Iptu Handoko memperhatikan anak buahnya yang sedang menggali potongan~potongan mayat di tengah hutan. Jarot memang gila, dia memutilasi semua korbannya. Lalu mengubur potongan~potongan mayat itu secara terorganisir. Kepala sama kepala, kaki sama kaki, tangan sama tangan, badan disatukan dengan badan. Sinting, kan!
"Bagus, Rex! Kita sudah menemukan mayat para korban. Sekarang kita bisa menjerat si psikopat itu dengan bukti~bukti ini."
Rex dengan pakaian serba hitamnya hanya tersenyum datar. "Dia licik sekali, kurasa tak mudah menangkapnya."
Seperti tebakan Rex, anak buah Iptu Handoko memberi laporan.
"Pak, kami sudah menggerebek tempat tinggal Jarot Lesmana. Dia menghilang!"
Rex cuma tersenyum sinis menanggapinya, sedang Iptu Handoko menghela napas panjang.
"Aku tahu cara menemukannya. Besok mereka akan mengadakan transaksi besar. Di cafe Star apa, dekat jalan MT Haryono. Sudah kucek, di sekitar sana ada hanya ada Cafe Stardust tapi cafe itu sudah tutup tiga bulan lalu. Kurasa mereka akan transaksi disana sekitar jam sepuluh pagi."
Iptu Handoko kini dapat tersenyum kembali.
"Bagus! Kita gerebek tempat itu besok!"
***
Saat Libby sadar, dia sudah berada di rumah sakit. Kakinya dipasang gips tebal hingga terasa sangat kaku.
"Untung lo cepat sadar, Libby," kata Decky prihatin.
Libby tersenyum lemah. Matanya memandang sekitarnya seakan mencari sesuatu.
"Apa lo mencari gebetan lo?" sindir Decky.
"Cih, Pretty bukan gebetan gue!" protes Libby.
Decky tertawa menggoda sohibnya. "Asli, gue tadi bermaksud menyebut Dylan. Mengapa lo nyasar ke Pretty? Sebenarnya hati lo kemana?"
Libby mengerucutkan bibirnya, pura~pura kesal.
"Seharusnya lo tahu hati gue kemana, gue hanya ingin memastikan keadaan Pretty. Secara gue, kan, berpetualang bersamanya."
Decky sontak memandang Libby serius. "Sepertinya sejak bergaul dengan Pretty, lo sering tertimpa masalah."
"Gue juga gak tahu kenapa, semua terjadi begitu saja. Bukan salah gue atau Pretty," keluh Libby.
"Iya juga, sih. Hubungan kalian unik, selalu mengundang bahaya."
"k*****t lo, Decky. Mengapa seakan lo mendoakan kami sial mulu?!"
Decky terkekeh. "Gue serius, gue beneran ada hati sama Pretty. Sebenarnya lo suka dia enggak sih?" tanya Decky memastikan.
Ditembak seperti itu Libby jadi galau. Bukannya gue cinta mati sama Dylan? tapi mengapa mendengar Decky bicara seperti ini ada perasaan gak rela?
"Lo, kan, tahu perasaan gue dari dulu," kilah Libby.
"Iya, lo ngebet abis sama Babang Dylan." Decky menyengir. "Jadi boleh, dong, Pretty buat gue?"
Meski tak rela, terpaksa Libby mengangguk untuk mengiyakan permintaan sohib tomboynya. Kebetulan sekali dua cowok yang baru mereka jadikan bahan rumpi datang bersama-sama. Decky menatap Pretty dengan mata berbinar~binar. Yaelah, meski dari samping Pretty terlihat amat tampan. Decky sampai ngeces mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.
Mendadak Pretty menoleh kearah Decky dan memberi kode pada Decky dengan menunjuk bibirnya sendiri.
"Oh, okey," sahut Decky spontan.
Decky mendekati Pretty untuk mengelap bibir cocan itu, si Pretty sontak menghindar.
"Ih, paan sih elo?" protes Pretty.
