Khilaf 18

1938 Kata

Seperti yang sudah kuduga, sebelum adzan Subuh berkumandang, Enda membangunkan aku dalam keadaan dia sudah sangat siap menjadi makmum Ustad Qosim. Bapak bahkan kalah cepat olehnya. Tingkat kepo Enda memang mengalahkan siapapun, tapi hanya yang berkaitan dengan keluargaku. Kepada orang lain dia justru cenderung cuek dan tak mau ikut peduli, bahkan urusan keluarga angkatnya sendiri. Sejujurnya aku sangat iba melihat wajahnya yang berharap mendapat info detail. Apalagi dia tahu jika motor yang kubawa milik Ustadzah Indah. Namun aku tetap tidak ingin menceritakan aib itu pada siapapun, termasuk Enda. Sekalipun dia penyimpan rahasia nomor wahid tingkat kabupaten. "Lu, bawa motornya sekolah, terus jam satu siang jemput gua di sekolah. Anter gua ke Rancabunga. Jangan lupa bawa gitar lu. Kalau

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN