Libby tak menyangka keputusannya berjalan~jalan sendiri untuk memamerkan mobil barunya berakhir bencana baginya. Awalnya dia tak menyadari, ada satu mobil yang terus membuntuti mobilnya. Sesaat setelah Libby melewati jalan yang agak sepi, mobil itu menabraknya dari belakang!
"Haiiish, minta dihajar nih orang!" geram Libby. Gadis itu membuka pintu mobilnya dan mengetuk kaca mobil di belakangnya.
"Pak, Bu, Mbak, Mas ... buka!" bentaknya galak.
Jendela mobil itu perlahan terbuka dan menunjukkan sesosok wajah didalamnya. k*****t, itu si tindik! Firasat Libby langsung tak enak, dia bergegas kembali ke mobilnya. Namun langkahnya segera dihadang oleh si tindik yang dengan tangkasnya keluar dari mobil. Mulut Libby dibekap saputangan lembap. Libby berusaha memberontak, namun sesaat kemudian kesadarannya menghilang. Ternyata saputangan itu mengandung obat bius!
***
Saat tersadar Libby telah terikat di kursi. Dia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, namun hanya kegelapan yang ada. Sial, Libby baru sadar. Wajahnya ditutupi karung hingga ke pinggang. Ketakutan mulai merayapi hatinya, mengapa lagi~lagi dia tertimpa masalah?! Ini semua karena dia tak sengaja menjadi saksi mata transaksi n*****a sialan itu!
Tengah Libby menyesali nasibnya, ada yang membuka karungnya. Sekejab mata Libby terasa silau terkena cahaya lampu. Ketika bisa menyesuaikan dengan penerangan di sekitarnya, Libby ternganga melihat siapa yang membuka penutupnya.
Pretty bertanya sambil membuka ikatan di tangan dan kaki Libby, "lo baik?"
Libby mengangguk. "Pretty, mengapa lo bisa ada disini?"
"Gue kebetulan melihat kejadian penculikan lo, gue mengikuti kalian kemari. Kebetulan sekarang mereka makan di ruang sebelah, buruan kita kabur," bisik Pretty.
Libby mengangguk. Baru saja dia berdiri, kakinya terasa sakit. Hampir saja Libby menjerit keras, untung Pretty menutup mulutnya dan memberi kode.
"Pssst!" Pretty melirik ke ruang sebelah.
Setelah Libby mengangguk, baru Pretty membuka tangannya.
"Pret, sepertinya kaki gue terkilir saat jatuh tadi. Sakit banget! Gue gak bisa jalan cepat," keluh Libby dengan wajah mengernyit menahan sakit.
Sementara itu di ruang sebelah para b******n itu tengah bersiap-siap kembali ke tempat mereka. Libby menatap bingung.
"Pret, sepertinya gue gak bisa lari. Ikat gue saja, lo lari sendiri. Buruan sebelum mereka kemari!"
Pretty tak menghiraukan ucapan Libby, dia justru sibuk membuka bajunya. Tentu saja Libby keheranan.
"Pret, lo mau ngapain? Disaat genting begini lo malah mau love training?"
"Libby, buruan buka baju lo! Kita tukar baju!" desis Pretty cepat.
Libby justru melongo melihat tubuh Pretty. Ih, siapa yang menyangka di balik sosok kemayu ini tersimpan otot~otot yang maskulin? Perut Pretty sixpack, lengannya berotot. Gila! Tubuh Pretty indah sekali, sangat macho.
Pretty mendecih kesal melihat Libby cengo seperti orang tersirap. Tanpa permisi dia berinisiatif membuka kancing baju Libby. Libby tersadar seketika.
"Pretty, jangan lakukan. Kita di sarang mereka, mengapa elo malah buka~bukaan baju ...."
"Diam Libby, cepat lepas baju lo dan pakai baju gue!"
Tangan Pretty agak gemetar saat membuka kancing terakhir, tubuh Libby telah terekspos menunjukkan keindahannya. Bagaimanapun dia itu cowok, perasaannya menjadi amburadul menyaksikan apa yang terpampang didepan matanya. Buru~buru Pretty memakaikan bajunya pada Libby. Tak lama kemudian mereka telah bertukar pakaian.
"Libby, sekarang pergilah!"
"Tapi Pret, kaki gue sakit. Mending gue yang disini, gue gak bisa lari," protes Libby.
Pretty menatap Libby gemas, lalu tiba~tiba dia mengecup kening Libby.
"You can do it, Girl! Jalanlah secepat lo bisa, tahan sakit lo. Gue tetap disini untuk mengalihkan perhatian mereka. Sebisa mungkin gue akan mengulur waktu supaya lo bisa menjauh dari sini," bisik Pretty lembut.
Libby merasa terharu. Astaga, Pretty akan berkorban demi dirinya! Namun ini tidak adil buat sobatnya.
"Pretty, ayo kita lari bareng," ajak Libby dengan mata berkaca~kaca.
"Bodoh! Dengan keadaan kaki lo seperti itu, kita bakal tertangkap. Sudahlah, jangan khawatir, gue bisa jaga diri. Buruan pergi sekarang, Libby! Gue bakal marah banget kalau lo gak patuh kali ini!" ancam Pretty.
Libby berjalan tertatih~tatih meninggalkan gudang. Setelah Libby pergi, Pretty bergegas menutup wajahnya dengan karung dan mengikat tangannya asal. Bertepatan waktunya saat kawanan penjahat itu mulai berdatangan.
"Kenyaaang!!" seru salah seorang dari mereka.
"Sekarang saatnya mengeksekusi tawanan kita," timpal yang lain.