"Bukannya lo minta dilap bibir indah lo?"
Pretty melotot, lalu menaruh tangan Decky ke bibir cewek itu sendiri. "Noh, hapus iler lo. Yang ngeces lo, kenapa bibir gue yang di-elap?" gerutu Pretty.
Decky cengengesan, dengan polos ia menjawab, "abis bibir lo seksi banget sih, gue gemes melihatnya."
Pretty mencebik manja. Dylan tersenyum geli menyaksikan kekonyolan itu, lantas dia mengalihkan tatapannya pada Libby.
"Libby, kau membuatku khawatir. Mengapa akhir~akhir ini ada saja yang terjadi padamu?"
Wajah Libby jadi sumringah mendapat perhatian dari pujaannya.
"Ih, mana gue tau? Lagian gue rela begini asal membuat lo memperhatikan gue," cengir Libby.
Pretty langsung pasang aksi seperti hendak muntah. Libby mencibir mengetahui aksi Pretty. Dylan jadi kesal dan mencubit hidung Libby gemas.
"Tak usah begitu pun aku akan selalu memperhatikan kamu, Libby. Kamu sahabatku yang paling berharga."
Tetapi hanya sebagai sahabat, keluh Libby dalam hati. Namun di wajahnya, gadis itu tersenyum menggoda.
"Gue berharga sampai lo punya cewek, kan?"
"Aku belum terpikir untuk punya cewek, Libby."
"Beluuum," sindir Libby.
Dylan tertawa kecil sebelum menjawab dengan nada ringan, "bila tiba saatnya berniat memiliki kekasih, aku pasti mempertimbangkan dirimu sebagai kandidat terkuat, By."
"Iya kalau Libby masih lowong. Siapa tahu saat itu Libby udah gak available," timpal Pretty pedas.
Dylan tercenung mendengarnya.
"Atau lo gak niat cari cewek. Dylan, jangan-jangan lo lebih berminat pada cowok, ya?" sambung Pretty sambil mengedipkan matanya kenes.
Giliran Libby yang melotot geram. Aaargh, mulut cocan ini seharusnya disumpal dengan gombal!
***
Pretty yakin Libby sedang mengerjainya. Mungkin cewek itu kesal padanya. Perkara apalagi kalau bukan tentang Dylan. Pasti dia tak suka Pretty menggoda gebetannya atau entah karena apa. Yang jelas cewek itu dengan kelakuan manisnya sengaja membuat Pretty rempong bukan main!
Yah, sejak pulang dari rumah sakit Libby meminta Pretty melayaninya di rumah bagaikan perawat pribadi sekaligus babunya! Alasannya, papi Libby, si duda keren itu, sedang berada di luar negri untuk urusan bisnis, dan pelayannya pulang kampung untuk mengobati encoknya.
Pretty curiga Libby sengaja memulangkan nenek lampir itu untuk memuluskan rencananya menghukum Pretty. Bukannya apa, pembokat itu pulang kampung dengan kondisi segar bugar ~ gagah perkasa. Masa iya encoknya benar-benar kambuh? Yang ada dia justru berpotensi membuat orang encok hati melihat tampang dan kelakuannya yang seram!
Bagaimana Pretty mau menolak titah tuan putri Libby, cewek itu bolak-balik mengingatkan jasanya karena telah menolong Pretty hingga kakinya terluka lho! Padahal Pretty kesana kan gegara nulungin dia juga. Tapi ya sutralah, Pretty malas berdebat. Apalagi kalau sikap Libby semanis dan semanja ini.
"Hei Pretty, Libby capek nih," keluhnya sambil mengelus-ngelus tengkuknya.
"So? Pretty juga capek, Libby," sindir Pretty, dia ikutan memijit-mijit kakinya.
