Diperjalanan Mayra dan Vano masih belum ada yang mau berbicara, Akhirnya Vano pun memulai percakapan.
"Ngomong ngomong rumah kamu dimana kita uda di pusat kota, Biar saya antar kamu pulang" Kata Vano.
"Antar saya ke RS.Murni saja pak" Jawab Mayra.
" Loh malam malam gini kamu mau berobat"Tanya Vano keheranan.
"Iya Pak, Kebetulan saya punya abang dokter di RS tersebut saya ingin minta diobati dulu lalu minta diantar abang saya pulang, Abang saya kebetulan malam ini shift malam. Lagian besok hari pertama saya bekerja, Kaki saya harus sembuh"
"Oh begitu, Kalau belum sembuh tidak perlu dipaksa ke kantor besok, Nanti saya suruh Anton untuk mengatur semua nya"
"Iya Pak" Jawab Mayra.
Setelah sampai di RS Vano menyuruh Mayra memakai sendal jepit miliknya yang selalu ada dimobil.
Awalnya Mayra menolak tapi tidak mungkin dia masuk RS dengan bertelanjang kaki, Dia pun mengiyakan.
Setelah keluar dari mobil Mayra pun mengucapkan Terima kasih dan mengatakan satu hal yang membuat Vano salah tingkah.
"Pak Vano, Apa anda punya pacar?" Tanya Mayra sedikit membungkuk kearah jendela mobil Vano.
"Pertanyaan apa itu, Saya buru buru, Sudahlah masuk sana obati kakimu itu" Jawab Vano dan langsung menutup kaca mobilnya.
Vano langsung tancap gas.
"Aneh banget memang si Vano, Pertanyaan simpel begitu aja susah dijawab" Mayra menggelengkan kepalanya dan berlalu memasuki rumah sakit untuk menjaga Nayra. Syukur dia bisa berbohong tadi kepada Vano.
Dimobil Vano masih memikirkan pertanyaan Mayra tadi dia memegang dadanya seperti merasakan sesuatu.
"Kenapa aku begini, Kenapa bersama Mayra aku tidak benci ataupun jijik, Bahkan rasanya ingin berlama lama, Apa maksud pertanyaan bodoh nya tadi!" Batin Vano.
Sedangkan Mayra yang sudah di dalam rumah sakit kesulitan mencari dokter jaga untuk mengobati kakinya karena sudah pukul satu malam, Setelah bertanya kepada suster ternyata masih ada dokter yang berjaga. Mayra pun menjumpai dokter tersebut.
Mayra menyapa dokter dan segera menaiki tempat tidur pasien agar kakinya diperiksa, Ketika dokter bertanya, dokter itupun kaget.
"Mayra kan!"
"Iya dokter, Kok tau nama saya?" Jawab Mayra.
"Ini aku loh May, Okin! "
"Ah mas Okin ya, Astaga aku sampek gak ngenalin loh mas"
Okin adalah mantan pacar Nayra saat SMA Okin memang lebih tua lima tahun dibanding Nayra, Dulu Mayra cukup dekat dengan Okin karena Okin adalah pacar kakaknya saat itu Mayra masih SMP, Jadi mereka sering mengajak Mayra ke mall ataupun sekedar nonton bioskop, Pokoknya dulu Mayra selalu menjadi obat nyamuk diantara Nayra dan Okin.
Okin dan Nayra putus semenjak Nayra kuliah sepertinya penyebab nya tidak lain tidak lah bukan karena Nayra jatuh hati pada Vano yang saat itu seumuran dengan dirinya berbeda dengan Okin yang sudah cukup dewasa saat itu, Apalagi saat ini dia sudah menjadi seorang dokter.
"Jadi sekarang mas Okin uda fix jadi dokter, Hebat banget mas, Uda lama ya kita gak jumpa sampe aku gak ngenalin loh"
"Kamu juga May, Aku aja tadi hampir gak ngenalin kamu, Untung ada tahi lalat di pipimu yang bikin aku yakin, Kamu cantik sekali ya sekarang dulu masih sering ingusan" Okin pun tertawa.
"Ngomong ngomong kakimu kenapa? malam malam gini kerumah sakit, Sama siapa kamu kemari? "
"Aku sendirian mas, Tadi sebelum mau kemari aku ada sedikit kecelakaan" Jawab Mayra.
"Loh mau kerumah sakit kamu ngapain? Siapa yang sakit? "
"Kak Nayra mas, Kak Nayra koma!"
"APA!!! Kenapa dengan Nayra May? Apa yang terjadi. Dimana ruangannya? Yasudah aku obati dulu lukamu baru kita lihat dia kesana ya"
Okin pun membalut luka Mayra, Syukurnya luka nya tidak parah, Setelah mereka beranjak menuju kamar Nayra.
Okin menutup mulutnya melihat kondisi Nayra.
"Kenapa bisa begini May?" Tanya Okin.
"Ceritanya panjang mas, Aku gak bisa cerita sekarang, Tolong mas bantu bantu liat kak Nay ya? "
"Iya May yasuda kamu istirahat besok aku akan kemari lagi melihat keadaan kalian"
Akhirnya mayra pun kembali duduk disamping Nayra, Dia pun terlelap disamping Nayra.
