Vano dan Anton memesan minuman, Mereka terlihat asyik berbicara dengan Sella, Mayra merasa seperti obat nyamuk, Melihat Mayra yang mulai tidak nyaman membuat Anton mengajaknya berbicara.
"Hai, Kita belum kenalan secara formal" Anton menjulurkan tangannya.
"Oh iya, Mayra"
Mayra menjulurkan tangannya.
"Anton"
"Antono kali" Jawab Sella sambil tertawa.
"Udalah Sel, Gak usah cari gara gara, Oh ya Ini temen gue sekaligus bos kita Vano"
Meski begitu Vano hanya diam seperti tidak mendengar apapun, Dia hanya memainkan gelas minumannya sambil mendengarkan musik.
"Sombong banget nih manusia" Batin Mayra
" Oh iya May ceritain dong tentang diri kamu sama kita,Kan sekarang kita bakal jadi partner kerja" Tanya anton.
"Oh iya aku Mayra, Aku masih pegawai magang sih di Salim Group, Itupun berkat bantuan kak Sella aku ditempatkan di devisi Staff keuangan, Tapi aku yakin bisa kompeten dibidang itu soalnya aku juga baru selesai studi di Singapore management university"
" Wow keren dong May, Kamu pasti bisa" Jawab Anton.
"Gak yakin gue, Modelan anak mami gini pasti gak akan betah kerja" Tiba tiba Vano menimpali.
Sella dan Anton sampai kaget melihat Vano yang tiba tiba mendadak bicara.
Sedangkan Mayra hanya menelan salivanya saja, Tapi dia berusaha acuh terhadap ucapan Vano.
"Kenapa sih kak Nayra bisa suka sama manusia model begini, Gak ada manis manis nya. Beneran ngeselin banget nih orang, Kalo gak mikirin rencana gue uda kubalikin nih table" Batin mayra terkekeh dalam hatinya.
Anton yang melihat situasi mulai panas mulai mencari cara agar situasi kembali kondusif, Ditarik nya tangan Sella untuk mengajaknya menari.
"Ayo Sell, Nari bareng gue"
Sella yang kaget ditarik oleh Anton terpaksa mengikuti Anton.
Dimeja hanya tersisa Mayra dan Vano, Mayra bingung harus melakukan apa dia hanya diam sambil berpura pura melihat kesana kemari.
Tiba tiba terdengar suara orang bertengkar ternyata Anton sedang berkelahi dengan seseorang.
Vano mendatangi dan membantu Anton dan Sella, Lelaki itu jatuh karena di pukul oleh Anton. Vano pun mengajak agar mereka kembali saja agar tidak memancing keributan yang lebih parah.
Sella pun menarik tangan Mayra.
"Ayo May, Kita pulang aja uda gak enak nih tempat"
Begitu juga Vano dan Anton mereka berempat keluar dengan tergesa gesa.
Sesampai nya di halaman club mereka dihadang oleh enam pria, Ternyata pria yang dipukul oleh Vani tadi mengajak teman teman nya untuk mengeroyok Anton, Karena bingung mereka pun kabur dengan berlari tanpa sengaja Vano menarik tangan Mayra sedang kan anton menarik tangan Sella, Mereka pun berpencar.
Vano yang berlari sambil menarik tangan Mayra.
"Ayo cepat!"
"Kakiku sakit, Aku gak bisa lari dengan heels ini" Jawab Mayra.
"Yauda lepas saja sepatumu itu!"
Mayra pun melepaskan sepatunya sambil berlari.
Mereka masuk ke gang kecil dan terus berlari sekuat tenaga, Mayra sudah tidak kuat lagi sedang kan tiga orang mengejar mereka sudah cukup jauh.
Mereka melihat ada sumur tua warga dan bersembunyi dibaliknya.
Tanpa sengaja Vano menyembunyikan kepala Mayra di dadanya.
Entah kenapa mayra merasa jantungnya berdegup kencang, Dia dapat melihat wajah Vano dengan begitu dekat.
Vano yang masih sibuk melihat ketiga orang itu tidak sadar tubuh mereka sudah begitu sangat dekat, Hingga akhirnya ketiga orang yang mengejar mereka berlalu, Vano baru bernafas lega.
Ketika sadar Mayra ada di pelukannya, Dia pun langsung melepas kan Mayra.
"Maaf! " Ucapnya.
"Tidak apa, Makasi" Ucap Mayra.
Mereka pun bergegas keluar.
Tiba tiba
"Aww, Aduh sakit banget" Teriak Mayra.
"Kenapa?" Tanya Vano.
"Kakiku seperti nya menginjak sesuatu"
"Coba aku lihat!"Tanya Vano.
"Ya Tuhan kakimu menginjak pecahan kaca, Darah nya banyak sekali pasti ini luka nya lebar"
Mayra yang kesakitan memegangi kakinya.
Sebentar Vano melihat lihat disekitar tidak ada orang sama sekali karena sudah pukul dua belas malam lewat pasti semua warga sudah tidur, Dia melihat ada kain di jemuran yang tergantung, Diambilnya saja lalu dia ikat pada kaki Mayra, amayra melihat kepiawaian Vano mengobati luka nya sempat luluh.
"Darahnya sudah berhenti, Sebaiknya kita balik ke mobil biar saya antar kamu pulang supaya kamu bisa obati kakimu di rumah"
"Baiklah"
Mayra pun mulai berjalan tapi rasa perih yang hebat membuat nya susah berjalan bahkan sangat lambat dan terbata bata.
Vano yang melihat Mayra kesusahan berjalan bingung harus melakukan apa, Untuk memegang tangannya pun dia tidak berniat, Tetapi kalau seperti ini mereka pasti lama sampai ke mobil, Vano takut ketiga orang tadi kembali akhirnya dengan berat hati.
"Ayo ku gendong! "Ucap Vano.
"Gak usah, Aku bisa kok jalan pelan pelan" Jawab Mayra kaget dengan tawaran Vano.
"Aku juga males gendong kalau kamu gak lambat, Nanti mereka kembali gimana memangnya kamu bisa lari?"
Mayra yang ketakutan pun memikirkan tawaran Vano.
"Ini kesempatan yg baik buatku untuk sangat dekat dengannya, Aku yakin semakin kami dekat dia pasti akan luluh kepadaku" Batin mayra.
"Baiklah"
Sebenarnya Vano sangat gugup dia belum pernah berada di situasi seperti ini, Apalagi harus menggendong seorang wanita, Tapi demi keselamatan mereka berdua dia pun mengangkat Mayra di punggungnya, Dia merasakan d**a sintal milik Mayra berada di pundaknya, Begitu juga paha putih mulus Mayra yang dipegang olehnya, Dan tangan Mayra mengalungkan di lehernya, Jantung nya berdesir.
"Perasaan aneh apa ini" Batinnya.
Meskipun begitu dia tetap berpura pura tenang.
Sedangkan Mayra tidak berbeda jauh dengan Vano jantungnya berdegup kencang baru kali ini dia merasakan sentuhan seorang pria dengan begitu dekat, Dihirup nya aroma parfum dari tubuh Vano membuat jantungnya benar benar ingin berhenti.
"Aku tidak boleh terpengaruh apalagi menyukai dia, Aku lakukan ini semua demi kak Nayra, Demi membalaskan rasa sakit yang dia berikan pada kak Nayra" Batin Mayra.
Mayra pun berusaha berbicara pada Vano agar rasa gugup nya tidak dirasakan oleh Vano.
"Kenapa sih kita harus lari, Kenapa tidak dilawan saja? "Tanya Mayra.
"Mereka itu ber enam, Lagian kalian itu wanita bagaimana ketika kami melawan yang lainnya, Sebagian yang lain mengganggu kalian" Jawab Vano.
"Oh kukira karena kalian tidak bisa berkelahi" Jawab Mayra sambil tertawa.
"Siapa bilang? Tentu saja aku bisa berkelahi, Aku itu adalah pemegang sabuk putih"
Mayra tertawa.
"Pede banget sih pak CEO"
"Bukan pede memang itu kenyataannya" Vano pun menjawabnya sambil tersenyum dia bahkan tidak sadar sudah berbicara banyak dengan Mayra.
"Oh iya Pak Vano yg terhormat, Saya minta maaf ya karena pertemuan pertama kita sangat tidak baik, Saya menginjak kaki bapak dua kali"
"Saya maafkan, Tapi saya tetap akan membuat perhitungan sama kamu" Ancam Vano.
"Perhitungan apa sih, Bapak mau balas dendam dengan saya?" Tanya Mayra.
"Iya dong" Jawab Vano dengan senyum tipis di wajahnya.
"Perhitungan seperti apa pak? Kenapa saya jadi parno gini sih"
"Entar kamu juga tau, Tunggu saja" Jawab Vano.
Mereka pun hanya tersenyum sambil berjalan. Entah kenapa Mayra merasa Vano bukanlah pria yang jahat, Dia hanya menjaga jarak saja dengan semua orang, Beberapa detik Mayra merasa Vano adalah orang yang berhati lembut namun cepat dia yakin kan dirinya bahwa Vano tetaplah orang jahat yang sudah menyakiti kakaknya.
Tak terasa mereka sampai di parkiran, Dan Vano mempersilahkan Mayra untuk masuk ke mobil, Ini kali pertama dia berduaan dengan seorang wanita di dalam mobil.
"Astaga gimana dengan keadaan kak Sella dan pak Anton? " Mayra sampai lupa dengan mereka berdua begitu juga Vano.
"Tenang saja mereka juga pasti selamat, Coba kamu hubungi saja si Sella" Suruh Vano.
Mayra langsung mengambil handphone nya lalu menelpon Sella.
"Halo kak Sella? Kakak gimana?"
" Iya May, Aman kami juga lepas dari para pria b******k itu, Sekarang aku dan Antono sedang makan nasi goreng pinggir jalan" Jawab Sella sambil tertawa.
"Oh syukur la Kak, Kami juga uda selamat, Sekarang aku mau diantar pulang sama pak Vano"
" Ok May, Sorry banget ya malam ini bukannya happy malah ketiban sial, Ini pasti karena ketemu si Antono" Sella tertawa terdengar suara Antono yang mengomel.
"Ok kak"
Mayra pun mematikan teleponnya.
Sekarang hanya ada Mayra dan Vano didalam mobil, Vano dengan fokus mengendarai mobilnya sedangkan Mayra hanya menatap keluar jendela, Tanpa ada suara apapun. Sekarang entah apa yang ada dipikiran mereka masing masing hanya Tuhan lah yang tahu.