12. Ingatan yang Kembali

1860 Kata
Malam ini usai minum berbagai macam obat yang diberi oleh tim dokter, Elena coba tidur. Tapi sungguh dia tidak merasa nyaman. Pikirannya masih kalut karena Zack yang tidak mau terus terang padanya, tentang kehamilannya yang hanya pura-pura. Malam ini Zack akan pulang terlambat karena harus ke rumah orang tuanya di pinggiran Jakarta, ada saudara jauh yang datang. Karena tidak mungkin mengajak Elena yang masih sakit, akhirnya Zack datang sendiri saja. Tadi Zack mengirim foto sedang makan malam bersama saudara jauhnya itu. Dipaksakan matanya untuk terpejam agar bisa segera tidur. Lama kelamaan, Elena jatuh tertidur. Tubuh Elena bergerak gelisah tanpa dia sadari. Kali ini dia melihat dirinya sendiri, raganya, memegang alat test pack, turun dari mobil mewahnya dan berjalan masuk ke sebuah hotel. Dia bisa lihat wajahnya sangat bahagia. Sepertinya, jiwanya yang melayang ini mengikuti raganya yang sekarang mengetuk pintu kamar presidential suite. Aah, ini mungkin saat dia hendak memberi kejutan pada Zack, pikirnya mengembara. Tapi saat pintu kamar itu terbuka, wajah Elena yang melayang di udara, berubah menjadi pucat. Yang membuka pintu adalah seorang perempuan memakai kemeja suaminya! Kemudian dia ikuti langkah kaki raga Elena yang menerobos masuk dan pemandangan yang tersaji membuatnya mual! Dia lihat Tatyana sedang memberikan servis pada Zack, suaminya, yang terlihat sangat menikmati servis itu. “Aaarghh!” Elena terbangun. Bulir-bulir keringat sebesar jagung membasahi wajahnya. Dia mencengkeram seprai sangat kuat, diambilnya bantal untuk membekap mulutnya hingga dia bisa berteriak sekencang mungkin tanpa ada yang dengar! Setelah beberapa kali berteriak, emosinya sedikit mereda. Akhirnya dia bisa tahu apa alasan Zack melarangnya menemui Tatyana. Ternyata karena mereka bermain api di belakangnya! Sungguh tega Tatyana yang dia anggap sebagai teman yang berselingkuh dengan Zack. Padahal, dia yang memberi saran pada Zack untuk menjadikan Tatyana sebagai sekretaris pribadi Zack. Hah! Pantas saja selama ini Tatyana bilang Zack tidak selingkuh dengan perempuan lain. Ternyata perempuan binal pelakor itu adalah Tatyana sendiri! Bukankah ini namanya menikam dalam selimut? Elena ucapkan istighfar beberapa kali hingga hatinya tenang, kemudian dia coba lanjutkan tidurnya. Diliriknya jam dinding, sudah jam sepuluh malam tapi Zack belum juga pulang. Perlukah dia menelpon Zack? Tapi dia sedang dalam mode marah pada Zack karena kebohongan demi kebohongan yang dilakukan suami tampannya itu. Jadi, dia akan abaikan saja. Atau jangan-jangan Zack bertemu Tatyana dan gadis sialan satu lagi itu? Aaargh akhirnya aku tahu apa yang terjadi sesungguhnya! Elena semakin susah untuk terlelap. Pikirannya liar mengembara, coba mengingat lagi kepingan demi kepingan kejadian agar bisa disatukan hingga tidak ada lagi kepingan puzzle yang tercecer. Akhirnya ingatannya kembali, walau belum seratus persen. Besok Elena akan ke rumah sakit milik keluarga Adikusumo untuk melakukan MRI dan tes lainnya yang diperlukan. Dia akan lakukan sendiri tanpa ditemani Zack, karena yakin pasti akan dihalangi. Hingga sekarang, dia belum tahu apa motif Zack berbohong padanya. Tapi pasti dia akan cari tahu hingga ke akar sekalipun! * “Zack nanti aku mau ke mal ya, aku bosan di rumah terus.” Kata Elena saat menemani Zack sarapan. Wajahnya datar tapi tetap berusaha sembunyikan emosinya di hadapan Zack. “Boleh, tapi jangan terlalu lama ya. Jam berapa kamu mau ke mal? Mal mana? Mau aku temani?” Tanya Zack dengan senyum semringah. “Tidak usah Zack, aku mau ke toko baju bayi, ingin banget mulai stok baju-baju bayi. Aku mau beli warna netral aja karena kan sampai sekarang belum tahu jenis kelaminnya. Menurutmu warna putih dan kuning gading itu netral kan buat bayi kita?” Tanya Elena, sengaja menyindir tapi yang disindir berpura tidak tahu. Zack menjawab dengan suara lirih, “terserah kamu saja sayang, asalkan kamu senang. Tapi ingat jaga kondisimu ya. Kalau kamu ingin aku temani, telpon saja aku.” Zack makan sarapannya dengan perasaan tidak keruan. Sungguh dia bingung