Tuk.... tuk.... tuk....
Suara sepatu yang beradu dengan lantai lorong lantai empat, saat ini pembelajaran sedang berlangsung sehingga lorong sekolah terasa sangat sepi. Dan karena itulah Clarisa memutuskan untuk berkeliling sekolah selagi sekolah dalam keadaan sepi. Tidak ada yang banyak berubah dari sekolah ini, mungkin hanya beberapa ruangan yanng diperbaharui dan di ganti cat dindingnya. Selebihnya tidak banyak yang berubah, pada saat dia sekolah di sini memang banyak cerita kalau banyak ruangan di sini yang tidak bisa di ubah atau di masuki. Entah apa alasannya, dan anehnya kebanyakan ruangan tersebut justru berada dilantai atas seperti lantai 4, 5 dan 6. Ada rumor yang mengatakan kalau ruangan yang tidak bisa di buka di sekolah ini adalah gerbang menuju dunia lain. Ada juga yang mengatakan kalau ruangan itu tempat penyimpanan s*****a berbahaya yang pernah diciptakan oleh penyihir. Tapi tidak ada yang tahu pasti apa isi ruangan itu apa, atau fungsi aslinya untuk apa. Semua itu adalah rahasia si pembuat bangunan sekolah ini.
"Hey, gadis kecil! Apa kau sudah putus dengan pacarmu?" tanya sebuah suara.
Clarisa berhenti melangkah dan menoleh ke arah suara itu, dia menghela napas seolah sudah terbiasa ditanyai seperti itu. Wajah Clarisa terlihat kesal, dia melotot ke arah orang atau mungkin lebih tepatnya orang yang terdapat di dalam sebuah lukisan. Orang itu terlihat memperlihatkan wajahnya yang sedang tertawa dengan wajah bodoh. Clarisa kembali menghela napas. Kenapa dia bisa lupa kalau lukisan itu ada di sana pikirnya.
"Dengar Mr. Snail yang pertama aku bukan lagi gadis kecil dan yang kedua pacar yang kau sebut itu sudha menjadi suamiku sekarang!" jelas Clarisa dengan nada kesal, entah kenapa lukisan itu senang sekali menggodanya dari pertama kali dia menginjakan kakinya di lantai empat sekolah ini.
"Ah.. benar kau terlihat lebih tua dariku sekarang!" ejeknya sambil tersenyum jenaka. Tapi apa yang dikatakan oleh pria itu memang benar, dia memang jauh terlihat lebih tua dari Mr. Snail sekarang. Pria yang ada di dalam lukisan itu berkisar sekitar 35 tahun, dia memakai baju bangsawan berwarna merah dengan motif berwarna emas dan kadang dia memakai jubah berwarna pastel. Tidak ada yang tahu siapa nama asli dari pria itu atau bagaimana dia bisa berakhir menjadi lukisan. Nama Mr. Snail sendiri pria itu yang mengatakannya, dia selalu memperkenalkan diri sebagai Mr. Snail kepada siswa baru untuk tingkat empat.
'Hai... aku Snail, tapi aku bukan siput dan aku tidak mempunyai cangkang!' katanya setiap memperkenalkan diri untuk setiap siswa yang baru memasuki tingkat empat.
Di dunia sihir memang bukanlah hal aneh jika ada lukisan yang dapat berbicara atau bergerak. Tapi itu akan aneh jika orang yang berada di lukisan itu adalah penyihir asli. Kebenaran Mr. Snail adalah rahasia umum yang wajib diketahui oleh siswa yang sudah tingkat empat. Kenyataan itu memang di benarkan oleh Mr. Snail, tapi dia tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir sebagai lukisan seperti itu. Banyak siswa yang mempercayai hal itu tapi banyak juga yang tidak. Clarisa adalah satu orang yang percaya kalau Mr. Snail memang seorang penyihir asli, itu karena dia pernah beberapa kali melihat Mr. Snail menggunakan sihir untuk menjaili siswa yang melewati lukisannya. Dan tentu saja hal itu tidak bisa dilakukan oleh lukisan lain, meskipun di dalamnya adalah lukisan seorang penyihir. Jika itu lukisan asli mereka tidak bisa menggunakan lukisannya keluar dari gambar tersebut karena dunia mereka memang hanya sebatas lukisan. Tapi Mr. Snail berbeda dan karena itulah dia percaya kalau Mr. Snail memang penyihir yang terjebak di dalam lukisan.
"Terserah! Aku mau pergi sekarang, semoga kita tidak berjumpa lagi!" kata Clarisa kesal dia melanjutkan kembali perjalanannya yang terganggu oleh Mr. Snail.
"Hey, mau aku beritahu sesuatu?" teriak Mr. Snail sambil mendekatkan wajahnya pada lukisan, sehingga yang terlihat di lukisan tersebut hanya wajah dan sebagian d**a dari Mr. Snail.
"Apalagi?" tanya Clarisa semakin kesal, dia bahkan tidak membalikan badannya pada Mr. Snail.
"Apa kau tahu konsekuensi membuka buku terkutuk?" tanya Mr. Snail serius, Clarisa menoleh pada pria dalam lukisan itu sambil memandang bingung. Baru kali ini Mr. Snail terdengar serius saat berbicara.
"Dari apa yang aku baca, mereka akan di kutuk sesuai buku yang mereka baca!" kata Clarisa masih bingung dengan perkataan Mr. Snail.
"Kau benar!"
"Lalu kenapa?" tanya Clarisa dia mulai kesal lagi karena merasa di permainkan oleh Mr. Snail.
"Di sekolah ini ada yang sudah membaca salah satu buku terkutuk!" Clarisa kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Mr. Snail. Siapa yang mampu membaca buku seperti itu, tidak ada yang berani membaca buku-buku terkutuk kecuali jika dia sangat putus asa karena suatu alasan.
"Jangan bercanda!" kata Clarisa.
"Itu sebuah kenyataan! Di sekolah ini ada seseorang yang tidak punya bayangan, kau tahu kenapa?" tanya Mr. Snail sambil menyeringai, Clarisa menggeleng karena dia tidak tahu.
"Karena dia tidak punya masa lalu! Bagian masa lalu nya terpisah dengan bagian dirinya yang sekarang. Orang itu hanya tahu nama, dan wajah orang-orang yang dekat dengannya tanpa tahu bagaimana dia bisa kenal dan bersama mereka." Jelas Mr. Snail
"Lalu kenapa? Bukankah itu tidak berbahaya?" tanya Clarisa
"Ya! Tapi pikirannya tidak stabil, dia tidak tahu apa yang dia lakukan! Kadang dia akan berpikir untuk berbuat baik, tapi kadang dia juga akan berbuat sesuatu yang jahat seolah itu kebiasaannya!" jelas Mr. Snail
"Siapa orang itu?" tanya Clarisa, jujur dia merasa takut saat mendengar apa yang dikatakan oleh Mr. Snail.
"Kau harus mencari tahunya sendiri!" ucap Mr. Snail senyum menyebalkannya sudah kembali lagi.
"Kenapa kau selalu memberi informasi setengah-setengah!" Ujar Clarisa kesal, dia menghentakkan kakinya lalu berjalan meninggalkan Mr. Snail dengan perasaan kesal. Sayang sekali Clarisa tidak bisa mendengar apa yang di katakan oleh Mr. Snail
"Two Face of Janus, huh.... dia memilih buku yang merepotkan! Tapi orang yang lebih merepotkan adalah orang yang membaca cerita Hades, nafsu karena dendam memang mengerikan." Kata Mr. Snail sambil menatap kosong ke arah langit. Sayang sekali Clarisa tidak bisa mendengar apa yang di katakan oleh Mr. Snail itu.
Ada yang berbeda dengan pelajaran pertahanan sihir hitam kali ini, itu karena Ryuzaki sama sekali tidak menampakan batang hidungnya di kelas itu. Para siswa itu merasa heran kenapa Ryuzaki belum ada di kelas padahal pelajaran mereka hampir saja mau di mulai. Mereka ingin bertanya pada Ricky hanya saja mereka merasa lebih baik menunggu saat pelajaran di mulai, mungkin saja Ryuzaki akan datang walau terlambat.
"Sir dimana Sir Ryuzaki?" tanya Geno penasaran karena sampai mereka selesai membagi kelompok untuk praktek mereka Ryuzaki masih belum juga muncul. Padahal yang mengumumkan mereka akan praktek dulu adalah Ryuzaki pikir mereka.
"Sir Ryuzaki tidak bisa mengajar untuk beberapa waktu karena ada masalah di Kerajaan Lunar!" jawab Ricky.
Ryuzaki memang dipanggil oleh ayahnya setelah kejadian Raja Andrew pingsan karena keracunan. Sebenarnya Ricky juga tidak tahu detail mengenai apa yang terjadi di Kerajaan Lunar. Tapi yang dia yakini itu cukup serius karena ayahna sampai memanggil Ryuzaki, dan dia juga tidak bisa seenaknya pergi ke sana karena dia adalah bagian dari Kerajaan Luce walau tidak terlibat langsung dalam pemerintahan Kerajaan ini. Dan karena bukan bagian Kerajaan Lunar dia tidak bisa sembarangan masuk ke istana nya tanpa undangan dari pihak dalam. Dia hanya bisa berdoa semoga masalah yang terjadi di sana tidak terlalu parah dan Ryuzaki bisa cepat kembali ke sekolah ini lagi.
"Sir kami sudah siap, prakteknya akan dimulai?" tanya David saat melihat gurunya itu melamun.
"Ah.. maaf, kita akan mulai sekarang!" jawab Ricky tersadar dari lamunannya.
"Dondo gurerima!" ucap Ricky dan perlahan ruang kelas mereka berubah menjadi hutan, para siswa itu mulai terpisah berdasarkan kelompok mereka. Begitu pun dengan Ricky yang menghilang dari pandangan para siswa tersebut.
Setiap kelompok yang Ricky bentuk terdiri atas empat orang, Alexander satu kelompok dengan Edward, Clyvon dan Glory sementara David satu kelompok dengan Harrold, Jasmine dan Castela. Para siswa itu masih belum bergerak dari posisi mereka tadi, mereka menunggu instruksi dari Ricky. Setelah Ricky memberikan instruksi barulah mereka memulai praktek mereka.
Kelompok David mulai menelusuri hutan di sekitar mereka. Tidak ada percakapan diantara mereka. Hal itu karena David merasa bisa melakukan praktek ini seorang disi, sementara yang lain nya masih merasa kesal karena di kalahkan pada saat pertahanan sihir. Karena itu sebisa mungkin mereka tidak mau terlibat satu sama lain. Lain dengan kelompok Edward yang bahkan sejak mereka berpindah ke hutan mereka sibuk berdebat satu sama lain. Alexander yang sibuk memperingati Glory untuk tidak mendekatinya, Edward dan Clyvon yang sibuk berdebat untuk tidak menghalangi satu sama lain saat bertemu dengan musuh. Suasana kelompok ini terasa ramai, tapi tetap saja mereka tidak bisa membohong diri mereka sendiri kalau beberapa diantara mereka merasa tidak nyaman.
"Benar-benar merepotkan!" kata Alexander tidak sadar.
"Kau tidak berhak berkata seperti itu, di sini kau lah bebannya kau yang akan merepotkan orang lain!" Kata Clyvon yang marah karena perkataan Alexander.
"Aku yakin dia tidak bermaksud seperti itu!" bela Glory
"Kau membelanya! Kau itu tunanganku, seharusnya kau membelaku!" teriak Clyvon yang semakin tersulut amarah.
"Diamlah ini bukan waktunya marah-marah!" ujar Edward yang kesal karena Clyvon malah marah-marah di sini.
"Ini bukan urusanmu!" Ujar Clyvon dengan nada tinggi.
"Dia datang!" kata Alexander tiba-tiba, Edward yang mengerti langsung memasang posisi siaga untuk melihat makhluk seperti apa yang datang pada mereka. Sementara Glory dan Clyvon, masih tidak mengerti apa atau siapa yang dimaksud Alexander datang menghampiri mereka.
Monster yang datang menghampiri mereka adalah catoblepas, yaitu monster yang berbentuk banteng besar dan dia mengeluarkan racun seperti angin berwarna hijau dari hidungnya. Mereka mendapatkan musuh yang cukup merepotkan sebenarnya. Karena selain kekuatannya yang kuat, monster itu juga mengeluarkan racun. Jadi mereka harus sangat berhati-hati dalam menyerang. Untungnya catoblepas itu tidak langsung menyerang mereka, monster itu masih diam. Hanya saja yang menjadi masalah adalah racun yang di keluarkan oleh monster itu mulia menyebar di udara. Mereka sebenarnya masih beruntung karena itu hanya monster tiruan, tapi tetap saja racun nya bisa melumpuhkan mereka walau tidak sampai mematikan. Jika pun ada kematian diantara mereka itu karena serangan fisik yang dilakukan oleh monster itu.
"Buat pelindung angin! Apa yang kau lakukan kenapa kau diam saja!" kata Alexander pada Edward yang masih diam padahal racun catoblepas mulai mendekat ke arah mereka.
"Leagan de vant!" kata Edward
Secara perlahan muncul angin yang mengelilingi mereka berempat dalam bentuk lingkaran. Angin itu terus berputar meluas ke atas hingga akhirnya membentuk kubah yang melindungi mereka berempat dari racun sang catoblepas. Racun yang di keluarkan oleh catoblepas tidak bisa masuk karena angin tersebut membelokan racunnya di luar kubah. Karena merasa racunnya tidak berguna, catoblepas itu mulai marah.
"Grondnadel!" kata Alexander, lalu muncullah kristal berwarna coklat dengan bentuk memanjang dengan kedua ujung yang runcing. Kristal-kristal tersebut kemudian melesat ke arah catoblepas dengan sangat cepat. Sebagian kristal itu mengenai sang monster, tapi efek kristal itu hanya bisa menggores si catoblepas, tidak sampai melukainya dengan parah.
"Kalian tidak ingin menyerang!" sindir Edward pada Glory dan Clyvon. Edward sendiri dia tidak bisa menyerang karena harus mempertahankan kubah angin miliknya. Kekuatan sihirnya cukup terkuras karena membuat kubah yang cukup besar. Dia bisa saja menyerang dengan melepas sebagian kekuatannya lagi, tapi itu akan mencurigakan terlebih dia hanya seorang siswa sekolah sihir tingkat tiga.
Clyvon mendengus kesal karena sindiran Edward, namun pada akhirnya dia mulai mengeluarkan sihirnya untuk menyerang catoblepas. Feierspill katanya, kemudian munculah busur dan anak panah di kedua tangan Clyvon. Dia cukup tahu kalau dia tidak bisa menyerang dengan jarak dekat jadi dia membuat sihirnya menjadi busur dan anak panah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Glory, dia juga membuat busur dan anak panah dengan sihirnya. Mereka berdua mulai memanah monster banteng tersebut.
Di sisi lain Alexander berhenti menyerang catoblepas dengan kristal tanahnya. Dia merasa sia-sia terus menyerang monster itu dengan kristal tanah karena hanya membuat luka gores di monster tersebut. Dia beralih menggunakan tameng tanah untuk menahan monster itu mendekat ke arah kubah angin yang diciptakan oleh Edward. Sebenarnya secara tidak langsung mereka melakukan kerja sama, hanya saja mereka tidak mau mengakui hal itu.
Sementara itu, kelompok David juga sudah bertemu dengan musuh mereka. Monster yang mereka hadapi adalah chimaera. Chimaera adalah makhluk hibrid dengan tiga kepala yaitu singa, kambing dan ular. Bagian badannya juga hibrid, bagian depan adalah singa, bagian tengah kambing dan ekor ular. Ketiga kepala chimaera dapat mengeluarkan napas api yang dapat membakar apapun yang ada di sekitarnya.
Berbeda dengan kelompok Edward yang lebih memilih bekerja sama melawan catoblepas, walau sebenarnya terpaksa. Kelompok David lebih memilih menyerang sendiri-sendiri. David melindungi dirinya dengan selubung air dan menyerang dengan bola-bola air berduri sambil sesekali menggunakan pedangnya. Harrold menyerang chimaera itu dengan cambuk api, sementara Jasmine dan Castela menyerang dengan panah angin.
Karena mereka menyerang sendiri-sendiri, kerusakan yang diakibatkan oleh pertarungan mereka pun cukup besar. Banyak sekali pohon yang terbakar di sekitar mereka karena napas api chimaera yang menyerang mereka membabi buta. Tapi hanya karena mereka menyerang sendiri-sendiri, bukan berarti mereka tidak bisa menaklukan chimaera itu. Buktinya adalah luka-luka yang terdapat pada tubuh chimaera tersebut. Terdapat banyak sekali luka pada chimaera tersebut, hanya saja hal itu belum bisa mengalahkan sang chimaera. Untuk mengalahkan chimaera mereka harus memenggal ketiga kepala sang monster. Mereka masih belum menemukan waktu yang tepat untuk memenggal kepala chimaera itu karena sang monster ternyata cukup cepat. Mereka melukai monster itu dengan harapan membuatnya sedikit melambat sehingga mereka bisa memenggalnya.
Dan benar saja, akibat luka-luka yang mereka ciptakan chimaera itu mulai melambat. Mereka berempat pada akhirnya mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepala sang chimaera sebelum monster itu beregenerasi menyembuhkan lukanya. David mengincar kepala tengah sang chimaera, Harrold mengubah cambuknya menjadi pedang, dia mengincar kepala kiri monster itu. Castela dan jasmine melakukan hal yang sama dengan Harrold hanya saja mereka mengincar kepala kanan sang monster. Mereka berempat memasang posisi siaga sambil mengawasi satu sama lain, mereka tidak ingin menyerang bersamaan karena itu merupakan hal yang bodoh. Mereka memang memenggal kepala sanga chimaera tapi mereka juga akan terluka karena serangan mereka mengenai anggota lain di kelompok itu.
Tapi sebelum mereka bergerak menyerang sang chimaera, hutan itu perlahan kembali lagi menjadi kelas mereka. Sepertinya waktu yang diberikan oleh guru mereka sudah selesai. Tapi karena terlalu fokus pada musuh mereka justru diam pada posisi siaga mereka. Ricky yang melihat itu terkikik geli melihat kelakuan murid-muridnya. Kebanyakan dari mereka berpose dengan kedua tangan di dekat bahu seolah mereka memegang pedang. Dan banyak dari baju murid-muridnya yang compang-camping, walau tidak separah pada saat Ryuzaki memindahkan mereka secara tiba-tiba ke hutan dulu. Dan untungnya mereka hanya mengalami luka gores, dan tidak ada yang terluka parah.
Setelah memastikan semua siswanya kembali, dia meminta para siswanya untuk berganti baju dan menyembuhkan luka-luka mereka di uks. Dia memang sudah memperingatkan para siswa untuk membawa seragam ganti, untuk mengantisipasi jika hal ini terjadi. Dia belajar dari pengalamannya dulu sebagai siswa, dia juga sering mengalami seragamnya compang-camping saat melakukan praktek pertahanan sihir hitam. Karena itu dia memperingatkan para siswanya untuk membawa seragam ganti.
***
Ryuzaki berkeliling istana Kerajaan Lunar, dia berkeliling untuk menikmati suasana di kerajaan ini. Dia mungkin belum lama pergi dari istana ini, hanya saja terkadang pemandangan di kerajaan ini selalu bisa membuatnya rindu. Awalnya dulu dia bingung kenapa Andrew ingin membangun rumahnya di sini. Ya rumah, sejak awal Andrew tidak berencana menjadi seorang Raja. Dia hanya ingin beristirahat dengan tenang sehingga memilih hutan Ris sebagai tempatnya membangun rumah. Akan tetapi Edward menentang hal itu, dia bilang jika Andrew tidak bersamanya di Kerajaan Valk maka dia juga harus mempunyai kerajaan sendiri. Dan sayangnya hal itu juga di setujui oleh David, dia bahkan melepaskan sebagian tanah kerajaannya untuk pembangunan istana Kerajaan Lunar. Dan begitulah akhirnya Andrew menjadi seorang Raja. Meski itu bukan keinginannya, dia tetap melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kadang dia juga merasa tidak mengerti jalan pikiran Andrew, kenapa dia pada akhirnya setuju memerintah sebuah kerajaan. Kenapa dia selalu berkorban untuk orang lain, kenapa dia tidak bisa mementingkan kepentingan dirinya daripada orang lain. Kejadian ini pun dia bisa memprediksinya. Andrew memang terlihat aneh beberapa hari belakangan ini. Dia memang tidak ada di kerajaan, tapi dia masih berkirim surat dengan Andrew jadi dia tahu apa saja masalah sahabatnya itu. Tentang semua mimpi buruknya, tentang bagaimana dia terbangun tengah malam karena mimpi yang mungkin saja menjadi sebuah kenyataan di masa depan. Sahabatnya hanya terlalu baik, karena itu dia selalu merasa harus berada di pihak Andrew apapun yang terjadi. Meskipun dia tahu mungkin tidak bisa selamanya dia seperti itu.
"Siapa yang mengijinkanmu pulang? Bukankah tugasmu itu menjaga perbatasan! Bukankah sudah ku bilang jangan karena kau adalah murid dari teman Yang Mulia Raja tidak berarti kau bisa bertindak seenaknya!" sebuah teriakan menghentikan perjalanan sekaligus lamunan Ryuzaki, tak lama setelah teriakan itu dia mendengar suara benturan lumayan keras. Dia yakin orang ada orang yang di pukul oleh orang yang berteriak itu. Dan dia tahu jelas itu suara siapa, itu adalah suara menteri pertahanan Brayan Carrington. Semua orang di istana tahu kalau Brayan memendam dendam kepada Ryuzaki karena merasa dipermalukan di kalahkan di depan umum. Awal cerita pertarungan mereka terjadi adalah karena Brayan merasa di remehkan oleh para menteri yang lain. Banyak yang mengejeknya kalau dia tidak berhak menjadi menteri pertahanan karena dia bukanlah orang terkuat di Kerajaan Lunar. Para menteri yang lain merasa kalau Ryuzaki lah yang seharusnya menjadi menteri pertahanan, karena dia kuat dan juga cerdik. Karena kesal dia menantang Ryuzaki untuk berduel dengannya, dan berakhir dengan dia kalah telak oleh Ryuzaki.
Setelah kejadian itu, dia jadi sering menyalahgunakan kekuasaanya. Dia mengirim semua prajurit dan panglima yang pernah diajar oleh Ryuzaki untuk menjaga perbatasan. Dia melakukan itu supaya para prajurit itu tidak menjelek-jelekan dia di belakangnya. Cukup kekanak-kanakan memang, tapi para prajurit itu tidak bisa melawan karena dia adalah atasan mereka.
"Yang Mulia Ratu memerintahkan saya untuk kembali tuan!" jawab orang yang diteriaki oleh Brayan. Dari suaranya dia yakin kalau orang itu adalah Vromme, dia cukup tahu suara Vromme karena suaranya yang berat dan berbeda dengan orang lain.
"Meski begitu kau seharusnya mengirim surat padaku! Kau tahu para menteri mulai membicarakanku karena tidak bisa mendidik orang rendahan sepertimu!" marah Brayan. Dia marah karena dianggap tidak becus, sampai anak buahnya kembali dia sama sekali tidak tahu.
"Maaf! Yang Mulia Ratu meminta saya untuk menyelidiki sesuatu jadi dia meminta saya kembali tanpa pemberitahuan!" jawab Vromme
"Kau sudah berani...."
"Apa salahnya kembali tanpa pemberitahuan! Lagipula jabatan sang ratu jauh lebih tinggi daripadamu, jadi wajar dia langsung kembali! Jika kau ingin menyalahkan orang, salahkan sang ratu. Itupun jika kau berani!" potong Ryuzaki seolah menantang Brayan, hal itu membuat sang menteri tidak bisa menjawab. Dia hanya diam sambil menatap Ryuzaki tajam, dia memang tidak berani mengusik Ryuzaki selain karena Ryuzaki lebih kuat darinya dia juga adalah sahabat sang raja.
"Karena kau sepertinya sudah selesai dengan mereka, jadi mereka bisa keluar bukan!" kata Ryuzaki semakin membuat Brayan kesal. Tapi dia tetap tidak bisa menjawab Ryuzaki.
"Apa yang kalian lakukan ayo pergi!" kata Ryuzaki sambil berlalu dari ruangan itu, diikuti oleh Vromme dan temannya.
Pada dasarnya yang dipanggil oleh Brayan memang dua orang yaitu Vromme dan temannya yaitu Ransley. Akan tetapi semua orang di istana itu tahu yang akan di marahi hanyalah Vromme. Kenapa? Hanya Brayan yang tahu kenapa. Tapi yang pasti sejak awal dia memang tidak suka dengan Vromme. Karena itu Vromme sering menjadi kambing hitam Brayan jika ada masalah pertahanan yang terjadi.
Setelah keluar dari ruangan itu, Vromme dan Ransley terus mengikuti Ryuzaki. Hal itu membuat Ryuzaki menjadi risih, tapi dia juga tidak mengatakan hal itu pada kedua orang tersebut. Dia terus melanjutkan kegiatannya mengelilingi istana dengan harapan kedua 'ekor' yang mengikutinya akan hilang nanti. Dia terus berjalan sampai akhirnya sampai di taman istana. Di sana dia melihat Nicole yang sepertinya sedang memeriksa beberapa dokumen kerjaan. Ryuzaki bermaksud menghampiri Nicole dengan niat jail yang sudah dia rancang semenjak dia melihat istri sahabatnya itu. Ryuzaki sepertinya terlalu fokus dengan ide-ide jail di kepalanya sampai dia tidak menyadari Vromme dan Ransley sudah tidak mengikutinya lagi. Kedua orang itu diam terpaku tidak jauh dari taman istana. Lebih tepatnya Vromme terpaku melihat Nicole, sementara Ransley lebih memilih diam memperhatikan temannya itu.
Di sisi lain, dua kerajaan lain yaitu Valk dan Luce justru sedang melakukan rapat darurat. Keadaan tegang sangat terasa di aula kedua kerajaan tersebut. Raut dingin tercetak jelas di wajah David, Edward dan Rania, para menteri mereka mendesak sesuatu yang memberatkan bagi kedua raja kerajaan besar tersebut.
"Kami menginginkan penaklukan Kerajaan Lunar!"
TBC