Ck! Bagaimana tak capek? mengurus Libby lebih sulit ketimbang mengurus sepuluh balita! Tadi pagi saat sarapan, Pretty terpaksa mengganti menu sampai empat kali! Pertama cewek itu meminta nasi goreng pedaaas gila. Terus karena kepedasan, dia meminta yang pedas sedikit. Pretty sudah capek-capek menyiapkan, cewek itu malah tak memakannya, katanya makan gorengan melulu bisa panas dalam. Lalu dengan tak tahu diri Libby meminta dibikinkan bubur ayam. Sambil menahan kesal, Pretty memasakkan bubur ayam sialan itu. Eh, sebenarnya yang sialan adalah oknum yang minta dibikinkan!
Begitu bubur ayam jadi, baru makan sesendok Libby sudah tak berminat meneruskan. Alasannya buburnya enek, bikin orang mau muntah. Akhirnya dia meminta roti tawar lapis selai strawberry. Dari tadi, kek ... merepotkan sekali! Pretty seolah tengah mengurus wanita hamil dengan kerewelan tingkat dewa!
Sementara Pretty cemberut, Libby justru ngambek.
"Cih! Mengapa Pretty gak tulus melayani Libby? Padahal Libby udah bertaruh nyawa demi Pretty," rajuk Libby memelas dan manja. Dia menatap Pretty dengan pandangan sok polos. Pretty menghela napas tak berdaya. Cocan itu terpaksa tersenyum palsu.
"Enggak Libby, Pretty gak marah. Pretty senang kok melayani Libby," ucapnya sambil menarik kedua pipi Libby dengan gemas.
Pretty bersyukur tadi dia masih sempat menghabiskan makanan mubazir yang batal disantap Libby. Dia butuh asupan energi over demi melayani Libby. Cewek itu banyak maunya. Huh!
"Pretty sayang ... pijitin Libby, dong." Tuh, kan, mana rela dia membiarkan Pretty menganggur sesaat? Pasti langsung dikerjai!
"Tapi Libby, Pretty gak bisa mijit," tolak Pretty halus.
Pretty melirik jam di tangannya. Sebentar lagi dia harus pergi untuk melaksanakan tugas memata-matai transaksi besar n*****a di Cafe Star. Namun dia malah terjebak disini karena harus melayani nona besar nan manja dan mudah baper ini.
"Libby tidur aja, ya. Bangun tidur pasti segar," bujuk Pretty. Masa Libby tak iba melihat tampilan mengenaskan Pretty?
Namun sambil tersenyum manis penuh belas kasih, Libby berkata, "ayo Pretty, Libby gak bakalan bisa bobok kalau gak dipijit."
Gawat! Libby harus bobok cantik supaya Pretty bisa menyelinap keluar. Terpaksa Pretty memijat Libby dulu supaya cewek itu terlena, mengantuk, lalu tertidur lelap. Itu teorinya, kenyataannya? Sudah sejam Pretty memijat Libby sampai tangannya pegal, cewek itu tak kunjung mengantuk! Pretty semakin frustasi. Mana jadwal kepergiannya sudah tiba lagi!
"Pretty auuus," rengek Libby manja
"Trus?" Pretty mulai jutek.
"Ambilin minum, dong. Di dapur. Minta teh s**u hangat, ya."
Dih, memang disini resto atau cafe, apa?! Dikit-dikit minta ini dan itu. Sambil menghela napas berat Pretty melangkah menuju dapur untuk membuatkan teh hangat, sambil memutar otak bagaimana caranya dia bisa terlepas dari kukungan siluman manja ini! Pandangannya jatuh pada botol imut berisi tablet putih di lemari obat. Libby pernah bilang botol itu milik papinya, berisi obat tidur yang terkadang diminum pria tua itu saat sulit tidur.
Sebenarnya Pretty tak tega, masa dia harus mencekoki Libby obat tidur? Namun ini darurat. Kalau tak dilakukannya sekarang, dia bisa telat pergi untuk melaksanakan dinas spy-nya!
Maaf ya Libby, batin Pretty saat menghancurkan dua tablet putih dari botol itu dan mencampurnya kedalam teh hangat yang diminta gadis itu. Dia tak tahu tindakannya ini akan membawa karma konyol yang menghantam balik dirinya!
Bersambung.