harus bagaimana. Karena kesibukannya, dia belum sempat memikirkan skenario terbaru untuk meyakinkan Elena bahwa dirinya ternyata tidak hamil. Nanti akan coba dia rangkai skenario baru saat ada waktu senggang. “Iya. Sebelum kamu pulang, aku sudah di rumah kok. Oiya Zack, aku ingin ke kampung bertemu eyang. Aku kangen beliau. Kalau kamu tidak bisa mengantar, aku pergi sendirian saja pakai HeliCity biar praktis. Palingan hanya dua hari kok. Boleh ya?!” Tembak Elena, tidak ingin keinginannya bertemu eyang ditolak Zack. Zack mengangkat wajahnya dan menatap tepat ke manik mata Elena. Wajah Elena datar, sudah beberapa hari ini wajah istrinya tampak datar, tidak ceria seperti biasanya. Hatinya ketar ketir mendengar ini, tapi jika dia larang, pasti Elena akan curiga. Mau tidak mau dia akan berikan ijin. “Boleh. Nanti pulangnya aku jemput saja ya sekalian aku mau ketemu eyang.” Zack menawarkan diri menjemput. “Gak usah Zack, kamu kan sibuk banget mengurusi ini itu. Nanti keteteran malah runyam. Oiya gimana Tatyana, apakah dia sudah kembali bekerja?” Beberapa hari lalu, usai penglihatannya, Elena bertanya pada Zack tentang Tatyana. Dia ingin bertemu dan mengobrol, tentu itu yang lagi-lagi dijadikan alasan oleh Elena agar Zack tidak curiga. Tapi jawaban Zack membuatnya semakin curiga dengan konspirasi keduanya, atau malah ada pihak lain yang ikut terlibat pada skenario ini. “Ah iya, aku baru ingat kata HRD, Tatyana mengundurkan diri sekitar satu bulan lalu dengan alasan pindah ke luar kota.” Jawab Zack, sambil berpura minum kopi panasnya agar tidak perlu melihat ke mata Elena. “Pindah ke luar kota? Kok mendadak banget? Jadi dia resign gitu ya? Terus siapa yang gantiin dia?” Rentetan pertanyaan Elena membuat mood Zack turun hingga ke inti bumi pagi ini. “Iya resign. Ada, yang gantiin namanya Taufan. Aku sengaja minta HRD untuk diberi pengganti yang laki-laki saja biar gak sering cuti.” Jawab Zack, tersenyum sumir, kali ini dia berani menatap wajah cantik Elena. “Ooh, sayang sekali ya Tatyana resign. Tapi kenapa dia gak info ke aku ya? Kan aku yang rekomendasiin dia untuk jadi sekretarismu. Aku yang temannya loh, kalau kamu kan bosnya. Kok bisa aneh gini sih?” Teman yang dikhianati! Teman makan teman! Padahal sungguh, Elena ingin mencaci maki Tatyana dan Zack. “Mungkin Tatyana punya alasan sendiri yang dia gak bisa sampaikan ke kita, jadi yaa, kita hargai keputusannya. Sudah ya sayang, aku berangkat dulu. Hati-hati nanti pas di mal.” Zack pamit, dia kecup kening Elena dan segera melangkah pergi. Apakah Elena pergi ke mal dan berbelanja keperluan bayi? Iya, tentu saja. Tapi itu dia lakukan setelah bertemu tim dokter dan selesai konsultasi. Hasil EEG dan Micro CT, menunjukkan fungsi otaknya yang memuaskan. Elena juga sudah mampu mengingat hal-hal sebelum kecelakaan itu. Sebelum bertemu eyang di kampung, dia akan bertanya pada Zack kenapa suami tampannya itu tega berbohong padanya. Elena menghela nafas, sepertinya jalan hidupnya juga biduk rumah tangganya akan berubah haluan sangat drastis. * Di kamar mandi mewahnya, dengan tangan gemetar Elena masih nekat mencoba empat alat test pack yang berbeda. Selama ini dia dan Zack rutin melakukan hubungan suami istri, barangkali di salah satu penyatuan itu, dirinya bisa positif hamil. Jika iya, mungkin dia bisa memaafkan kesalahan Zack walau tidak bisa melupakannya. Lima menit pertama yang terasa sangat menyiksa Elena. Garis yang tercetak di benda pipih itu tetap sama dengan alat test pack lainnya yang dia coba, hingga jumlahnya belasan. Elena bertahan hingga lima menit kedua. Dia sudah selancar dan mendapatkan info ada test pack yang hasilnya baru dapat kepastian setelah sepuluh menit. Ini sudah menit ke sebelas dan hasilnya tetap sama! Satu garis! Usai menyimpan benda-benda pipih itu, tubuh Elena meluruh ke dinginnya lantai kamar mandi. Dia menangis sekerasnya, entah menangisi apa. Apakah menangisi hidupnya karena kembali keguguran yang ketiga kali? Ataukah menangisi betapa teganya Zack berbohong padanya? Ataukah menangisi kenapa Zack tega mengkhianatinya, dengan menyelingkuhi temannya sendiri? Ataukah