Pagi tiba, Okin berencana untuk kembali melihat Nayra dan Mayra, Dia membuka pintu secara perlahan benar saja Mayra masih tertidur dia melihat wajah Mayra, Dia tidak menyangka Mayra yang dulu berbeda sekali dengan Mayra yang dilihat nya sekarang, Wajahnya berseri, Bibirnya yang ranum, Hidung nya yang kecil,Rambut yang terurai panjang, Kulit yg putih, Dan bentuk tubuh yang ideal membuat Okin menelan saliva nya, Ternyata Mayra yang dulu sering kuledek tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
Okin pun berusaha membangun kan Mayra, Dia menepuk bahu Mayra dengan pelan, Mayra pun akhirnya sadar dari tidurnya.
"Mas Okin, Uda jam berapa mas?"
" Jam tujuh May, Ayok sarapan"
"Ah jam tujuh aku harus ke kantor mas"
Mayra buru buru melihat telepon genggamnya dan sudah ada pesan dari Sella.
"Mayra sebaiknya kamu besok saja mulai bekerja, Tadi Anton bilang kalau kakimu terluka semalam karena berlarian dengan pak bos, haha yauda istirahat aja dulu ya semoga lekas sembuh"
"Ah syukurlah aku memang sangat lelah, Yauda mas ayok ke kantin aku memang sangat lapar sih, Aku uda ijin gak ngantor hari ini"
"Kak Nay, Mayra keluar bentar ya, Kakak baik baik disini" Diusap nya rambut sang kakak.
Mereka pun pergi menuju kantin, Sesampainya dikantin mereka hanya membicarakan hal ringan saja tapi Okin tidak berani menyinggung masalah Nayra, Karena dia sudah bertanya pada dokter yang merawat Nayra ternyata dia overdosis karena menelan obat tidur terlalu banyak. Meskipun begitu Okin tidak mau ikut campur meskipun Nayra adalah orang yang pernah di cintainya, Sekarang dia tidak memiliki perasaan apapun lagi padanya.
Suara handphone Mayra berdering.
"Halo Pa?"
"Kamu dimana sayang, Papa di rumah sakit ini tadi dari bandara Papa langsung kemari, Papa khawatir sama kakakmu"
"Tenang Pa, Kak Nay sudah banyak kemajuan kata dokter kita berdoa aja ya, Aku ini di kantin sama mas Okin, Papa kemari kita sarapan bareng, Sepertinya suster juga sedang membersihkan tubuh kak Nay"
"Baiklah sayang"
Akhirnya papa pun menemukan Mayra dan Okin yang sedang sarapan bersama.
"Okin, ini kamu? Uda jadi orang hebat kamu ya"
"Gak la om, Masih dokter magang aja aku om, Om la orang hebat punya perusahaan dimana mana"
"Kamu bisa aja sih, Kenapa Papa dan Mamamu gak pernah ke rumah lagi, Kalian ini kenapa langsung hilang kontak sih"
"Gak la om, Mungkin karna Mama dan Papa sama sama sibuk makanya gak kerumah om lagi"
Akhirnya mereka sarapan bersama bercerita tentang perjalanan Okin menjadi dokter sampai mereka lupa membicarakan Nayra, Sebenarnya Okin memang sengaja dia tidak mau mengungkit masalah yang menimpa Nayra.
Okin kembali bekerja sedangkan Mayra dan papanya kembali keruangan Nayra, mereka ingin melihat kondisi Nayra.
Papa sangat terlihat sedih, Mayra pun meletakkan kepala nya dipundak sang Papa.
Mereka saling menguatkan satu sama lain.
"Gimana Pa masalah perusahaan di Bali?"
"Sudah aman, Semua sudah terkendali yang melakukan korupsi juga sudah diamankan sayang"
"Syukurlah Pa, Aku yakin Papa pasti bisa beresin masalah itu, Masalah apa sih yg gak bisa diberesin Papaku" Goda Mayra ke sang papa.
Membuatnya sang papa kembali bisa tersenyum.
"Oh ya Pa, Mayra mau bilang kalau Mayra akan menyelidiki masalah kak Nayra, Itu sebabnya mulai besok Mayra akan bekerja di kantor kak Nayra"
"APA!!! Kamu ini apa apaan Mayra kamu gak lihat kakakmu terbaring seperti mayat hidup, Untuk apa lagi kamu berurusan sama manusia itu"
"Tolong Pa, Cuma ini yang bisa kita lakukan, Kita harus tau siapa penyebab ini semua, Kalau pria itu melakukan sebuah kesalahan dia harus dihukum Pa, Aku gak mau dia enak enak disana sedangkan kak Nayra menderita"
"Papa gak setuju, Biar Papa yang selidiki kamu gak perlu ikut campur, Papa gak mau kamu sampai kenapa kenapa"
"Please Pa, Kali ini percaya sama Mayra, Mayra mohon Pa. Papa tenang aja Mayra bisa menyelesaikan semua masalah ini, Mayra akan berjuang dan Mayra akan tetap kuat"
Mayra terus membujuk sang Papa, merengek dan terus menangis dihadapan sang Papa, Akhirnya Papanya pun luluh dan mengijinkan Mayra mencari tau, Asal dia tetap waspada.