"Heh, katanya si Jarot yang ingin membunuhnya, makanya dia dibiarkan sampai sadar dulu. Kalian tahu, kan, si Jarot psikopat itu paling suka melihat mangsanya ketakutan dan menderita sebelum dibunuh."
Mereka terkekeh bersama. Terdengar sangat menjijikkan.
"Tapi boleh, kan, kita garap si cantik itu sebelum dibunuh? Sayang gak dimanfaatkan!"
"Iya, habis makan kenyang, jadi nafsu pengin main."
Rex meradang mendengarnya, b******n! Untung dia telah menggantikan posisi Libby. Rex bersiap menyerang begitu karung yang menutupinya terbuka. Namun saat penutupnya terbuka dan Rex bersiap menyerang, ekor matanya menangkap sosok tubuh Libby. Mengapa cewek itu kembali lagi? Pretty jadi tak leluasa beraksi bak jagoan. Diam-diam dia mengawasi Libby yang berjalan tertatih~tatih sambil mengangkat satu peti, cewek itu mengendap~ngendap di belakang tiga b******n yang menghadap kearah Pretty.
"Hah?! Mengapa tawanan kita berubah menjadi cowok cantik?"
Brak!
Libby memukul salah satu penjahat itu dengan peti yang diangkatnya. Penjahat itu langsung pingsan di tempat. Seorang temannya berniat menyerang Libby, Pretty segera menjegalnya dengan keras. Orang itu jatuh tersungkur ke lantai, kepalanya membentur meja besi didepannya. Dia pingsan seketika.
Tinggal satu orang lagi. Orang itu memilih menyerang Libby daripada menangani Pretty yang dipikirnya masih terikat. Libby terjatuh diserang olehnya dan orang itu mencekik leher Libby dengan keras. Sementara itu, Pretty telah melepas ikatannya. Dia mengangkat peti kemasan yang tadi dilempar Libby.
Brak! Dia membantingnya tepat diatas kepala penjahat itu. Korban ketiga mereka telah jatuh.
"Yeaaah!" seru Pretty riang. "Satu sama, Libby."
Libby menyengir mendengarnya.
"Bantu gue berdiri, Pret. Kaki gue sakit," pinta Libby sembari mengangsurkan tangannya.
Boro~boro menyambut tangan Libby, Pretty justru berjongkok membelakangi Libby.
"Cepat Say, gue gendong lo," perintah Pretty.
"Tapi gue berat, Pret! Gue bisa jalan sendiri."
"Lebih cepat gue gendong daripada lo jalan. Ayo, buruan!"
Meski merasa tak enak hati, akhirnya Libby bersedia digendong Pretty. Cocan itu berjalan cepat setengah berlari meninggalkan gudang.
"Sial!" maki Pretty pelan.
"Mengapa?"
"Mereka menemukan motor gue. Libby, mending kita menerobos hutan saja, setelah itu cari pertolongan di ujung jalan sana."
Libby hanya bisa mengangguk. Dia pasrah, mau bagaimana lagi? Kakinya semakin sakit, berdenyut, dan kini terasa kaku.
Pretty berjalan cepat memasuki hutan sambil menggendong Libby. Mereka tiba di tengah hutan dan menemukan si tindik alias Jarot yang sedang mengubur sesuatu. Sontak Pretty bersembunyi dibalik kerumunan semak~semak yang lebat. Dari sana mereka mengamati apa yang dilakukan psikopat itu.
"Dia mengubur korbannya disini," bisik Libby pelan.
Pretty mengangguk. "Biadab! Dia memutilasi korbannya dan menguburkan anggota tubuhnya secara terpisah," gumam Pretty gusar.
Kring ... kringg .... Mendadak ponsel si tindik berbunyi.
"Hallo," sambut Jarot.
" ....."
"Apa?! g****k kalian! Mengapa bisa lepas?! Cari sampai dapat!"
"....."
"Gue gak melihat sesuatu yang mencurigakan disini! Pokoknya gue gak mau tahu, kalian harus cari sampai dapat!"
Selesai menutup telponnya, si tindik memaki~maki. "b*****t! Gue sudah menangkap susah~susah, mereka enak saja membiarkan gadis itu kabur!"
Si tindik berjalan mendekati tempat persembunyian Pretty dan Libby. Libby menutup mulutnya sendiri karena khawatir dipergoki. Si tindik semakin dekat. Pretty merasa dilema, jika dia mengeluarkan kemampuan bela dirinya, Libby bisa curiga saat menyadari Pretty yang gemulai mendadak berubah cekatan. Namun tak mungkin dia hanya diam andaikata Si Tindik membantai mereka! Tengah batin Pretty bergejolak memikirkan hal itu, mendadak ponsel Jarot berbunyi lagi.
Jarot menyambut ponselnya yang berdering.
"Ada apa lagi, b*****t?!"
"........"
"Apa, transaksinya dimajukan besok? Dimana?!"
"........"
"Ow, tempatnya tetap. Besok gue nyusul, jam sepuluh gue ada janji di MT Haryono, kan, dekat dari sana."
"......."
"Iya, gue balik sekarang! Lo orang memang gak ada guna! Gak ada gue semua gak bisa apa~apa."
Save by the bell! Pretty menarik napas lega.
"Libby, yuk kita pergi."
Astaga. Bagaimana mungkin dalam kondisi tegang Libby justru tertidur? Pretty memeriksa kondisi Libby. Anjrit! Ternyata cewek itu pingsan. Mungkin karena dia kecapekan atau memar di kakinya semakin parah.
Bersambung.