ketiga alasan itu menjadi alasan tangisannya? “Sayang, kamu kenapa? Kenapa menangis di situ? Ada apa?” Zack yang baru pulang kantor jadi panik dan segera menghambur ke kamar mandi, mendengar tangisan Elena yang menyayat hati. Dia berjongkok di sebelah kanan Elena yang tidak keruan. Hanya memakai kimono mandi, rambut berantakan, mata bengkak memerah penuh air mata, hidung memerah dan isakan yang tak henti-henti. “Ada apa?” Tanya Zack sangat lembut. Dia usap rambut Elena coba berikan kenyamanan, tapi tidak ada respon. Hanya pandangan mata Elena melihat ke arahnya penuh kebencian. Tentu saja Zack menjadi ketar ketir, ketakutan, tapi dia samarkan dengan berikan senyum simpul. “Aku bopong ke kasur ya, biar lebih nyaman. Nanti kamu masuk angin kalau di duduk di lantai kamar mandi.” Zack hendak meraih tangan Elena untuk dia lingkarkan di lehernya, tapi ditepis oleh Elena dengan kasar membuat Zack terkejut. Tangannya bahkan sempat menggantung di udara. “Gak perlu. Aku bisa jalan sendiri.” Elena bangun dan menghentak kaki dengan marah, dia berjalan tergesa menuju kasur empuknya. Zack menghela nafas dan mengeluarkannya perlahan. Jujur dia sangat lelah dengan semua ini. Pekerjaan yang seperti tiada habis menguras energinya, sikap Elena yang labil akhir-akhir ini juga kekhawatirannya jika Elena sudah berhasil mengingat semua. Zack menarik kursi dan duduk di sebelah kanan Elena. Tangannya memijat kaki mulus Elena. Dia memang suka sekali memijat kaki Elena, biasanya aktivitas pijat ini akan bersambung ke aktivitas lain yang juga panas. “Ada apa Elen? Sepertinya kamu gusar sekali.” Tanya Zack, penasaran. “Tidak ada apa-apa, tadi kepalaku pusing sekali. Aku mau tidur Zack.” Elena menyingkirkan tangan Zack kemudian menarik selimut hingga menutupi pundaknya. Sepertinya malam ini bukanlah saat yang tepat baginya untuk bertanya pada Zack. Seperti Zack yang bermain cantik, Elena juga harus bermain cantik, dia harus pandai mengatur waktu. * Lima hari berlalu. Selama ini Elena berkonsultasi dengan dokter dari rumah sakit Adikusumo secara daring. Ini adalah cara yang paling efektif untuknya agar Zack tidak curiga. Hubungannya dengan Zack berjalan biasa saja, seakan tidak terjadi sesuatu. Baik Elena dan Zack sama-sama memainkan peran dengan sangat pintar, mampu mengelabui satu sama lain. Elena yang masih memegang tampuk pimpinan di Bratajaya Corp. coba menyelidiki kabar tentang Tatyana. Dia menyewa jasa investigator swasta terpercaya. Hasilnya memang sama dengan yang Zack ceritakan padanya, bahwa Tatyana sudah tidak lagi bekerja di kantornya tidak lama setelah kejadian dia kecelakaan. Saat Elena memaksa untuk mencari tahu di mana sekarang Tatyana berada, tim investigator swasta tidak berhasil menemukan keberadaannya. Perempuan binal itu bagai menghilang ditelan bumi. Kabar terbaru malahan dicurigai bahwa Tatyana menghilang selamanya alias dihabisi atau dihilangkan! Apakah Zack ada hubungannya dengan hal itu? Mungkin saja! Tapi Elena tidak mau gegabah. Dia hanya ingin tahu di mana keberadaan Tatyana dan hal itu sudah dia dapatkan hasilnya, perempuan pengkhianat itu menghilang. Soal selain itu, dia tidak mau pedulikan. Elena memijat keningnya. Ingatannya sudah kembali tapi dia tidak mau berikan informasi ini pada Zack. Dia sudah berencana akan memberi kejutan untuk suaminya itu. Sekali lagi, kilasan demi kilasan peristiwa coba diingat oleh Elena. Dia sudah ingat peristiwa menjijikkan di hotel yang harus dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Perutnya mual saat terlintas betapa Zack menikmati servis yang diberikan Tatyana saat itu. Mual, marah, kecewa campur aduk menjadi satu. Akhirnya dia juga tahu kenapa dia bisa keguguran untuk ketiga kalinya. Dia tertabrak truk karena emosi memuncak hingga menyebabkan hilang akal. Berlari menembus derasnya hujan, hilang kewaspadaan dan akhirnya boom! Terjadilah kecelakaan itu. Malam ini dia pastikan akan bertanya pada Zack dan melihat apa reaksi suaminya yang tampan tapi pembohong dan pengkhianat itu! Kita lihat Zack, apakah kamu masih bisa berbohong padaku!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN