ugh … andai saja Bujang mau banyak bicara. Ini tidak, Pemirsah! Bujang diam seribu bahasa. Menjawab pertanyaan Marta hanya sekadarnya saja. Selebihnya mengenai persiapan gathering yang lebih banyak Marta beritahu termasuk kesiapan kostum yang ha

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN